indotim.net (Senin, 26 Februari 2024) – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Israel, sekutunya, untuk menghentikan serangan terhadap polisi Palestina yang sedang mengawal bantuan kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.
Al Jazeera dan Axios melaporkan bahwa pada Senin (26/2/2024), AS telah memberikan peringatan dan desakan kepada Israel untuk menghentikan serangan terhadap polisi pengawal bantuan di Gaza. Desakan ini disampaikan oleh sejumlah pejabat AS dan Israel yang memilih untuk tidak disebutkan namanya.
Muncul desakan dari pemerintahan Biden kepada Israel untuk menghentikan serangan terhadap polisi pengawal bantuan di Gaza. Pesan disampaikan bahwa “pelanggaran total terhadap hukum dan ketertiban” hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah sangat parah di Jalur Gaza.
Pejabat AS, seperti yang dilansir oleh Axios, mengungkapkan kekhawatiran bahwa kondisi di Gaza dapat berubah menjadi seperti Mogadishu akibat kurangnya keamanan dan tingkat putus asa yang tinggi, yang membuka celah bagi geng bersenjata untuk menyerang dan merampas truk-truk bantuan kemanusiaan.
Mogadishu, ibu kota Somalia, dulunya dianggap sebagai kota paling tidak patuh hukum dan paling berbahaya di dunia.
Situasi di sana sangat tegang, dengan konflik bersenjata dan kekacauan umum menjadi hal biasa.
Peringatan yang telah disampaikan oleh pemerintahan Biden kepada Israel selama beberapa bulan terakhir menjadi sorotan utama. Hal ini mendorong AS untuk mendorong Israel merumuskan rencana penyerahan pemerintahan di Gaza pasca perang,” ungkap para pejabat AS.
Kantor bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau OCHA melaporkan adanya penurunan jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah Jalur Gaza dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan, dalam empat hari terakhir, kurang dari 10 truk bantuan berhasil mencapai Jalur Gaza.
James McGoldrick, Koordinator kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, mengungkapkan kepada wartawan bahwa situasi tersebut terutama dipicu oleh kondisi keamanan di kedua sisi perbatasan. McGoldrick menjelaskan lebih lanjut bahwa karena ketidakstabilan keamanan, sejumlah truk bantuan yang masuk ke Jalur Gaza baru-baru ini justru jatuh ke tangan geng kriminal.
Simak informasi lengkapnya di halaman berikutnya.
Para anggota satuan kepolisian sipil yang dikelola Hamas telah beroperasi di Rafah dan wilayah Gaza di dekat perlintasan perbatasan Kerem Shalom untuk menjamin keamanan truk-truk bantuan.
Namun beberapa dari mereka meninggalkan pos mereka usai diserang Israel pada awal bulan ini.
Para pejabat AS mengungkapkan keprihatinan terhadap tewasnya sedikitnya 11 polisi sipil Palestina di Rafah akibat serangan udara yang dilancarkan Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Utusan AS untuk urusan kemanusiaan, David Satterfield, menyoroti bahwa satuan kepolisian sipil di Jalur Gaza “tentu saja mencakup unsur-unsur Hamas”. Meskipun demikian, mereka “juga terdiri dari individu-individu yang tidak memiliki afiliasi langsung dengan Hamas, yang hadir di sana sebagai bagian dari sisa-sisa kehadiran Otoritas Palestina”.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dalam laporan Axios, telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengenai kekhawatiran AS terkait isu ini. Dia menekankan pentingnya untuk menemukan solusi guna memastikan keamanan bagi truk-truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza.
Para pejabat AS dan Israel mengungkapkan bahwa pemerintah AS telah meminta Israel untuk menghentikan penyerangan terhadap polisi sipil Hamas, kecuali jika ada alternatif lain yang dapat menjamin keamanan bagi truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
Menurut dua sumber Israel yang dikutip oleh Axios, Israel menolak permintaan AS itu. Mereka menegaskan bahwa “salah satu tujuan perang ini adalah untuk memastikan Hamas tidak lagi menguasai Jalur Gaza”.
Para pejabat Israel mengatakan pihaknya memiliki rencana untuk mencari cara alternatif dalam penyaluran bantuan kemanusiaan, termasuk bekerja sama dengan klan lokal yang menentang Hamas. Rencana semacam itu telah dirancang untuk area Zeitoun di selatan Gaza City.
Namun, belum ada kejelasan apakah rencana tersebut dapat segera dijalankan.
“Situasi saat ini tidak berjalan lancar. Makanan harus segera masuk atau kita akan menghadapi kelaparan di Gaza — yang dapat merugikan Israel,” ucap seorang pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya kepada Axios.
Desakan AS itu disampaikan saat militer Israel terus melancarkan rentetan serangan yang menghancurkan infrastruktur di wilayah Jalur Gaza bagian utara hingga selatan, termasuk rumah sakit, sekolah-sekolah, ruas jalanan, jaringan komunikasi, dan sistem air bersih.
Kerusakan yang terus meluas ini merupakan bagian dari tragedi kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza. Puluhan ribu orang terancam kelaparan dan pertempuran berkecamuk terus menewaskan banyak korban.