Menjadi Pemimpin Di Atas Jalan Tol: Mengemudi Menuju Masa Depan yang Cerah

indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Mesin mobil yang terparkir di halaman rumahnya di kawasan Tapos, Depok, masih terasa hangat saat Jane berbincang dengan detikcom pada malam itu sekitar pukul 21.00 WIB.

“Habis dari Bandung,” tutur dia sambil menunjukkan sisa-sisa tinta ungu di jari kelingking tangan kanannya pada Rabu (14/2/2024) yang lalu.

Rupanya Jane baru saja kembali dari Bandung setelah mengunjungi orang tuanya untuk menggunakan hak pilihnya di siang hari. Ia menceritakan bahwa awalnya ia berencana untuk tidak memberikan suaranya pada saat pemilihan umum yang digelar pada 14 Februari 2024.

Maklum saja, pekerjaannya yang padat di hari sebelumnya membuat Jane tak bisa meninggalkan kantor tepat waktu. Celakanya, ia tak sempat mengurus pindah Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dan lagi, karena pekerjaannya baru tuntas cukup larut, tak ada angkutan umum berjadwal yang bisa mengantarnya pergi ke Bandung untuk melakukan pemungutan suara di sana.

Wajah putus asa Jane menarik perhatian atasannya yang kemudian menanyakan alasan di balik wajah kusutnya. Kepada atasannya itu, Jane mengungkapkan keinginannya mencoblos di rumah orang tuanya di Bandung namun terancam batal lantaran tak sempat memesan angkutan umum berjadwal untuk melakukan perjalanan ke sana.

Atasannya yang memahami beban pikiran Jane langsung memberikan solusi dengan menyarankan untuk menggunakan layanan car sharing sehingga perjalanan ke Bandung tetap dapat terlaksana. Jane pun tersenyum lega mendengar saran tersebut dan segera mencari informasi lebih lanjut mengenai layanan car sharing yang bisa dia gunakan.

Maklum Jane resah karena hari itu Selasa, 13 Februari, hanya berselang 1 hari dari hari pemungutan suara. Bila ia tak bergegas, maka momen 5 tahunan yang bakal menentukan masa depan Indonesia lima tahun mendatang itu akan terlewat begitu saja.

Singkat cerita, Jane menerima tawaran dari atasan untuk menggunakan kendaraan operasional kantor. Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB, tanpa ragu Jane langsung menyetujui tawaran tersebut dan segera bersiap-siap berangkat menuju Bandung.

“Untung ada jalan tol. Padahal sempat pasrah tuh, ‘nggak nyoblos deh’. Eh pas dapat pinjaman mobil kantor, aku langsung gas lewat tol ke Bandung,” tuturnya bercerita.

Ia mengungkapkan, perjalanan Jakarta-Bandung berjalan lancar. Terlebih dengan adanya tol layang MBZ yang memungkinkannya untuk menghindari kemacetan di bawahnya. Keseluruhan perjalanan hanya memakan waktu sekitar 2 jam untuk melintasi tiga ruas tol dari Jakarta-Cikampek dan Layang MBZ (terhubung), kemudian Cikampek-Purwakarta-Padalarang (SS Dawuan-SS Padalarang) serta Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi).

Gadis 28 tahun berambut panjang itu bersyukur, karena selain bisa menggunakan hak suaranya tepat waktu, momen singkat itu membuatnya bisa sekaligus bersilaturahmi dengan orang tua dan adik-adiknya yang sudah cukup lama tak berjumpa.

Ia merasa senang melihat senyuman bahagia dari wajah keluarganya yang kini telah semakin dewasa. Mereka bercerita satu sama lain, saling bertukar kabar, dan berbagi cerita tentang perjalanan masing-masing dalam menjalani kehidupan.

Ilustrasi Japek-MBZ Foto: Rifkianto Nugroho

“Jarang banget dapat waktu libur di tengah minggu seperti kemarin. Pas tanggal 14 itu kan libur nasional, jadi abis nyoblos aku masih ada waktu jalan sama adik-adikku dan masih ada waktu istirahat sampai sore sebelum balik lagi ke Jakarta,” cerita Jane.

