indotim.net (Senin, 26 Februari 2024) – Bhabinkamtibmas Bripka Adi Syafnur berhasil mengubah pola pikir warga agar beralih dari menanam ganja ke menanam palawija. Perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, terjadi setelah mereka mulai menanam palawija.
Bripka Adi, yang juga menjabat sebagai kapospol, merupakan kandidat dalam program Hoegeng Corner 2023. Atas dedikasinya, dia kembali diusulkan sebagai kandidat dalam program Hoegeng Awards 2024.
Salah satu pihak yang memberikan testimoni mengenai dedikasi Bripka Adi adalah Kepala Desa Blang Meurandeh, Samsuar. Menurut Samsuar, berkat bantuan Bripka Adi, masyarakat Beutong Ateuh kini mayoritas telah beralih menanam palawija.
“Jadi, tujuan kami adalah mengubah nasib mereka dari kebiasaan ilegal menanam ganja menjadi beralih ke palawija. Alhamdulillah, berkat bimbingan dan bantuan dari Bripka Adi Syafnur, sekitar 70 persen masyarakat sudah beralih ke palawija, bahkan hampir 90 persen,” ujar Samsuar dengan senang.
Samsuar melanjutkan, “Salah satu strategi yang digunakan Bripka Adi untuk membujuk warga adalah dengan turun langsung ke tengah masyarakat untuk memberikan motivasi.” Dia menambahkan bahwa Bripka Adi aktif mengajarkan kepada masyarakat tentang teknik menanam palawija dan keuntungannya.”
Pendekatan yang dilakukan oleh Bripka Adi Syafnur nyatanya telah membuat sebagian besar warga di kampung beralih dari menanam ganja ke usaha palawija. Hal ini bukan hanya sekadar perubahan pola tanam, tetapi juga mengubah mindset masyarakat sehingga terjadi peningkatan ekonomi yang signifikan di kawasan tersebut,” ujar Samsuar.
Selain itu, Bripka Adi bersama Samsuar juga memberikan pemahaman kepada warga mengenai perbedaan menanam ganja dan palawija. Menurut Samsuar, kenyamanan menjadi aspek utama yang mendorong masyarakat beralih dari menanam ganja menjadi fokus menanam palawija.
“Jadi kan yang cara mengajaknya kita membanding-bandingkan, termasuk saya terlibat di situ, jadi kita membanding-bandingkan. Kenyamanan hidup yang pertama, misal kita tanam cabai, jadi hasilnya itu kalau sekarang harganya meningkat tetapi hasilnya tidak diperdayakan. Jadi kalau tanam ganja kan dari tanam, dari tanam harus sembunyi, dari jual kita harus sembunyi, kemudian sudah ada uang juga kita harus sembunyi. Jadi kenyamanan dalam menanam ganja itu tidak ada,” ujar Bripka Adi.
Selain itu, menurut Samsuar, menanam palawija juga membuat masyarakat lebih dekat dengan keluarganya. Sebab, jika masyarakat menanam ganja, mereka harus masuk ke hutan dan beberapa hari tidak bertemu keluarga.
Sebelumnya, Samsuar juga membagi situasi yang sering terjadi ketika seseorang menanam ganja. “Misal tanam ganja, kalau tanam ganja kan masuk ke hutan itu kan sampai beberapa malam nggak ketemu anak istri tapi kalau tanam cabai hasilnya sangat memuaskan, jadi kita dekat dengan istri dekat dengan anak, jadi motivasi-motivasi ini kita berikan, jadi pandangan-pandangan seperti itu jadi ayo kita bersama-sama,” ujar Samsuar.
Cerita mengenai dedikasi Bripka Adi juga disampaikan oleh Camat Beutong Ateuh Banggalang, Rustam Efendi. Rustam menyebut Bripka Adi sebagai sosok teladan bagi masyarakat di wilayah tersebut.
“Pak Adi ini menjadi contoh teladan bagi masyarakat Beutong Ateuh. Pola pikirnya mampu mengubah pandangan masyarakat dari menanam ganja menjadi menanam palawija seperti cabai dan tanaman lainnya,” papar Rustam dalam percakapan terpisah.
Menurut Rustam, salah satu strategi yang dilakukan Bripka Adi untuk mengubah pola pikir warga yaitu dengan memberikan contoh dengan menanam langsung palawija. Selain itu, Bripka Adi juga membantu warga dengan menyediakan angkutan yang nantinya membawa hasil tanam palawija.
