indotim.net (Minggu, 21 Januari 2024) – Cawapres nomor urut 3, Mahfud Md, mengisahkan tentang kondisi pada tahun 2014 saat ia dan cawapres nomor 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), berada pada posisi yang berbeda. Mahfud juga menanyakan pendapat Cak Imin mengenai food estate.
“Pada tahun 2014, kita berada dalam posisi yang berbeda. Saya menjadi ketua tim untuk Pak Prabowo, sementara Pak Muhaimin berada dalam tim untuk Pak Jokowi waktu itu. Pada tanggal 5 Juli 2014, Pak Jokowi mengajukan pertanyaan kepada Pak Prabowo. Pertanyaannya adalah seperti ini, ‘Pak Prabowo, saat ini kita dihadapkan dengan bencana ekologis yang salah satunya disebabkan oleh kerusakan hutan?'” kata Mahfud di panggung debat Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Minggu (21/1/2024).
“Laju deforestasi di negara kita merupakan yang tertinggi di dunia. Saat ini, situasinya sama dengan tahun 2014, seperti yang telah kita diskusikan sebelumnya,” lanjut Mahfud.
Mahfud kemudian mengajukan pertanyaan kepada Cak Imin mengenai pendapatnya tentang food estate dan kegagalan dalam menghentikan kerusakan hutan.
“Apakah Pak Muhaimin setuju bahwa kita telah gagal dalam upaya menghentikan kerusakan hutan dan pembangunan lahan pertanian berskala besar (food estate) sebagaimana yang dinilai oleh WALHI dan Greenpeace?” tanya Mahfud.
Cak Imin kemudian membicarakan tentang deforestasi. Menurutnya, kunci keberhasilan dalam mengatasi deforestasi adalah dengan melakukan penghijauan.
“Yang perlu dijadikan tolok ukur adalah sejauh mana rencana pengurangan deforestasi mampu mencapai keberhasilan dalam melakukan penghijauan atau reforestasi,” katanya.
Cak Imin sepakat dengan Mahfud mengenai solusi masalah ini. “Sampai hari ini, saya setuju dengan Pak Mahfud karena tidak ada keseriusan dan kesungguhan untuk melakukannya,” ujar Cak Imin.
Dalam kesempatan ini, Mahfud mengangkat isu pangan nasional. Dia mempertanyakan mengapa petani tidak terlibat dalam permasalahan ini.
“Bahkan ketika kita mencoba untuk menyediakan pangan nasional, mengapa kita tidak melibatkan petani tapi justru melakukan penggundulan hutan dan pada akhirnya gagal lagi. Ini disebabkan karena tidak melibatkan masyarakat adat setempat dan bahkan merusak keanekaragaman hayati kita,” jelas Mahfud.
Ia kemudian menegaskan bahwa perbedaan ini berkaitan dengan keberpihakan. Dia memperingatkan agar tidak dianggap remeh mengenai hal ini.
“Menurut saya, yang membedakan di sini adalah keberpihakan Pak Mahfud. Keberpihakan terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Kita tidak akan main-main dengan masalah ini. Ini berkaitan dengan nasib generasi kita,” jelasnya.
Kesimpulan
Cawapres nomor urut 3, Mahfud Md, mengungkit perbedaan posisi dengan Cak Imin di tahun 2014 terkait isu food estate dan kerusakan hutan. Mahfud menyoroti kegagalan dalam menghentikan kerusakan hutan dan pembangunan lahan pertanian berskala besar. Cak Imin setuju dengan Mahfud bahwa tidak ada keseriusan dan kesungguhan dalam mengatasi masalah ini. Mahfud juga menekankan bahwa perbedaan ini berkaitan dengan keberpihakan terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan nasib generasi mendatang.