Setelah cukup beristirahat, Jane bergegas kembali ke Ibu Kota sekitar pukul 19.00 WIB dan tiba di rumahnya sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itulah detik itu, Rabu (14/2/2024), detik menemuinya.

Ia merasa bersyukur kembali karena melalui jalan tol, perjalanan Jakarta-Bandung dapat dilakukan tepat waktu. Setiap kilometer yang dilewatinya mengisyaratkan kemungkinan masa depan yang semakin jelas.

“Di Bandung main lumayan puas, sekarang jam 9 (21.00 WIB) sudah di rumah (di Depok). Jadi masih ada waktu lumayan buat istirahat cukup, besok kita kerja lagi,” tutur Jane semringah.

Di dalam mobil, Jane merasa berada di persimpangan jalan antara kesuksesan dan kegagalan. Lampu seakan menuntunnya menuju garis finish yang tak terlihat dengan jelas. Ia pun semakin termotivasi untuk menentukan arah masa depannya.

Cerita Jane, hanya satu dari sekian banyak cerita mereka yang sangat terbantu berkat masifnya pembangunan jalan tol yang dilakukan pemerintah.

READ  Alasan Kenaikan Tarif Tol Jakarta-Cikampek: Penjelasan dan Dampaknya

Salah satu alur cerita yang menarik adalah ketika Jane harus merelakan waktu bersama keluarga demi mengejar kesempatan bisnis yang ada di kota.

Pada momen libur panjang menjelang hari raya Imlek yang baru saja berlalu, aktivitas lalu lintas di wilayah Jabotabek mengalami lonjakan signifikan. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mencatat bahwa sebanyak 681.611 kendaraan melintasi wilayah tersebut selama periode 7-10 Februari 2024, tepat saat memasuki masa Libur Panjang Isra Mikraj dan Tahun Baru Imlek 2024.

Corporate Communication & Community Development Group Head JSMR Lisye Octaviana mengungkap, data yang tercatat merupakan angka kumulatif arus lalu lintas (lalin) dari empat Gerbang Tol (GT) Barrier/Utama, yaitu GT Cikupa (menuju arah Merak), GT Ciawi (menuju arah Puncak), dan GT Cikampek Utama (menuju arah Trans Jawa) dan GT Kalihurip Utama (menuju arah Bandung).

“Total volume lalin yang meninggalkan wilayah Jabotabek ini meningkat 14,32% jika dibandingkan lalin normal (596.215 kendaraan),” ujarnya dikutip dari keterangan resmi, Minggu (11/2) lalu.

Waktu Lebih Singkat, BBM Lebih Hemat

Beberapa tahun belakang, jalan tol memang tidak pernah absen dari cerita penggunanya yang akhirnya bisa melintas dengan waktu tempuh lebih singkat dan menyenangkan.

Seperti contohnya Ahmad Ridwan, sopir truk colt diesel yang rutin mengangkut duku dari Jambi ke Surabaya, merasa sangat terbantu dengan adanya jaringan tol Trans Jawa yang tersedia.

“Saya biasanya melalui tol dari Jambi menuju Surabaya, kemudian langsung menuju tol Merak,” ujarnya.

Menurut Ridwan, salah satu manfaat adanya Tol Trans Jawa baginya adalah bisa menghemat waktu perjalanannya. Dari perhitungannya, waktu tempuh dari Jambi menuju Surabaya melalui tol bisa dihemat sekitar 3-4 jam dibandingkan dengan melalui jalur pantura.

“Lebih enak, badan enggak capek. Kalau pantura, macet, capek lampu merah. Belum lagi banyak sepeda motor,” terangnya.

Dengan penghematan waktu perjalanan, Ridwan juga memperhitungkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Menurut perhitungannya, dia mampu menghemat hingga 80 liter solar selama perjalanan.

“Dengan selisih waktu perjalanan 3 jam, bisa menghemat satu tangki bahan bakar, yang berarti sekitar 80 liter. Kita bisa menghitung berapa harga per liternya,” jelasnya.

Memang menurutnya, bagi sebagian sopir truk pengangkut barang tarif Tol Trans Jawa terasa mahal. Namun jika pemilik barang memberikan biaya alokasi khusus untuk tol, mereka akan lebih memilih jalur tol.

