indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Riset menunjukkan bahwa tornado berpotensi muncul di Indonesia, demikian yang diungkapkan oleh Peneliti Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin.
Meski diragukan banyak orang, mekanisme puting beliung yang terjadi di Cimenyan membawa pandangan berbeda. “Mungkin saja, kalau kita melihat bagaimana mekanisme puting beliung yang terjadi di Cimenyan, yang kami (BRIN) sebut sebagai tornado F0,” ujar Erma dalam wawancara dengan CNN Indonesia pada Rabu (6/3/2024).
Perkiraan ini didasarkan pada fenomena Puting Beliung Cimenyan yang terjadi pada 28 Maret 2021. Fenomena ini telah direkonstruksi oleh BRIN dengan menggunakan data dari radar Santanu.
Awalnya, bow echo terbentuk karena adanya prakondisi untuk Memberdayakan pengembangan MCC yang diinduksi oleh inisiasi siklon tropis Seroja. Namun, karena struktur seperti bumerang dari bow echo ini, dua meso-vortex terbentuk dan menghasilkan angin puting beliung di Cimenyan dengan kecepatan mencapai 56 km/jam.
Sementara itu, sebagai informasi, angka 64 diketahui sebagai batas terendah untuk tornado F0. Oleh karena itu, kita bisa membayangkan seberapa kuatnya kecepatan angin tersebut,” ujar Erma.
“Jadi kita bukan hanya bicara soal kecepatan angin yang meningkat, tapi juga radius pusaran dan skalanya yang menjadi meso sehingga bisa terdeteksi secara jelas dari satelit,” sambungnya.
Sementara itu, para ahli cuaca memperkirakan bahwa pola cuaca ekstrem ini dapat berdampak luas pada berbagai sektor di Indonesia. Khususnya daerah-daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Dalam konteks ini, disebutkan bahwa tornado genesis bisa terjadi di Indonesia. Meskipun demikian, kemungkinannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat.
Masih ada kemungkinan terjadinya tornado genesis di wilayah Indonesia. Menurut ahli meteorologi, karena tornado genesis masuk ke dalam fenomena meso, maka keberadaannya bisa berkembang menjadi tornado genesis yang lebih besar.
Tentang Tornado Genesis
Tornado terbentuk dari badai supercell atau jenis badai yang paling mungkin menghasilkan tornado. Lantas, apa itu tornado genesis?
Tornado genesis adalah tahapan di mana pemicu awal terbentuknya tornado mulai terjadi. Kondisi cuaca khusus, seperti adanya supercell dan perubahan arah angin secara vertikal, menjadi faktor penting dalam proses pembentukan tornado.
Melansir dari jurnal Tornadogenesis: Our current understanding, forecasting considerations, and questions to guide future research oleh Paul M. Markowski dan Yvette P. Richardson, tornado genesis merujuk pada proses pembentukan tornado itu sendiri.
Proses pembentukan tornado, yang dikenal sebagai tornado genesis, dipelajari secara mendalam oleh para ilmuwan cuaca. Dalam studi ini, Markowski dan Richardson mengungkap pemahaman saat ini, pertimbangan dalam meramalkan, serta pertanyaan yang dapat membimbing penelitian di masa depan terkait fenomena alam yang mematikan tersebut.
Proses ini dimulai ketika terdapat kondisi atmosfer yang sesuai, seperti cuaca panas dan lembab yang bertemu dengan udara dingin dan kering.
Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Utami, seorang pakar meteorologi, “Ketika faktor-faktor tersebut bersatu, maka kemungkinan terbentuknya tornado di Indonesia semakin meningkat.”
Sebelum terjadinya tornado, biasanya akan ada kondisi cuaca yang tidak stabil.
Ketika kondisi itu terjadi, udara panas akan naik ke atmosfer dan memicu pembentukan awan kumulonimbus yang besar dan kuat.
Badai supercell seringkali mengandung rotasi mesokimia di dalam struktur awan kumulonimbus. Rotasi ini biasanya terjadi di lapisan atas badai dan menjadi pemicu terbentuknya tornado yang mungkin terjadi.
Kesimpulan
Riset yang dilakukan oleh Peneliti Klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional menunjukkan bahwa tornado memiliki potensi untuk muncul di Indonesia, terutama setelah peristiwa Puting Beliung Cimenyan pada 28 Maret 2021. Meskipun masih dianggap memiliki kemungkinan yang lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat, fenomena tornado genesis bisa terjadi di wilayah Indonesia akibat kombinasi kondisi atmosfer yang sesuai. Para ahli cuaca mengingatkan bahwa pola cuaca ekstrem ini dapat berdampak luas, terutama bagi daerah-daerah rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.