indotim.net (Jumat, 01 Maret 2024) – Nama Aiptu Adi Tri Sukmono, dikenal masyarakat Kelurahan Bangkle, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), sebagai pendiri Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) gratis. Di luar tugasnya menjaga ketertiban, dia peduli terhadap pendidikan Al-Qur’an di sekitar kediamannya.
PS Kanit Turjawali Satsamapta Polres Blora tersebut menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan dengan tidak mematok tarif bagi siswa atau santri yang ingin belajar di TPQ Nurul Qur’an yang didirikannya. Bagi mereka yang tidak mampu, Aiptu Adi dengan tulus mempersilakan mereka untuk belajar tanpa dipungut biaya apapun.
Atas komitmennya yang luar biasa, Aiptu Adi telah diusulkan oleh salah satu pembaca, Andy Bagus, sebagai kandidat untuk Hoegeng Awards 2024. Andy Bagus mengajukan nama Aiptu Adi melalui formulir yang dapat diakses melalui tautan ini.
detikcom kemudian menghubungi Andy untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang cerita Aiptu Adi, pada Kamis (16/2/2024). Andy sendiri adalah warga Kecamatan Blora yang secara langsung terlibat dalam kegiatan TPQ tersebut.
Pada awalnya, Aiptu Adi memutuskan untuk mendirikan TPQ di garasinya. Hal ini diungkapkan Andy, salah satu saksi yang mengetahui sejarah berdirinya TPQ tersebut.
“Ya awalnya TPQ itu kecil di rumahnya, terus di garasi rumahnya. Dari rekan-rekan banyak donatur, ya cukup layaklah sekarang TPQ-nya lebih luas. Ya di tanah pribadinya Pak Adi sendiri itu,” kata Andy.
Andy sendiri cukup mengenal sosok Aiptu Adi. Dia mengatakan selain menyisihkan gajinya sebagai anggota Polri, Aiptu Adi juga kerap membuka donasi.
Sebelumnya, terjadi situasi di mana salah satu pengajar di TPQ tersebut tidak mampu membeli accu untuk sepeda motornya. Melihat hal ini, Aiptu Adi kemudian menginisiasi penggalangan dana untuk membantu membelikan accu motor tersebut.
“Mas Adi ke saya minta bantuan, ini kasihan accu sepeda motornya sudah soak,” sebutnya.
Aiptu Adi, seorang anggota kepolisian di Blora, Jawa Tengah, memutuskan untuk membangun Taman Pendidikan Alquran (TPQ) gratis bagi warga kurang mampu di daerahnya. Keputusan tersebut diambil sebagai bentuk kepedulian Adi terhadap pendidikan agama.
Setelah dana terkumpul, lanjut Andy, Aiptu Adi tak memberi tahu tenaga pengajarnya itu. Dia mulanya meminjam sepeda motor tenaga pengajarnya tersebut.
Akhirnya, ketika informasi terungkap, tenaga pengajar TPQ itu sangat terharu. Mereka merasa dihargai dan termotivasi oleh kebaikan Aiptu Adi.
Setelah itu, Aiptu Adi langsung bergegas menuju rumah Pak Slamet, salah satu warga yang tinggal di lereng perbukitan.
Pak Slamet adalah sosok yang dikenal sebagai tokoh masyarakat yang hidup pas-pasan, namun selalu peduli dengan lingkungan sekitarnya.
“Pak Slamet, motor Bapak sudah saya bawa nih. Saya ganti accunya yang baru, semoga sekarang bisa digunakan dengan lebih nyaman,” ujar Aiptu Adi sambil menyerahkan motor yang sudah diperbaiki.
Sebelumnya, Aiptu Adi datang ke sekolah untuk memberikan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan.
“Jadi nggak bilang ke tenaga pengajarnya, tahu-tahu accunya sudah baik,” tuturnya.
Kata Andy, Aiptu Adi juga pernah mendapatkan hadiah umrah dari Polres Blora. Namun, Aiptu Adi merasa belum pantas pergi ke tanah suci.
Aiptu Adi dengan rendah hati meminta agar hadiah yang diterimanya dialihkan untuk mengembangkan TPQ miliknya. Baginya, langkah tersebut akan memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat.
“Beliau tidak menolak, tetapi lebih mengutamakan prinsip manfaat, akhirnya beliau memanfaatkannya untuk TPQ-nya,” ujar sumber yang bersangkutan.
Aiptu Adi, menurut Andy, tidak pernah membatasi besaran donasi yang diterima untuk TPQ miliknya. Andy sendiri telah beberapa kali menyaksikan langsung kegiatan belajar mengajar di TPQ tersebut.
“Tenaga pengajarnya benar-benar sesuai dengan bidangnya. Mulai dari guru ngaji hingga alumni pondok pesantren, Mas Adi memberikan fasilitas yang lengkap,” ungkapnya dengan antusias.
Dari 9 hingga 144 Murid
Dihubungi terpisah, Aiptu Adi menyebut mulai membangun TPQ Nurul Qur’an sejak tahun 2019. Saat itu, jumlah muridnya hanya 9.
Seiring berjalannya waktu, TPQ tersebut mulai dikenal warga, hingga di luar Kelurahan Bangkle. Hingga kini, murid yang belajar di sana mencapai 144.
“Kami memberikan Al-Quran dan kebutuhan santri secara gratis,” ujar Aiptu Adi dengan tulus.