“Memang kalau dibilang mahal ya mahal. Tapi tergantung sama sopirnya sendiri dan pemilik barangnya. Kalau pedang ini yang penting tepat waktu,” tuturnya.

Berkah Jalan Tol bagi Kemajuan Negeri

Bukan hanya sebagai jalur transportasi, jalan tol memiliki peran strategis dalam mendukung pemerataan pembangunan di berbagai wilayah. Hal ini dapat terlihat dari kemajuan yang terjadi di sekitar jalur Jagorawi, seperti Depok, Cikeas, Bogor, dan Sentul.

Sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh PT Jasamarga (Persero) TBK, Jalan Tol Jagorawi juga dipandang sebagai tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air.

Dewasa ini, keberhasilan proyek Tol Jagorawi telah membawa dampak positif bagi perekonomian kawasan tersebut. Seiring dengan itu, pembangunan jaringan jalan tol terus dilakukan, seperti Jalan Tol Bogor Outer Ring Road (BORR), Tol Cinere-Jagorawi, dan proyek lainnya yang terus berkembang.

Semangat pemerataan ekonomi yang terbukti dari keberadaan Jagorawi ini kemudian diperkuat oleh pemerintah.

Sebagai bukti, pada tahun 2014, ketika Joko Widodo (Jokowi) memasuki jabatan Presiden Republik Indonesia, pembangunan Jalan Tol Trans Jawa mendapat dorongan kuat. Meskipun gagasan pembangunan jalan tol ini sudah dimulai sejak tahun 1978 bersamaan dengan beroperasinya Tol Jagorawi, namun pada masa pemerintahan Jokowi, akselerasi pembangunan jalan tol itu semakin terasa.

Sejumlah masalah yang dihadapi membuat jalan tol ini baru sepenuhnya terhubung sepanjang 242 km pada tahun 2004. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pembangunan 4 ruas tol Trans Jawa dilaksanakan. Keempat ruas tol tersebut adalah Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 kilometer (2010), Tol Surabaya-Mojokerto Seksi 1A Waru-Sepanjang dengan panjang 1,89 kilometer, Tol Kertosono-Mojokerto Seksi 1 Bandar-Jombang sepanjang 14,41 kilometer (2014), serta Tol Semarang Solo Seksi 1-2 Semarang-Bawen sepanjang 22,95 kilometer yang sebagian selesai pada 2011 dan 2014.

READ  Cara Cuci Robotik Tanpa Merusak Bodi Mobil?

Menyadari pentingnya keberadaan tol Trans Jawa ini, estafet pembangunan infrastruktur tersebut kemudian dilanjutkan oleh Jokowi. Hasilnya, 954 km jalan tol Trans Jawa kini sudah tersambung. Menghubungkan Pelabuhan Merak di Banten di sisi barat hingga Probolonggo di sisi timur. Dalam rencananya, jalan tol ini akan tersambung hingga ke Pelabuhan Ketapang.

Keberadaan jalan tol rupanya tidak hanya memberi dampak positif bagi para pengguna jalan tol yang melintas di atasnya. Chief Executive Officer (CEO) Citra Swarna Group, Victor Yap, menjelaskan bahwa keberadaan jalan tol juga berdampak pada kemudahan akses ke lokasi seperti Karawang Timur. Hal ini membuat lokasi tersebut semakin diminati oleh kalangan pekerja muda untuk tempat tinggal.

Kemudahan aksesibilitas tersebut merupakan dampak positif dari tersedianya akses transportasi yang semakin memadai di wilayah tersebut.

Jalur tol Trans Jawa, terutama tol Cikopo-Palimanan, serta jalan nasional Pantai Utara (Pantura) Jawa, turut berperan dalam memperlancar mobilitas penduduk.

Tak hanya itu, hadirnya kereta cepat Jakarta-Bandung juga memberikan alternatif transportasi yang efisien dan nyaman bagi masyarakat.

“Perkembangan infrastruktur terus mendorong potensi Karawang sehingga kawasannya bisa bersaing dengan area lain di sekitarnya. Itu juga yang membuat kami yakin untuk mencapai target,” ujar Victor.

