indotim.net (Minggu, 21 Januari 2024) – Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), menyatakan kesiapannya untuk membangun kembali Gaza, Palestina, yang telah dihancurkan akibat serangan Israel, dengan syarat bahwa Israel harus memberikan pengakuan resmi kepada Palestina sebagai negara yang merdeka.
Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), berencana untuk membangun kembali kawasan Gaza, Palestina, dengan syarat tertentu. Salah satu syarat yang diajukan adalah jika Palestina resmi menjadi sebuah negara, Saudi bersedia melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Tentunya ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sikap Amerika Serikat (AS) yang selama ini mendukung Israel terhadap syarat yang diajukan oleh MbS.
Dilansir situs resmi Departemen Luar Negeri AS (Kemlu AS) dan Associated Press, Minggu (21/1/2024), Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, melakukan perjalanan ke Saudi Arabia dan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), di Al’Ula pada tanggal 8 Januari 2024. Dalam pertemuan tersebut, Blinken dan MBS membahas sejumlah isu, mulai dari masalah kemanusiaan di Gaza hingga serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi terhadap kapal di Laut Merah.
“Menteri menekankan pentingnya penanganan segera terhadap situasi kemanusiaan di Gaza dan mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Menteri Luar Negeri dan Putra Mahkota membahas upaya yang sedang dilakukan untuk mengurangi ketegangan di kawasan tersebut, termasuk langkah-langkah untuk mencegah serangan Houthis terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Menteri Blinken juga menekankan pentingnya membangun kawasan yang aman, sejahtera, dan terintegrasi, termasuk melalui pendirian negara Palestina merdeka. Mereka juga membahas pentingnya kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Arab Saudi,” demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat seperti dikutip dari situs mereka.
Blinken mengungkapkan bahwa Arab Saudi, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Turki telah setuju untuk memulai rencana rekonstruksi dan pemerintahan di Gaza setelah konflik antara Israel dan Hamas berakhir. Negara-negara tersebut sebelumnya menolak seruan AS untuk memulai perencanaan pasca-perang dan meminta adanya gencatan senjata serta pengurangan penderitaan sipil yang disebabkan oleh serangan militer Israel terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober.
“Ke mana pun saya pergi, saya menemukan para pemimpin yang bertekad untuk mencegah meluasnya konflik yang kita hadapi sekarang, melakukan segala kemungkinan untuk mencegah eskalasi guna mencegah perluasan konflik,” kata Blinken kepada wartawan usai bertemu MbS seperti dilaporkan AP.
“Para pemimpin setuju untuk bekerja sama dan mengkoordinasikan upaya kami dalam membantu stabilisasi dan pemulihan Gaza. Tujuan kami adalah memetakan jalur politik ke depan bagi rakyat Palestina serta bekerja menuju perdamaian, keamanan, dan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut secara keseluruhan,” ungkapnya.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengungkapkan bahwa Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), memiliki minat untuk membantu membangun Gaza kembali. Namun, ada syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum bantuan ini dapat diberikan.
Blinken tidak memberikan rincian terkait kontribusi dari negara-negara Arab lainnya. Namun, dukungan keuangan dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi memiliki peran yang sangat penting dalam kesuksesan rencana apapun terkait Gaza. Selain itu, Blinken juga menyebutkan bahwa MbS tertarik dalam menormalisasi hubungan dengan Israel. Namun, hal ini baru dapat terjadi setelah konflik di Gaza berakhir.
“Tetapi hal ini mengharuskan konflik di Gaza diakhiri, dan hal ini juga jelas memerlukan adanya jalan praktis menuju negara Palestina,” ujar Blinken.
“Ketertarikan ini ada, nyata, dan bisa menjadi transformatif,” sambungnya.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken mengungkapkan bahwa Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, berkomitmen untuk mendukung rencana pembangunan kembali Gaza. Namun, dukungan ini membutuhkan persetujuan dari Israel dan Palestina.
Blinken mengatakan bahwa dia akan menyampaikan komitmen negara-negara Arab tersebut kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kabinet perangnya, dan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas. Dalam upaya untuk menghasilkan rencana pascaperang yang sukses, dukungan dari Israel dan Palestina sangatlah penting.
Putri Mahkota Saudi, Melania bin Salman, berencana untuk mendanai rekonstruksi Gaza dengan syarat tertentu. Hal ini menjadi perhatian besar bagi banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS).
Bagaimanapun, ada masalah yang harus dihadapi dalam rencana ini. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memiliki pandangan berbeda mengenai masa depan Gaza. Netanyahu menentang konsep resolusi dua negara untuk mengatasi konflik antara Israel dan Palestina.
Perbedaan sikap antara Netanyahu dan Putri Mahkota Saudi menjadi pertanyaan besar mengenai kesepakatan ini. Diperlukan pendekatan diplomasi yang baik agar seluruh negara bersedia untuk bekerja sama dalam rekonstruksi Gaza.