Penilaian JK terhadap ‘Kawan Marah’ Tidak Berhubungan dalam Diplomasi Modern

indotim.net (Minggu, 14 Januari 2024) – Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menilai pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang mengatakan bahwa ia ingin menonjok kepala negara tidak relevan dalam diplomasi modern saat ini. Budiman menyebut tidak ada pemimpin negara yang melakukan kekerasan secara terbuka di depan publik.

“Ternyata Pak JK tidak memahami bahwa tidak pernah ada pemimpin negara yang terlibat dalam tindakan kekerasan di depan umum, baik dalam ruang terbuka maupun tertutup,” ungkap Budiman dalam keterangan tertulis pada hari Minggu (14/1/2024).

Ia kemudian memberikan contoh tentang dua pemimpin negara adidaya, yaitu Amerika Serikat (AS) dan China. Sebagai contoh, Budiman menyebut Joe Biden dan Xi Jinping yang sering kali saling terlibat dalam ketegangan namun tetap dapat berteman ketika bertemu secara langsung.

“Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Joe Biden saat menyebut Xi Jinping sebagai diktator. Namun, saat bertemu mereka hanya tersenyum-senyum,” jelasnya.

Menurut TKN, ucapan yang disampaikan oleh JK tidak pernah terjadi dalam diplomasi di zaman sebelumnya.

“Bung Karno jika pidato suka mengatakan ‘sontoloyo’ kepada negara-negara barat, tetapi tidak pernah terlibat pertikaian fisik dengan Presiden AS sekalipun,” ujar Budiman.

Lebih jauh, Budiman menjelaskan bahwa di antara para pemimpin dunia saat ini lebih diutamakan sikap yang elegan dan persaingan global.

“Ada sikap yang elegan antara pemimpin negara, tidak peduli seberapa besarnya perseteruan mereka. Karena pada akhirnya, yang dihargai adalah kekuatan dan kemampuan negara-negara yang mereka pimpin,” tegas Budiman.

Sebelumnya, Jusuf Kalla juga membandingkan seorang pemimpin dengan sopir kendaraan. Dia juga menyebutkan kepada masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang terlalu emosional.

READ  Prabowo Bersiap Hadir di KPK: Membangun Gagasan Antikorupsi

“Kalau memilih sopir, pastinya yang tahu arah dan tidak suka marah-marah. Jika marah-marah, bisa-bisa terjadi kecelakaan,” ujar JK.

Ucapan tersebut muncul ketika JK mendampingi calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar dalam acara ‘Dialog Kebangsaan dan Kewirausahaan’ yang diadakan di Namira Syariah Hotel Surabaya, Jawa Timur (10/1).

“Jika teman kita yang selalu marah, bagaimana negara akan dipimpin oleh seseorang yang suka marah? Bagaimana ketika dia berdebat dengan kepala negara lain, bisa jadi dia akan memukul kepala kepala negara tersebut,” ujar seorang politikus senior dari Partai Golkar.

Kesimpulan

Pasca pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tentang tindakan kekerasan dalam diplomasi modern, Budiman Sudjatmiko dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran menegaskan bahwa tidak ada pemimpin negara yang melakukan kekerasan secara terbuka di depan publik. Dia mencontohkan bagaimana pemimpin negara adidaya, seperti Amerika Serikat (AS) dan China, mampu menjaga hubungan diplomatik meskipun sering terlibat ketegangan. Budiman menegaskan bahwa di era sekarang, sikap yang elegan dan persaingan global lebih diutamakan dalam diplomasi, bukan tindakan kekerasan atau kemarahan.