Merambah ke Luar Jawa

Pembangunan jalan tol tidak hanya difokuskan di Pulau Jawa melalui mega proyek Tol Trans Jawa, tetapi juga di sejumlah pulau lainnya terutama Sumatera melalui pembangunan tol Trans Sumatera, Kalimantan melalui tol Balikpapan Samarinda, dan Sulawesi melalui pembangunan tol Manado-Bitung.

Keseriusan pemerintah dalam menggenjot infrastruktur sungguh tak lagi diragukan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dalam tiga tahun pertama sejak 2015-2017, pemerintah mengalokasikan dana infrastruktur sebesar Rp 913,5 triliun. Angka ini jauh lebih besar daripada alokasi lima tahun untuk infrastruktur di masa pemerintahan sebelumnya.

Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur bahkan dinaikkan menjadi Rp 410,7 triliun.

Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat sektor tersebut guna meningkatkan daya saing dan kualitas infrastruktur di Tanah Air. Dengan demikian, harapan untuk kemajuan yang lebih baik di masa depan semakin terbuka lebar.

Melihat keseriusan tersebut, tak heran sudah begitu banyak jalan tol yang berhasil dibangun di era pemerintahan Presiden Jokowi. Di pulau Jawa, Jokowi menggenjot pembangunan Tol Trans Jawa hingga rampung seluruhnya (Merak-Surabaya) di akhir 2018 lalu. Di Sumatera, Jokowi menargetkan lebih dari 2.000 km jalan tol tersambung dari Lampung hingga Aceh pada akhir 2024.

Jika semua target tercapai, secara efektif Jokowi akan membangun lebih dari 3.000 km jalan tol dalam kurun waktu 10 tahun pemerintahannya, atau sekitar 300 km/tahun.

Pembangunan Tak Sebatas Fisik

Gencarnya pembangunan infrastruktur di segmen jalan tol tak semata dilakukan sebatas pada pembangunan fisik saja. Pembangunan juga merambah pada upaya melakukan transformasi di sistem pembayaran dari yang semula dilakukan menggunakan uang tunai menuju sistem pembayaran non tunai.

Bukan tanpa alasan, pilihan pembayaran menggunakan uang tunai seringkali menimbulkan antrian panjang di gerbang tol. Selain itu, proses transaksi yang lebih lambat saat membayar dengan tunai dapat mengakibatkan kemacetan dan penumpukan kendaraan di gerbang tol.

Transaksi non-tunai semakin menjadi pilihan utama bagi pengguna jalan tol. Selain lebih praktis, transaksi non-tunai juga memberikan keamanan ekstra. Pengguna tidak perlu lagi repot menghitung uang kembalian setiap kali melakukan pembayaran di gerbang tol.

Dengan penerapan sistem elektronifikasi di gerbang tol, diharapkan proses pembayaran akan berjalan lebih lancar sehingga mengurangi antrean kendaraan. Kelancaran pembayaran tersebut didukung oleh waktu transaksi yang hanya 2 detik, jauh lebih cepat daripada pembayaran tunai yang memerlukan waktu 4 hingga 6 detik.

Transaksi di atas tol layang MBZ akan menjadi lebih nyaman dan aman berkat tingkat akurasi yang lebih baik. Hasil transaksi langsung dapat dicatat masuk ke rekening badan usaha tanpa perlu cash collection.

READ  Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Bandara Wunopito Tutup Sementara, Ini Dampaknya!

Podcast: Gaya Baru Bayar Tol Bablas Tanpa Setop Foto: Tim Infografis/Fauzan Kamil

Akses pembayaran juga semakin mudah dengan satu reader yang dapat menerima seluruh uang elektronik (multi issuer), memberikan lebih banyak pilihan bagi pengguna. Kemudahan top up melalui interkoneksi dan interoperabilitas yang didukung oleh keragaman multi issuer menjadi salah satu faktor kunci dari sistem pembayaran ini.

Tak berhenti sampai di situ, pemerintah melalui Kementerian PUPR bersama PT Jasamarga (Persero) tetap giat meningkatkan kualitas layanan, khususnya dalam penerapan teknologi yang dapat mempermudah pengguna jalan tol dalam melakukan pembayaran transaksi.

