indotim.net (Jumat, 08 Maret 2024) – Ekonomi Indonesia diyakini mampu menyesuaikan diri di tengah ketidakpastian global yang sedang berlangsung. Pertumbuhan ekonomi terus terjaga, sementara tingkat inflasi cenderung rendah.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar kita tidak terlena dalam kondisi ini.
Satu hal yang disorot oleh beliau adalah inflasi pangan yang masih tinggi.
“Kita patut bersyukur bahwa pertumbuhan ekonomi yang tangguh juga tetap terjaga, dengan stabilitas inflasi yang rendah. Di tengah situasi global yang masih dilanda tekanan inflasi tinggi, Indonesia mampu mempertahankan tingkat inflasi yang relatif rendah,” ucapnya saat berbicara dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (7/3/2024).”
“Namun kita tak boleh terlena karena faktor inflasi dari sektor pangan menunjukkan kenaikan dan tekanan,” ujar Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia.
Apalagi Indonesia memasuki bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri. Momen ini, menjadi salah satu yang harus diwaspadai.
Para ahli ekonomi pun turut mengingatkan akan dampak dari lonjakan harga pangan, terutama jelang momen penting bagi umat muslim tersebut. Situasi ini menjadi perhatian utama Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan. “Kita perlu siap-siap menghadapi kenaikan harga-harga pangan, terutama menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Kondisi inflasi pangan yang makin tinggi harus diantisipasi dengan baik,” tegas Sri Mulyani dalam sebuah konferensi pers.
“Khususnya selama Ramadan dan hari raya, perlu diawasi dan ditangani secara serius,” ucapnya.
Pada acara tersebut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa isu inflasi pangan juga menjadi perhatian dalam pertemuan G20 di Brasil. Ia menegaskan bahwa kondisi global saat ini sedang mengkhawatirkan.
“Brasil menekankan pentingnya inklusivitas terutama bagi masyarakat prasejahtera, serta isu keamanan pangan dan kelaparan sebagai fokusnya. Di tengah lingkungan global yang tidak selalu bersahabat, kita harus tetap waspada,” ujar Sri Mulyani dalam sebuah pertemuan terkait ekonomi dunia.
Bendahara negara ini juga menyinggung kondisi global masih dipenuhi dengan ketegangan geopolitik. Menurutnya situasi berpotensi menekan minat investasi.
“Tadi disampaikan dalam paparan pendek di awal bahwa kondisi global masih dipenuhi dengan ketegangan geopolitik, yang ini tentu akan semakin menekan minat investasi,” katanya.
Sri Mulyani juga menyoroti dampak langsung dari inflasi pangan yang terus meningkat pada kondisi sosial masyarakat.
Menyusul Daging sapi yang naik, Sri Mulyani meminta agar konsumen dan investor memperhatikan gejala inflasi yang semakin tinggi terutama dalam harga pangan.
Akibatnya, sebut Sri Mulyani, investasi tidak hanya menyasar profitabilitas tapi juga melihat faktor sekutu. Fenomena ini dikenal dengan Friendshoring.
“Investasi bukan sekadar tentang profitabilitas, tetapi juga mengalami fragmentasi berdasarkan kriteria teman atau bukan teman, atau yang sering disebut friendshoring,” ungkap Sri Mulyani.
Kesimpulan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan tentang lonjakan inflasi pangan yang perlu diwaspadai, terutama menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri. Meskipun ekonomi Indonesia mampu bertahan di tengah situasi global yang sulit, Sri Mulyani mengingatkan agar tetap waspada terhadap tekanan inflasi yang terus meningkat dari sektor pangan. Penting bagi konsumen dan investor untuk memperhatikan gejala inflasi yang semakin tinggi dalam harga pangan sebagai tanda untuk mengantisipasi dampaknya.