indotim.net (Senin, 04 Maret 2024) – Dinosaurus menjadi hewan purba yang paling banyak diteliti karena disebut telah menguasai habitat sebagai predator puncak pada masa purba. Namun faktanya, jauh sebelum masa dinosaurus, terdapat hewan lain yang menjadi predator puncak. Pertanyaannya, hewan apa yang dimaksud?
Para peneliti di Universitas Bristol dan Universitas Terbuka telah melakukan analisis terhadap predator besar pertama di darat yang berevolusi menjadi pemburu.
Predator tersebut adalah synapsida, yang mendominasi daratan sebagai predator utama selama 60 juta tahun, sebelum munculnya dinosaurus pertama, antara 315 dan 251 juta tahun lalu.
Untuk memahami bagaimana evolusi predator synapsida terjadi pada masa lalu, peneliti menganalisis anatomi rahang dan ukuran tubuh synapsida jenis karnivora. Tujuannya adalah untuk memahami kebiasaan makan dan evolusi ekologis.
Menurut peneliti, sekitar 270 juta tahun yang lalu, terjadi perubahan besar pada fungsi rahang synapsida yang berdampak signifikan pada perilaku predator. Perubahan ini kemudian memengaruhi evolusi nenek moyang kita yang paling awal.
Ketika herbivora tumbuh lebih cepat, karnivora berevolusi menjadi predator yang lebih besar dan lebih baik untuk bertahan hidup.
Evolusi Predator Synapsid
Dr Suresh Singh dari Sekolah Ilmu Bumi Bristol menjelaskan bahwa predator synapsida sebelumnya seperti Dimetrodon yang memiliki rahang panjang dan banyak gigi untuk mencegah mangsanya melarikan diri.
Namun, evolusi tidak berhenti di situ. Meskipun awalnya Rhizodus memiliki rahang yang panjang dengan gigi yang tajam, namun seiring dengan perubahan lingkungan hidupnya, hewan ini mengalami adaptasi yang signifikan.
Fungsi rahang kemudian berubah menjadi rahang yang lebih pendek, otot lebih kuat, dan gigi depan yang lebih sedikit untuk gigitan yang lebih kuat. Perubahan ini memungkinkan Rhizodus menjadi predator puncak yang sangat efisien dalam menangkap mangsanya.
Sebelumnya, kita tahu bahwa dinosaurus dianggap sebagai puncak predator pada zamannya. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa sebelum era dinosaurus, hewan lain telah menjadi predator utama.
“Perubahan ini menyoroti bagaimana karnivora synapsida di kemudian hari mengandalkan luka parah dan membunuh mangsanya dengan cepat, termasuk karnivora bertaring tajam pertama. Adaptasi ini menunjukkan bahwa predator menghadapi tantangan baru dari mangsanya,” ucap Dr. Singh seperti dilansir dari EurekAlert.
Dr Armin Elsler, seorang kolaborator di penelitian, menekankan peran reorganisasi rahang synapsida dalam evolusi mamalia.
“Perubahan ini meningkatkan efisiensi rahang. Apa yang mengawali langkah pertama ini? Mangsa memengaruhinya karena tekanan ekologi,” ujar ahli paleontologi tersebut.
Pengaruh Mangsa Terhadap Evolusi Predator
Menurut Professor Emily Rayfield, yang turut serta dalam penelitian ini, interaksi antara predator dan mangsa memiliki dampak signifikan pada perilaku hewan saat ini. Tidak hanya itu, interaksi ini juga telah memengaruhi perkembangan anatomi selama jutaan tahun, memicu terjadinya perubahan penting dalam evolusi.
Hubungan antara bentuk dan fungsi membantu ahli paleontologi memahami bagaimana hewan prasejarah hidup dan evolusi kehidupan di Bumi.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan fakta menarik bahwa sebelum dinosaurus memerintah Bumi, ada satu hewan yang menjadi puncak predator.
Para peneliti juga menemukan adanya peningkatan keanekaragaman karnivora synapsida selama era Permian pertengahan akhir.
Diketahui, pergeseran ini menghasilkan kelompok karnivora dengan kecepatan menggigit lebih cepat atau gigitan lebih banyak. Seiring berjalannya waktu, kelompok tersebut mulai menyerupai mamalia karnivora modern.
Penelitian ini juga menyoroti bagaimana evolusi lambat dari kelompok binatang ini berdampak pada struktur dan kebiasaan makan predator modern yang kita kenal sekarang.
Kesimpulan
Sebuah penelitian baru menyoroti bahwa sebelum dinosaurus memerintah Bumi, synapsida menjadi predator terbesar yang mendominasi daratan selama 60 juta tahun. Analisis terhadap evolusi predator synapsida menunjukkan adaptasi yang signifikan, seperti perubahan bentuk rahang untuk meningkatkan efisiensi dalam berburu mangsa. Peneliti menemukan bahwa interaksi antara predator dan mangsa memberikan dampak signifikan pada evolusi hewan, memicu perubahan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi dan memengaruhi struktur dan kebiasaan makan predator modern.