Pak Adi: “Pak Adi langsung memberikan contoh, begitu langsung diberikan modal kemudian bibitnya kemudian sudah banyak yang pendapatannya sudah beralih ke cabai, sudah banyak penghasilannya, ada yang sudah beli mobil dengan tanam cabai itu,” ujar dia.
Dalam wawancara sebelumnya, Bripka Adi telah menjelaskan mengenai awal mula dirinya mengajak warga menanam palawija. Ide mengajak warga untuk beralih menanam palawija itu muncul setelah dirinya melakukan kunjungan ke sejumlah warga.
Ada satu warga yang menjadi perhatian Bripka Adi, yaitu Pak Totok. Pak Totok adalah salah satu petani ganja yang sudah lama bercocok tanam ganja di wilayah tersebut. Di antara warga lain, Pak Totok memiliki pengaruh yang cukup besar.
Sebenarnya selama ini banyak kita dengarkan di Beutong Ateuh, mayoritas penduduk menanam ganja. Bahkan pernah dilakukan operasi oleh Mabes pada tahun 2021, yang kemudian dilanjutkan oleh Polres di Polda. Dari sinilah saya mengambil inisiatif untuk mengajak masyarakat merubah pola pikir mereka dari menanam ganja menjadi menanam palawija,” ujar Bripka Adi dalam percakapannya dengan kami.
Adi telah bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Beutong Aceh selama 3 tahun. Ia mengungkapkan bahwa dulu sering terjadi operasi penggagalan peredaran ganja yang berpusat di Beutong Ateuh.
“Kalau Polres Nagan Raya ini kalau ada operasi ganja dari dulu itu memang di Beutong Ateuh. Ketika ada tempatnya orang yang ketangkap ganja itu asal muasalnya itu dari Beutong Ateuh,” ujar Adi.
Dalam upaya mengubah pola tanam warga agar tidak lagi menanam ganja, Bripka Adi Syafnur menjelaskan bahwa langkah-langkahnya termasuk melakukan sosialisasi tentang bahaya ganja.
Bripka Adi Syafnur memberikan sosialisasi yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan dampak negatif tanaman ganja. Menurut Adi, “Kita memberikan sosialisasi tentang dampak daripada yang ditimbulkan ganja, efek dari ganja yang dijual bagaimana mayoritas dari masyarakat Indonesia itu bisa jadi bodoh.”
Selain itu, Adi juga melakukan pendekatan ke sejumlah tokoh di majelis taklim. Dia mengajak para tokoh itu menjelaskan kepada masyarakat mengenai hukum menanam ganja dan mengedarkannya.
“Kemudian saya mengajak tengku-tengku di tempat majelis, kan kita ada pendidikan majelis taklim itu. Jadi saya ajak tengku pesantren itu kalau bisa ditekankan secara agama haramnya ganja itu apa, apabila kita menghasilkan dari uang itu, kemudian kita membiayai pendidikan anak,” ujar Adi.
Melalui pendekatan yang dilakukan oleh Bripka Adi, kesadaran masyarakat secara perlahan mulai tumbuh. Apalagi, beberapa di antara mereka tertangkap karena terlibat dalam perdagangan ganja.
Pada kesempatan tersebut, Adi menceritakan, “Kemudian warga pun beralih menanam. Karena sebelumnya susah pemasarannya di Beutong Ateuh. Bahkan saya yang memasarkan, ternyata cabai, terong, dan tanaman lainnya juga ada. Saya memasarkannya sendiri agar harga bisa terjangkau, mengingat jarak tempuh sekitar 2 jam dari Nagan Raya ke Beutong Ateuh.”
Adi juga turut serta dalam membantu masyarakat dengan menggunakan uang pribadinya untuk memasarkan cabai, dan akhirnya usaha tersebut sukses. Keberhasilan satu kelompok masyarakat dalam menanam palawija menjadi inspirasi bagi kelompok lain untuk mengikutinya.
“Jadi, agar warga bersedia mencoba, kami menyarankan untuk menanam padi karena biasanya panen padi dilakukan sekali dalam setahun karena lahan sering kali tidak dimanfaatkan dan terbengkalai selama beberapa puluh hingga 10 bulan. Jika tidak bisa ditanam di hutan, kita bisa mencoba menanam di sawah terlebih dahulu. Alhamdulillah, ada beberapa kelompok yang berhasil, sehingga ketika satu kelompok sukses, kelompok lain pun akan ikut melakukannya,” ungkap Adi.