Bhinneka Tunggal Ika: Menyatukan dalam Keberagaman

indotim.net (Senin, 11 Maret 2024) – Indonesia dikenal karena keberagamannya, mulai dari suku, budaya, bahasa, adat istiadat, dan lain sebagainya. Namun, Indonesia tetap mampu hidup dengan baik serta rukun berdasarkan semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan pentingnya persatuan dalam keragaman.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang pengertian serta sejarah dari konsep Bhinneka Tunggal Ika yang sudah menjadi bagian dari identitas kebangsaan Indonesia. Yuk, simak terus informasinya!

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Dilansir dari Kemdikbud, Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan atau moto nasional bangsa Indonesia yang menjadi cermin persatuan dan kesatuan Indonesia di tengah keberagaman. Semboyan tersebut, tertulis di pita dimana burung Garuda Pancasila mencengkram pita tersebut.

Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kawi Kuno dalam kitab puisi Kakawin Sutasoma, pupuh 139, bait 5 yaitu ‘Bhinêka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa’ yang artinya ‘beragam tapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang rancu.’ Sedangkan untuk bhinneka tunggal ika diartikan yaitu ‘berbeda-beda tapi tetap satu’.

Makna Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna yang dalam. Menurut buku Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan Menengah, Bhinneka Tunggal Ika bermakna bahwa meskipun berbeda-beda, kita tetap satu dalam kesatuan. Keberagaman dan perbedaan bukanlah sumber pertentangan atau konflik, melainkan harus hidup berdampingan dalam harmoni dan kedamaian.

Walaupun Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta kepulauan wilayah negara Indonesia yang beraneka ragam, namun keseluruhan itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.

READ  Membangun Fondasi 'Negara Peradaban' untuk Masa Depan Indonesia

Persatuan Indonesia tercermin dalam ikrar “Sumpah Pemuda” yang dipelopori oleh pemuda perintis kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu berbunyi:

a. PERTAMA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertumpah darah satu Tanah Air Indonesia.

Garis pertama dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut menjadi poin kunci dalam meneguhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Memahami bahwa kesatuan dan keragaman adalah modal utama dalam menjaga keutuhan negara.

(1) KEDUA. Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia.

c. KETIGA. Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.

Dalam Sumpah Pemuda tersebut, terdapat persatuan dalam aspek satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Dalam buku Sejarah Hukum Indonesia, disebutkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika bukanlah konsep yang muncul bersamaan dengan Pancasila pada sidang BPUPKI menjelang kemerdekaan Indonesia. Asal usulnya dapat ditilik dari pemikiran Mpu Tantular, yang konsepnya membantu Majapahit dalam menyatukan Nusantara.

Semboyan tersebut berasal dari kalimat yang terdapat dalam “kakawin Sutasoma” yang ditulis oleh Mpu Tantular. Mpu Tantular merupakan seorang pujangga yang hidup pada zaman Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Rajasanagara pada abad ke-14.

Awalnya, Bhinneka Tunggal Ika diciptakan sebagai bentuk rasa toleransi oleh Mpu Tantular. Beliau adalah seorang penganut Buddha Tantrayana yang hidup di lingkungan kerajaan Majapahit yang memiliki corak Hindu-Siwa.

Di dalam kutipan sajak dari “kakawin Sutasoma” terdapat pupuh 139 bait ke-5 yang mengandung kalimat penting “Bhinneka Tunggal Ika”.

“Rwneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ing Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.”

READ  Digugat Hukum JakPro, Warga Dipaksa Ngamuk di Kampung Bayam: Ruang Hidup Kami Terancam

Berikut adalah terjemahannya

“Konon Buddha dan Siwa merupakan dua dzat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.”

Dari sajak tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna yang berbeda-beda namun tetap mengandung arti kesatuan. Frasa Bhinneka Tunggal Ika merefleksikan keberagaman masyarakat dalam kerajaan Majapahit, yang bersatu meskipun memiliki latar belakang kepercayaan yang beragam.

Setelah usulan Mohammad Yamin tentang kalimat “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai semboyan negara, kalimat itu dibahas beberapa kali dalam sidang BPUPKI.

Muh. Yamin meyakini bahwa karya dari Mpu Tantular tersebut sangat cocok dan sesuai untuk diimplementasikan dengan kehidupan Indonesia. Baik dari segi perbedaan agama, ideologi, suku, ras, etnik, maupun golongan.

Kesimpulan

Bhinneka Tunggal Ika merupakan landasan utama persatuan dan kesatuan Indonesia yang lahir dari keberagaman suku, budaya, dan agama. Konsep ini tidak hanya menjadi moto negara, tetapi juga menjadi cermin harmoni dalam perbedaan. Dengan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia mampu mempertahankan keutuhan bangsa serta menjaga keragaman sebagai kekayaan yang memperkuat identitas nasional.