indotim.net (Jumat, 08 Maret 2024) – PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) telah mulai mempertimbangkan penerapan teknologi elektrifikasi pada kendaraan di Indonesia. Namun, hingga saat ini Suzuki masih fokus menggunakan teknologi mobil hybrid ringan atau yang dikenal dengan SHVS (Smart Hybrid Vehicle by Suzuki).
Di Indonesia, teknologi ini telah diterapkan pada Suzuki Ertiga, XL7, dan Grand Vitara. Ketiganya sudah dilengkapi dengan baterai lithium-ion, meskipun kapasitasnya tidak sebesar mobil full hybrid atau bahkan mobil listrik murni.
Di sisi lain, Suzuki masih mempertahankan penggunaan teknologi mild hybrid pada kendaraan-kendaraan mereka dan belum merilis mobil listrik berbasis baterai seperti para pesaingnya. Suzuki berpendapat bahwa mobil listrik berbasis baterai masih dianggap mahal untuk diproduksi dan dijual secara massal.
“Kenapa Suzuki menggunakan teknologi mild hybrid sedangkan ada teknologi full hybrid dan lainnya di pasaran? Suzuki melihat bahwa harga baterai masih belum ekonomis secara global. Semakin besar baterai, semakin mahal harganya, yang kemudian dapat mengambil bagian besar dari total harga kendaraan dibandingkan dengan yang menggunakan teknologi konvensional. Selain itu, biaya perawatan juga cukup tinggi saat baterai perlu diganti. Masih belum lagi masalah disposisi limbah baterai. Suzuki memiliki komitmen terhadap lingkungan,” ungkap Joshi Prasetya, Kepala Departemen Perencanaan Strategis PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat.
“Apalagi BEV (mobil listrik berbasis baterai), BEV itu udah full baterai. Berapa harganya saat ini? Di saat harganya sudah bisa reasonable, why not?” ungkap Joshi.
Meskipun tren kendaraan ramah lingkungan semakin menunjukkan pertumbuhan, Suzuki tetap bertahan dengan penggunaan teknologi mild hybrid. Alasannya sederhana, Suzuki ingin tetap menghadirkan kendaraan ramah lingkungan tanpa membuat harga jualnya melonjak. Hal ini menjadi penting mengingat mayoritas konsumen di Indonesia masih lebih memilih mobil dengan kisaran harga di bawah Rp 300 juta.
Suzuki masih konsisten dalam menggunakan teknologi mild hybrid di produk-produknya. Menurut pernyataan resmi dari perusahaan, Suzuki menganggap bahwa saat ini mobil listrik masih dianggap mahal oleh masyarakat Indonesia. “Sekarang sih Suzuki berpikir bahwa kue besar dari kebutuhan dan daya beli masyarakat kita ada di kisaran Rp 300 jutaan. Kita menyasar itu, karena dengan harga yang terjangkau itu bisa dibeli oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Dan kita juga tidak ada ketergantungan dengan infrastruktur,” ungkap narasumber dari Suzuki.
Adanya teknologi mild hybrid yang masih diandalkan oleh Suzuki, memunculkan pandangan bahwa mobil listrik masih dianggap sebagai opsi yang terlalu mahal. Meskipun demikian, harga mobil listrik saat ini secara umum berada di atas Rp 300 juta rupiah. Terdapat beberapa kendaraan listrik asal China yang dijual dengan harga di bawah Rp 300 juta, namun ukurannya lebih kecil dan lebih cocok digunakan di lingkungan perkotaan.
Kesimpulan
Suzuki terus berinovasi dengan teknologi mild hybrid sebagai alternatif ramah lingkungan yang tetap terjangkau bagi konsumen di Indonesia. Meskipun tren mobil listrik semakin berkembang, Suzuki memilih untuk tidak melonjakkan harga jual kendaraannya dengan teknologi tersebut, mengingat mayoritas konsumen di Indonesia lebih memilih mobil dengan harga di bawah Rp 300 juta. Meskipun masih dianggap mahal oleh masyarakat, Suzuki tetap konsisten dengan pendekatan ini, menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan dan kebutuhan konsumen lokal.