Karena jumlah murid yang terus bertambah, Aiptu Adi pun menambah jumlah tenaga pendidik. Bagi siswa yang mampu, mereka diberikan kesempatan untuk memberikan infaq sebagai pembayaran bagi para pendidik tersebut.
Aiptu Adi membangun TPQ dengan tujuan membantu memberi pendidikan Al-Qur’an kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu di Blora. Meskipun tidak diwajibkan, semangat TPQ ini sangat luhur.
“Kami mengumpulkan sumbangan untuk biaya honor guru saja,” ungkapnya.
TPQ yang dibangun secara gratis oleh Aiptu Adi di Blora saat ini telah memiliki 14 tenaga pengajar. Dari jumlah tersebut, 8 di antaranya berasal dari Kelurahan Bangkle. Selain itu, TPQ tersebut memiliki 7 tingkatan pendidikan yang dapat diakses oleh warga sekitar.
Usia murid di TPQ tersebut sangat beragam, mulai dari yang termuda usia 5 tahun hingga yang tertua yang sudah duduk di bangku SMA.
“Kami memiliki 7 kelas mulai dari jilid 1 sampai Alquran,” ungkap Aiptu Adi dengan antusias.
Harapan Menjadi Pondok Pesantren
Untuk menutup biaya operasional TPQ, Aiptu Adi menyadari bahwa ia tidak bisa melakukannya sendirian. Mengandalkan gajinya sebagai anggota Polri saja tidak akan mencukupi dengan maksimal.
Dalam upaya mendukung pendidikan agama di Blora, Aiptu Adi mengambil inisiatif untuk membangun Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) gratis yang dapat diakses oleh warga tak mampu. Langkah ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih luas bagi anak-anak untuk belajar agama tanpa terkendala biaya.
Setelah berhasil mendirikan TPQ tersebut, Aiptu Adi tidak berhenti hanya pada tahap pembangunan. Dia lalu membuka donasi bagi siapa saja yang bersedia membantu TPQ tersebut, mulai dari jajaran di Polres Blora hingga masyarakat umum. Tindakan ini mencerminkan kepeduliannya terhadap pendidikan agama dan semangat untuk berbagi kepada sesama.
Melihat kondisi keuangan yang terbatas, Aiptu Adi memutuskan untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) gratis di Blora. Meski memiliki 15 guru, namun gaji mereka tidaklah mencukupi. “Kalau dari saya sendiri untuk pengeluaran gaji guru kan nggak kuat. Karena sudah ada 15 guru, jadi kadang teman-teman dari Polres itu membantu juga,” ungkap Aiptu Adi.
Ia kemudian menjelaskan bahwa kontribusi yang diminta dari warga yang mampu hanyalah Rp20 ribu per anak. Namun, banyak di antara mereka yang tidak mampu membayar. Aiptu Adi dengan tulus menerima kenyataan bahwa tidak semua orang mampu berkontribusi, sehingga TPQ tetap memberikan layanan pendidikan tanpa membedakan kemampuan finansial.
Untuk membayar tenaga pendidiknya setiap bulan, diperlukan biaya sekitar Rp 1,5 juta. Setiap guru mendapat bayaran yang berbeda-beda.
Melalui usahanya tersebut, Aiptu Adi berharap dapat membantu masyarakat kurang mampu di Blora untuk tetap mendapatkan pendidikan agama secara gratis.
Biaya tersebut adalah hal yang sangat penting dan harus dipertimbangkan secara matang. Aiptu Adi, seorang polisi yang gigih, memutuskan untuk menyediakan Tempat Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) gratis bagi warga kurang mampu di Blora.
Segala hal yang berkaitan dengan biaya operasional TPQ, seperti listrik dan air, ditanggung sepenuhnya oleh Aiptu Adi. Setiap bulan, adik-adik TPQ dapat belajar dengan nyaman tanpa harus membayar sepeser pun.
“Satu guru di sini ada yang menerima honor sebesar Rp 200 ribu, Rp 250 ribu, bahkan hanya Rp 100 ribu, semua itu hanya untuk mengganti uang bensin,” ungkapnya penuh semangat.
Lokasi TPQ Nurul Qur’an berada di dalam gang. Ada 4 kelas yang ditempatkan di rumah milik Aiptu Adi. Selain itu, terdapat 2 kelas di musala, dan 2 lainnya di rumah warga sekitar.
Sementara untuk jadwal belajarnya, dilakukan setiap hari kecuali Jumat. Para murid mulai belajar sekitar pukul 15.30 WIB setelah salat Asar, hingga menjelang Magrib sekitar pukul 17.00 WIB.
“Hari Jumat kan memang khusus ibu-ibu banyak yang belajar, ada yang usia 60 tahun,” ujar Aiptu Adi.
Aiptu Adi memiliki impian besar terkait perkembangan TPQ di masa mendatang. Bersama dengan para orang tua murid, dia berharap TPQ tersebut dapat memiliki fasilitas pondok.
Pada bagian sebelumnya, kita telah membahas bagaimana Aiptu Adi berhasil mendirikan TPQ gratis untuk warga tak mampu di Blora. Namun, dalam perjalanannya, Aiptu Adi menghadapi beberapa kendala, salah satunya adalah kurangnya lahan yang dimilikinya.
“Kalau cita-cita ke depannya banyak dari wali santri inginnya dibikin pondok gitu. Kendalanya ada di tempat karena jumlah santrinya banyak,” ungkapnya.