Pemahaman Humanisme dari Zaman Yunani Klasik hingga Teori Modern

indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Humanisme merupakan terminologi yang sering digunakan dalam bidang filsafat, pendidikan, dan literatur. Secara umum, konsep ini mengacu pada cara manusia memandang eksistensi dirinya sehubungan dengan kemanusiaan dan hubungan sosial dengan sesama dalam suatu komunitas.

Pemaknaan humanisme dari masa ke masa pun mengalami perubahan. Namun, apa sebenarnya definisi dari humanisme itu sendiri? dan bagaimana perkembangannya sepanjang sejarah?

Pengertian Humanisme

Humanisme berasal dari kata homo yang berarti manusia dan memiliki arti manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia. Secara terminologis, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan non alamiahnya secara penuh.

Sebelumnya, KBBI mendefinisikan humanisme sebagai aliran atau pemikiran yang bertujuan untuk menghidupkan rasa peri kemanusiaan serta mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik.

Sebelumnya kita telah membahas mengenai pengertian humanisme dan bagaimana filosofi ini memandang manusia sebagai subjek utama dalam kehidupan. Hal ini tercermin dalam peninggian nilai-nilai kemanusiaan serta upaya untuk meningkatkan segala potensi yang dimiliki individu guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Sejarah Humanisme

Pemahaman humanisme telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Awalnya, manusia hanya dipandang sebagai makhluk kodrati, kemudian berkembang menjadi adikodrati imanen dan transenden, dan akhirnya menekankan moralitas serta aspek lainnya.

Masa Yunani Klasik

Pada periode Yunani Klasik, konsep humanisme tercermin dalam paideia, sistem pendidikan klasik Yunani yang bertujuan menggambarkan gambaran manusia ideal. Menurut etheses IAIN Ponorogo, Paideia atau ‘seni mendidik’ di Yunani Klasik dianggap sebagai tonggak awal peradaban melalui pendidikan dan kesadaran intelektual manusia. Esensinya, pada masa ini, manusia dipandang sebagai makhluk yang sesuai dengan kodratnya.

READ  Alasan Keterikatan Manusia dan Bonobo dalam Makan Bersama

Abad Pertengahan

Pada masa abad pertengahan, sudut pandang manusia dari Yunani Klasik mendapat penyegaran melalui pandangan dari kepercayaan Kristiani. Perubahan ini terjadi terutama ketika St. Agustinus meyakini bahwa manusia bukan hanya sekadar makhluk kodrati, tetapi juga makhluk adikodrati, imanen, dan transenden.

Mengutip repository UIN Jakarta, citra manusia yang awalnya sebagai faber mundi (pekerja atau pencipta dunianya sendiri), berkembang menjadi imago dei (makhluk ilahi, citra Tuhan). Namun, secara umum, dia hanya berangkat dari pertimbangan kodrati manusia, seperti manusia harus menjadi manusia yang baik.

Masa Renaissans

Masa Renaissans adalah periode yang penting dalam perkembangan humanisme. Pada abad ke-14 hingga 16, humanisme Renaissans menekankan moralitas yang berpusat pada keyakinan akan martabat manusia, nilai hidup aktif di dunia, dan kebebasan untuk bertindak. Manusia dipandang memiliki kapasitas untuk menentukan dan mengarahkan tujuan hidupnya sendiri.

Abad ke-17 dan 18

Kemudian, pada periode abad ke-17 dan ke-18, humanisme dalam era pencerahan menjauh dari konteks agama. Bahkan kadang terasa mendekati pandangan ateis. Dalam konsepsi ini, kekuatan akal dan ilmu pengetahuan mendominasi dalam kehidupan manusia. Konsep tentang kebesaran kemanusiaan serta perkembangannya menjadi makna tertinggi dalam proses sejarah.

Abad ke-19 dan Seterusnya

Di abad ke-19, konsep humanisme dihadapkan pada revolusi industri dan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat seperti fisika, biologi, politik, sosiologi, dan ekonomi. Kemudian, dalam abad ke-20, kekuatan humanisme semakin terpuruk akibat perang dunia I dan II serta kekejaman rezim Nazi.

Kala itu, martabat manusia diinjak-injak, keagungannya dirobek-robek. Manusia tidak berarti lagi. Pada tahap berikutnya, pemikiran tentang humanisme terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu humanisme keagamaan dan sekuler.

Humanisme keagamaan berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan. Pemikiran tersebut diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan. Sementara aliran humanisme sekuler mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.

READ  TKD Prabowo-Gibran di Jateng Mendorong Peran Aktif Anak Muda dalam Membangun Bangsa

Dalam konteks ini, humanisme adalah aliran pemikiran yang menonjolkan manusia sebagai subjek utama. Manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dan diingatkan akan eksistensinya, kedudukannya, serta tanggung jawab dalam kehidupan.

Kesimpulan

Humanisme merupakan konsep yang menggambarkan pandangan manusia terhadap eksistensi dirinya dan hubungan sosial dengan sesama dalam suatu komunitas. Seiring perkembangannya dari Yunani Klasik hingga era modern, pemahaman tentang humanisme mengalami evolusi dari konsep manusia sebagai makhluk kodrati hingga dipandang sebagai subjek utama dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ditingkatkan. Pergeseran pandangan terjadi dari paideia Yunani Klasik hingga humanisme modern yang menekankan pada moralitas, kebebasan, dan penghargaan terhadap martabat manusia sebagai fokus utama dalam kehidupan.