PBSI Ungkap Rincian Kontrak Pelatih Tim Pelatnas

indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – PP PBSI menjelaskan bahwa para pelatih di Pelatnas memiliki kontrak kerja dengan federasi. Penjelasan ini juga dimaksudkan untuk menanggapi polemik yang muncul setelah beberapa pelatih memutuskan untuk meninggalkan posisinya karena ketidakjelasan mengenai kesepakatan tertulis antara kedua belah pihak.

Ada dua pelatih yang memutuskan untuk mundur dari Pelatnas, salah satunya disebabkan oleh ketidakjelasan dalam sistem kontrak. Salah satu pelatih yang terpengaruh adalah Nova Widianto, pelatih ganda campuran.

Pada tanggal 1 Desember 2022, Nova mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala pelatih ganda campuran di pelatnas. Pengurus teras PBSI menerima surat pengunduran tersebut pada 15 Desember 2022.

Saat itu, Nova kepada detikSport, menjelaskan alasan memilih untuk mundur dari pelatnas dan pindah ke Malaysia salah satunya karena tidak ada kontrak yang ditawarkan.

“Pertimbangannya ini adalah pilihan yang dibuat, mbak. Seiring berakhirnya tahun, evaluasi menjadi hal yang wajar karena kami tidak memiliki kontrak yang mengikat setiap tahun. Maka, pilihan untuk bertahan di Cipayung mungkin saja, namun tanpa adanya kontrak, tidak menjamin hal tersebut. Akhirnya, Malaysia menawarkan kontrak dan saya memilih untuk pergi ke sana. Itu kesimpulannya,” ungkap Nova saat itu.

Selain Nova, Rionny Mainaky, Kepala Pelatih Olimpiade Paris, sebelumnya juga menyatakan bahwa tidak ada kontrak resmi antara dirinya dan federasi.

“Saya sudah menyampaikan kepada mereka yang ingin membuat kontrak, silakan. Saya jelaskan, saya sendiri juga tidak memiliki kontrak. Selama kita semua di sini bekerja keras, melaksanakan tugas dengan baik, serta mendidik para atlet dengan baik pula, itu sebenarnya merupakan kontrak yang abadi,” ujar Rionny kepada awak media pada awal bulan Maret 2023.

READ  Aksi Mahasiswa di Jalan Pemuda Rawamangun: Antusiasme dan Tantangan

Sebelumnya, Ketua Harian PBSI Alex Tirta menegaskan bahwa kontrak pelatih telah diatur dengan batas maksimal dua tahun.

“Setiap pelatih memiliki kontrak tersendiri. Kontrak biasanya berlangsung maksimal dua tahun karena satu periode kepengurusan berlangsung selama 4 tahun. Namun, kontrak pelatih dapat diperpanjang per tahun,” ungkap Alex saat berbincang-bincang dengan wartawan di area SCBD pada Rabu (6/3/2024).

Alex menjelaskan bahwa pelatih yang belum menerima kontrak biasanya harus menjalani serangkaian tes terlebih dahulu sebelum dapat ditetapkan.

“Jika masih dalam tahap tes, maka belum dapat dikeluarkan SK (Surat Keputusan), karena ini masih dalam tahap percobaan selama tiga bulan. Untuk dinyatakan lulus dalam tes, terdapat kriteria-kriteria tertentu dan referensi dari sektor terkait. Sebagai contoh, dari sektor ganda, kemudian orang-orang di sektor tersebut akan memberikan referensi,” ujarnya.

“Jadi kalau sebelumnya ada yang mengatakan tidak ada kontrak? Ada. Mereka belum semuanya (ikut tes),” jelasnya.

“Jika Rionny berbicara tentang komitmen terhadap Tim Merah Putih, memang benar, dia berada di belakang PBSI. PBSI akan mengevaluasi setiap pelatih yang memenuhi kriteria tanpa kecuali. Kami membutuhkan para pelatih terbaik untuk mendukung kemajuan atlet-atlet kita,” ungkap Alex dengan tegas.

“Pelatih juga memiliki evaluasi seperti atlet. Begitu juga dengan atletnya. Misalnya, jika atlet A memiliki kekurangan di sini, maka dibutuhkan waktu berapa lama untuk meningkatkannya. Jika waktu yang diperlukan lama, itu menunjukkan performa pelatih juga,” tegasnya.

Kesimpulan

Para pelatih di Pelatnas PBSI menghadapi ketidakjelasan dalam kontrak kerja, yang menyebabkan beberapa di antaranya seperti Nova Widianto dan Rionny Mainaky memutuskan untuk mundur karena tidak ada kontrak resmi. Meskipun Ketua Harian PBSI Alex Tirta menegaskan adanya kontrak dengan batas maksimal dua tahun, namun masih terdapat kebutuhan untuk memperjelas kesepakatan tertulis antara pelatih dan federasi untuk memastikan stabilitas dan komitmen dalam pengembangan atlet Indonesia.

READ  Buntut Insiden Jendela Pesawat Terbuka, Gugatan Rp 15,7 T Terhadap Boeing & Alaska Airlines