Salah satu inovasi yang sedang dikembangkan adalah sistem pembayaran menggunakan teknologi Multi Lane Free Flow (MLFF) yang akan diterapkan di seluruh jaringan tol di Indonesia. Diharapkan dengan penerapan teknologi ini, proses transaksi pembayaran kendaraan yang melintas jalan tol akan semakin cepat dan efisien.

Pelaksanaan proyek pembangunan Tol Layang MBZ akan dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun 2022. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Danang Parikesit, dalam sebuah wawancara dengan media.

Pembangunan sistem transaksi tol non tunai nir sentuh ini direncanakan dimulai pada akhir tahun 2022. Tahap awal penerapannya akan difokuskan di wilayah Jabodetabek.

“Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun 2022 di beberapa ruas dengan sistem transaksi terbuka dahulu, dan diutamakan wilayah Jabodetabek,” kata Danang.

Bayar Tol Tanpa Setop Foto: Bayar Tol Tanpa Setop (M Fakhri Aprizal/Tim Infografis)

Danang pernah menjelaskan bahwa teknologi ini menggunakan electronic on board unit yang sudah terhubung dengan satelit dan akan membaca data mobil yang melintas lewat tol.

Teknologi yang sedang marak ini memberikan kemudahan dalam proses pembayaran setiap kendaraan yang hendak melintas di jalan tol tanpa perlu lagi melakukan tapping atau menempelkan kartu pada alat.

“Lama kelamaan karena sudah terbiasa, gerbang itu akan terbuka, sehingga pada tahun 2024 tidak akan ada gerbang tol,” ujar Danang.

Tak berdiam diri, di usia yang kini menginjak 44 tahun tepat pada 1 Maret 2022 lalu, perusahaan investasi jalan tol pelat merah itu terus berinovasi dalam melakukan peningkatan layanan kepada pengguna tol. Jasa Marga sendiri telah mengimplementasikan Sistem Transaksi Non tunai tanpa henti berbasis Single Lane Free Flow (SLFF) with Barrier dengan Teknologi DSRC Infrared di beberapa lajur transaksi di Jabotabek.

Kini, perseroan tengah bersiap menerapkan teknologi yang lebih maju, yakni MLFF yang akan semakin memanjakan para pengguna tol dimana, penerapan sistem transaksi MLFF juga memberikan proses transaksi yang lebih efektif secara operasional, memiliki akurasi dan keamanan data pembayaran serta meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.

Bahkan, Pemerintah melalui Kementerian PUPR telah memulai uji coba menerapkan sistem transaksi tol non-tunai tap n go Multi Lane Free Flow (MLFF).

Cara kerjanya, sistem MLFF ini menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) dan melakukan transaksi melalui aplikasi Cantas di smartphone. Selanjutnya GPS akan menentukan lokasi yang dideterminasi oleh satelit dan proses map-matching akan berjalan di central system. Saat kendaraan keluar tol dan proses map-matching berakhir, sistem akan melakukan kalkulasi tarif.

Adapun uji coba sistem MLFF telah dilakukan pada tanggal 12 Desember 2023 di jalan tol Bali Mandara.

Saat ini sedang dalam tahap uji coba internal di mana segala kondisi yang timbul berdasarkan skenario yang diuji dicatat sebagai masukan perbaikan untuk menuju kesempurnaan implementasi di masa mendatang.

Implementasi teknologi untuk periode transisi akan dimulai setelah uji coba berhasil memenuhi kriteria yang telah disepakati sebelumnya.

Dengan mempertimbangkan kesiapan kelengkapan infrastruktur penegakan hukum dan kesiapan masyarakat, Implementasi pada masa transisi masih akan menggunakan barrier. Selanjutnya untuk perluasan MLFF ke ruas jalan tol lainnya akan dilakukan setelah implementasi masa transisi pada jalan tol Bali Mandara berhasil memenuhi parameter yang ditentukan.

Perluasan layanan direncanakan diterapkan pada jalan tol terpilih lainnya secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan pengguna jalan pada daerah tersebut.