indotim.net (Sabtu, 13 Januari 2024) – Di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, polisi berhasil mengamankan sejumlah pelajar yang terlibat dalam tawuran. Sebagai bentuk hukuman, mereka diminta untuk bersujud di bawah kaki orang tua mereka.
Sejumlah pelajar terlibat dalam kerusuhan tawuran di wilayah Jakarta Pusat (Jakpus) pada Kamis, 11 Januari 2024. Kejadian tersebut menarik perhatian pihak kepolisian yang kemudian mengamankan para pelajar tersebut.
Setelah para pelajar diamankan, pihak kepolisian memanggil orang tua mereka yang terlibat dalam aksi tawuran tersebut. Tindakan ini dilakukan untuk melibatkan orang tua dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.
“Kejadian ini mencerminkan masalah serius tawuran pelajar yang sering terjadi di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan. Motifnya biasanya berasal dari ejekan dan rivalitas antar sekolah yang memicu provokasi dan serangan antar pelajar,” ujar Kapolsek Kemayoran Kompol Arnold Julius Simanjuntak kepada wartawan, Jumat (12/1/2024).
Arnold menjelaskan bahwa respons cepat warga dalam melaporkan kejadian ini kepada polisi menjadi kunci utama dalam upaya penanganannya. Dengan tanggap, kepolisian segera mendatangi tempat kejadian dan berhasil menggagalkan aksi tawuran tersebut.
Polisi kemudian menangkap puluhan pelajar di bawah umur. Setelah itu, para pelajar tersebut dikumpulkan dan orang tuanya masing-masing dipanggil oleh pihak kepolisian.
Setelah kejadian tawuran antar pelajar di Jakarta Pusat (Jakpus), tindakan tak biasa diambil. Para pelajar yang terlibat langsung dihadapkan pada orang tua mereka sebagai bentuk hukuman.
Dalam pertemuan itu, mereka kemudian diminta untuk bersujud di bawah kaki orang tuanya masing-masing. Tangis para orang tua dan pelajar yang terlibat tawuran pun pecah. Kejadian ini mencerminkan kepedulian orang tua terhadap tindakan anak-anak mereka.
Sebuah acara di Jakarta Pusat melibatkan para pelajar, camat, dan perwakilan guru dari sekolah-sekolah terkait untuk memberikan “hukuman” kepada pelajar yang terlibat dalam aksi tawuran. Hukuman ini berupa sujud di kaki orang tua, dengan tujuan agar para pelajar merasa jera dan tidak mengulangi perilaku tawuran.
“Kejadian ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada pelajar-pelajar yang sering terlibat dalam tawuran,” kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Koordinasi antara Arnold, warga, dan pos kamling diharapkan dapat ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kejadian tawuran yang menjadi bibit-bibit kejahatan di masa mendatang.
Kesimpulan
Kejadian tawuran antar pelajar di Jakarta Pusat (Jakpus) mencerminkan masalah serius yang perlu segera ditangani. Tindakan hukuman yang unik dengan meminta para pelajar bersujud di kaki orang tua mereka sebagai bentuk penyelesaian masalah ini menunjukkan kepedulian orang tua dan upaya mereka untuk menghentikan perilaku tawuran anak-anak mereka. Diharapkan kejadian ini dapat memberikan efek jera kepada pelajar-pelajar yang sering terlibat dalam tawuran, serta perlu ditingkatkan koordinasi antara pihak kepolisian, warga, dan pos kamling untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.