indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, impor beras dari Thailand dan Vietnam terus mengalami peningkatan. Kenaikan dalam volume impor ini terjadi sebagai respons terhadap turunnya produksi beras di Indonesia akibat dampak dari fenomena El Nino yang sering terjadi.
Fenomena cuaca ekstrem ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara produsen beras lainnya seperti Vietnam dan Thailand juga mengalami hal serupa.
Sebelumnya, situasi yang sama juga terjadi di Vietnam. Kementerian Pertanian dan Koperasi di Thailand memperkirakan terjadi penurunan produksi beras pada musim panen 2023-2024, terutama dampak fenomena cuaca El Nino.
Produksi beras diperkirakan akan berkurang sebesar 871.000 ton, turun 3,27% menjadi 25,8 juta ton. Penurunan ini juga seiring dengan menurunnya luasan lahan menjadi total 62,4 juta rai (9,98 juta ha). Ini merupakan pengurangan 602.000 rai atau 0,96% dari tahun sebelumnya.
Di sisi lain, meskipun terdapat dampak dari El Nino, Thailand masih mengalami surplus produksi beras dibanding konsumsinya. Menurut peneliti dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, Thailand rata-rata memproduksi sekitar 20 juta ton beras setiap tahunnya, namun konsumsinya hanya sekitar 11-13 juta ton.
Penurunan produksi beras di Thailand pada tahun 2023 diperkirakan sebanyak 871 ribu ton, mengalami penurunan sebesar 3,17%. Thailand dapat melakukan ekspor beras karena produksinya lebih tinggi dari tingkat konsumsi. Dengan produksi sebesar 20 juta ton dan konsumsi 11 juta ton per tahun, Thailand memiliki jumlah penduduk 69 juta jiwa, yang setara dengan seperempat jumlah penduduk Indonesia,” ungkapnya.
Sementara Thailand terus menghadapi efek El Nino yang cukup signifikan, produksi beras di sana menurun sebesar 4-5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, hal ini tidak menghentikan Thailand untuk tetap melakukan ekspor beras ke Indonesia.
Di sisi lain, Vietnam juga turut merasakan panas ekstrem akibat El Nino. Meskipun demikian, produksi beras di Vietnam pada tahun 2023 mengalami peningkatan sebesar 1-2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut laporan dari Nikkei Asia, Bea Cukai Vietnam menyatakan bahwa produksi beras di negara itu sudah mencapai lebih dari 43 juta ton.
Untuk volume ekspor beras Vietnam kini meningkat menjadi 8 juta ton sepanjang tahun 2023. Angka ini mengalami kenaikan dari rata-rata volume ekspor antara 6-7 juta ton per tahun dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih jauh, Eliza menjelaskan bahwa produktivitas padi di Vietnam memang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Selain itu, jumlah penduduk di negara tersebut juga tidak sebanyak Indonesia, sehingga terdapat surplus yang bisa diekspor.
“Kalau Vietnam memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi daripada Indonesia, dan jumlah penduduknya pun tidak sebanyak Indonesia, sehingga surplus bisa diekspor. Kami (Indonesia) memiliki produksi beras yang besar, namun kebutuhan juga besar karena jumlah penduduk kami yang banyak dan sangat bergantung pada satu komoditas beras,” jelas narasumber.
Indonesia juga mengimpor beras dari India. Untuk informasi lebih lanjut, lihat halaman berikutnya.
Selain Vietnam dan Thailand, Indonesia juga sempat impor beras dari India. Eliza mengatakan meski India merupakan negara dengan penduduk besar, tetapi penduduknya tidak hanya bergantung pada beras.
Sebaliknya, Indonesia kekurangan pasokan beras karena impor dari Thailand dan Vietnam tersendat. Dampak El Nino membuat produksi beras di Indonesia menurun.
“Mereka memilih untuk diversifikasi pangan. Beras hanya menyumbang 43,5% dari total konsumsi pangan, diikuti oleh Gandum sebesar 40,4%, Ragi (biji-bijian) mencapai 12,6%, dan sisanya adalah pangan lokal. Hal ini sangat berbeda dengan kebiasaan di Indonesia di mana 83% dari pangan yang dikonsumsi bergantung pada beras,” ujar ahli pangan.
Berdasarkan data The United States Department of Agriculture (USDA), pada tahun 2022 saja produksi beras di India mencapai 130 juta ton. Sementara konsumsi penduduk negara tersebut sebesar 110 juta ton, yang berarti terdapat kelebihan produksi sebesar 21 juta ton yang dapat diekspor ke negara lain.
Dihubungi terpisah, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori juga menyatakan pendapat yang serupa. Menurutnya, meskipun Thailand dan Vietnam sama-sama terdampak oleh El Nino, keduanya masih mampu untuk melakukan ekspor beras ke Indonesia. Hal ini dikarenakan produksi beras di kedua negara tersebut masih jauh di atas kebutuhan dalam negeri mereka.
Menurut narasumber, Indonesia dan Thailand sama-sama terkena dampak dari fenomena El Nino. Meskipun demikian, hasil produksi beras di Indonesia sangat besar, mencapai lebih dari 31 juta ton hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu faktor utamanya adalah jumlah penduduk Indonesia yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand.
“Indonesia merupakan produsen beras terbesar ke-4 di dunia, sementara Thailand dan Vietnam berada di bawahnya. Meskipun begitu, produksi beras nomor 4 dunia tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Vietnam memiliki surplus beras yang besar, begitu juga dengan Thailand dan India,” jelas sumber dalam diskusi.
Merujuk pada data The United States Department of Agriculture (USDA), pada tahun 2022, Indonesia sebenarnya merupakan produsen beras terbesar keempat di dunia dengan jumlah produksi mencapai 31,5 juta ton. Informasi ini didasarkan pada data yang diperoleh dari…
Namun, dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 273 juta jiwa dan terus meningkat menjadi 277 juta orang, konsumsi beras di tanah air pun semakin meningkat. Jumlah konsumsi beras di Indonesia mencapai 30 juta ton.
Sementara produksi beras Vietnam mencapai 27 juta ton dan Thailand 19,8 juta ton, populasinya pun berbeda. Vietnam memiliki 97 juta penduduk pada tahun 2022 dengan konsumsi beras sebanyak 21 juta ton, sedangkan Thailand memiliki 69 juta penduduk namun konsumsinya hanya 13 juta ton.
Artinya jika produksi Vietnam sebanyak 27 juta ton dikurangi dengan konsumsi sebanyak 21 juta ton, maka terdapat surplus sebesar 6 juta ton yang bisa diekspor oleh negara tersebut. Begitu juga dengan Thailand, di mana produksi beras mencapai 19 juta ton sedangkan konsumsi mencapai 13 juta ton, sehingga terjadi surplus sebesar 7 juta ton.