Guru Inspiratif dengan ‘Growth Mindset’ Lebih Disukai oleh Siswa

indotim.net (Selasa, 05 Maret 2024) – Menjadi seorang guru yang ramah saja ternyata tidaklah mencukupi. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa para siswa lebih menyukai guru yang meyakini bahwa mereka memiliki potensi untuk berkembang lebih dari sekadar bersikap ramah semata.

Penelitian yang dilakukan oleh Makita White, seorang kandidat PhD psikologi dari Washington State University, menemukan bahwa siswa cenderung memberikan respons positif terhadap guru yang mungkin terlihat dingin, asalkan guru tersebut memiliki pola pikir yang terbuka terhadap pertumbuhan atau growth mindset.

Sebaliknya, peserta penelitian justru memberikan respons negatif ketika berinteraksi dengan guru yang hangat namun memiliki pola pikir yang stagnan, yaitu keyakinan bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang tidak dapat diubah (contohnya, meyakini bahwa kemampuan matematika seseorang tidak akan berubah).

“Bersikap baik saja tidak cukup,” kata penulis utama White, dikutip dari Science Daily.

“Ketika seorang guru dapat merubah sikapnya menjadi lebih hangat, itu tentu memiliki dampak positif. Namun, lebih penting lagi untuk mengajarkan kepada siswa tentang ‘growth mindset’ daripada ‘fixed mindset’,” tambahnya.

“Pada tingkat yang sangat sederhana, bersikap ramah itu baik, tetapi pesan pola pikir yang Anda kirimkan kepada siswa sangatlah penting. Pesan tersebut bahkan bisa lebih kuat dari sekadar bersikap ramah,” ujar Elizabeth Canning, peneliti psikologi WSU, peneliti senior dalam riset tersebut.

Untuk penelitian ini, para peneliti menyajikan kepada 332 mahasiswa salah satu dari empat sketsa yang menggambarkan seorang profesor statistika dengan sikap dan pola pikir berbeda. Mereka kemudian menjawab serangkaian pertanyaan soal pendapatnya tentang profesor dan kelas yang mereka ajar, termasuk tingkat kenyamanan dalam mengikuti kursus dan seberapa jauh mereka bisa berkembang.

READ  Penemuan Kerangka Dinosaurus Kolosal di Prancis, Berusia 70 Juta Tahun

Skenario di mana profesor menyatakan pola pikir berkembang mendapat tanggapan yang jauh lebih positif dari para mahasiswa. Responden menyatakan mereka akan mempunyai rasa memiliki yang lebih besar di kelas, perasaan “imposter” yang lebih rendah, dan peluang yang lebih besar untuk berhasil dalam mata pelajaran tersebut.

Selain temuan ini, Canning juga melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pengajar dengan pola pikir tumbuh dapat mengurangi kesenjangan kinerja bagi kelompok yang secara tradisional kurang beruntung. Sebagai contoh, dalam sebuah studi, pengajar dengan pola pikir tetap ditemukan mengurangi kinerja perempuan dalam bidang STEM (Science-Technology-Engineering-Math).

“Dengan memperhatikan bagaimana pola pikir pengajar dan budaya memengaruhi siswa, hal ini dapat membantu mengurangi beban siswa. Sebaliknya, kita dapat lebih fokus pada menciptakan lingkungan yang memotivasi dan kondusif, sehingga semua orang dapat meraih kesuksesan di kelas,” ujar Canning.

Kesimpulan

Para siswa cenderung lebih menyukai guru yang memiliki pola pikir ‘growth mindset’ daripada sekadar bersikap ramah. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang percaya pada potensi pertumbuhan siswa dapat mempengaruhi respons positif dari siswa, bahkan lebih dari guru yang bersikap hangat tetapi memiliki pola pikir stagnan. Dengan membawa pesan ‘growth mindset’ ke dalam kelas, guru dapat memberikan dampak positif yang lebih besar pada perkembangan siswa, menurunkan tingkat perasaan “imposter” dan meningkatkan peluang keberhasilan dalam pembelajaran.