indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Keterbatasan fisik tidak selalu menjadi penghalang seseorang untuk meraih prestasi. Keyakinan ini dimiliki oleh Raditya Arief Putrasetiawan, alumnus Universitas Indonesia (UI).
Raditya merupakan seorang penyandang tunanetra yang menginspirasi. Baru-baru ini, ia berhasil meraih gelar cum laude dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,84. Prestasinya semakin gemilang karena mampu menyelesaikan pendidikan di program S1 Sastra Arab Universitas Indonesia dalam waktu singkat, hanya 3,5 tahun.
Dalam momen peristiwa kelulusannya, Radit menegaskan bahwa ia berhasil mencapai prestasi itu berkat dukungan penuh dari orang-orang di sekitarnya. Mulai dari keluarga, orang tua, teman-teman, hingga para dosen yang turut memberikan pengaruh positif dalam perjalanan pendidikannya.
Pada suatu hari yang cerah, Raditya, seorang mahasiswa tunanetra di Universitas Indonesia (UI), mengukir prestasi gemilang dengan meraih gelar wisudawan secara cepat dan cum laude. Dibalik pencapaiannya itu, Raditya menuturkan, “Namun, berkat support system yang bagus, dosen, dan teman-teman yang banyak membantu, kendala-kendala tersebut bisa teratasi,” seperti yang dikutip dari laman resmi UI pada Rabu (6/3/2024).
Sang ibu, Nira merasa bangga dan terharu atas pencapaian anaknya. Ia bercerita perjalanan Radit hingga bisa lulus dari UI tidaklah mudah.
Pada perjalanan panjangnya menuju wisuda, Raditya telah melalui banyak sekali perjuangan hingga akhirnya mencapai titik ini. Dari dirinya yang dulunya dianggap tidak mampu hingga akhirnya ia berusaha tanpa kenal lelah. “Saya selalu mengatakan padanya, ‘Kamu bisa’. Saya begitu bahagia melihat usahanya yang tidak pernah surut,” tutur sang pembimbing.
Belajar melalui Fasilitas Teknologi Digital
Radit tidak bisa menutupi fakta bahwa selama masa kuliahnya dia menghadapi banyak kesulitan. Namun, dia sangat beruntung karena dapat memanfaatkan beberapa fasilitas teknologi digital untuk mempermudah proses perkuliahan.
Untuk mengakses materi, Radit memanfaatkan teknologi digital yang dapat mengubah teks menjadi audio. Selain itu, ia juga menggunakan e-book dan artikel dari berbagai jurnal sebagai sumber belajar dan referensi dalam menyelesaikan tugas akhirnya.
Dalam penelitiannya, Radit mengangkat topik tentang minat dan motivasi penyandang tunanetra dalam pembelajaran bahasa Arab. Ia melihat saat ini telah banyak penyandang tunanetra yang punya ketertarikan tinggi terhadap bahasa.
Riset yang dilakukannya berfokus pada faktor-faktor yang mendorong para tunanetra untuk belajar bahasa Arab serta kendala-kendala yang mereka hadapi selama proses belajar.
Menurut Raditya, bahasa Arab memiliki struktur dan keunikan tersendiri. Bagi para tunanetra seperti dia, alasan belajar bahasa Arab sangat kuat karena ingin bisa membaca, menghafal, dan memahami isi Al-Qur’an.
Hampir Menyerah, tapi Akhirnya Bangkit
Sebagai mahasiswa tunanetra, Radit mengungkapkan kendala yang sering dirasakan oleh teman-temannya dalam menempuh pendidikan adalah akses pembelajaran yang terbatas. Radit juga menceritakan bahwa sebelumnya ia merasa bahwa impian untuk menyelesaikan pendidikan tinggi tidak akan pernah terwujud.
Pada masa SMA, minat Raditya terhadap fisika dan matematika begitu besar. Namun, dia merasakan bahwa keterbatasan fisiknya menjadi hambatan dalam mengejar cita-citanya di bidang sains.
Kemudian Radit sadar bahwa dirinya harus bersemangat. Ia pun mencoba memaksimalkan nilai-nilai sosial dan akhirnya berhasil diterima di UI lewat jalur SNMPTN.
Ia harus menghadapi tantangan besar yang berbeda dari mahasiswa pada umumnya. Namun, tekadnya tak pernah luntur untuk menjadi yang terbaik.
Raditya, sosok yang menginspirasi melalui prestasinya sebagai wisudawan UI tunanetra, tidak hanya sukses lulus dengan cepat tetapi juga meraih gelar cum laude. Keberhasilan tersebut merupakan bukti nyata bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk meraih impian.
Di masa depan, Raditya berkomitmen untuk terus mengejar mimpi-mimpinya. Ia berharap bahwa akses pendidikan dan kesempatan kerja bagi para difabel dapat semakin terbuka lebar, sehingga mereka juga dapat meraih kesuksesan seperti dirinya.
Kesimpulan
Raditya Arief Putrasetiawan adalah contoh nyata bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Sebagai wisudawan UI tunanetra yang sukses lulus dengan gelar cum laude, Raditya menunjukkan bahwa dengan dukungan penuh dari orang-orang di sekitarnya dan memanfaatkan teknologi digital, ia mampu mengatasi segala hambatan dan berhasil mencapai impian akademisnya. Prestasinya tidak hanya membanggakan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi orang lain, sementara ia sendiri berkomitmen untuk terus mengejar mimpi-mimpinya dan memperjuangkan akses pendidikan dan kesempatan kerja bagi difabel lainnya.