indotim.net (Sabtu, 13 Januari 2024) – Perubahan nama sejumlah Halte TransJakarta menuai sorotan dari publik. Perubahan tersebut dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga mengakibatkan kebingungan bagi para penumpang.
Pantauan, pada Rabu (10/1/2024), terlihat beberapa halte TransJakarta yang mengalami perubahan nama. Salah satunya adalah Halte Tirtayasa di Petogogan, Jakarta Selatan, yang kini berubah menjadi Halte Pasar Santa. Selain itu, ada juga Halte Tendean di Jakarta Selatan yang mengganti namanya menjadi Halte Tegal Mampang, serta Halte Sarinah di Jakarta Pusat yang menjadi Halte MH Thamrin.
Sejumlah pengguna X juga mengeluhkan perubahan nama-nama halte TransJakarta, seperti Halte S Parman Podomoro City di Tomang, Jakarta Barat yang berubah menjadi Halte Tanjung Duren. Halte Harapan Kita di Jakarta Barat juga berubah menjadi Halte Kota Bambu. Selain itu, Halte Senayan JCC di Jakarta Pusat menjadi Halte Senayan, serta Halte Dukuh Atas 2 yang kini menjadi Halte Galunggung.
Pengguna TransJ juga mengeluhkan perubahan nama rute atau halte tujuan akhir yang terlihat di layar, namun nama rute pada bus TransJ belum berubah. Hal ini dianggap membingungkan.
PKB Menganggap Perubahan Nama Halte TransJakarta Menyebabkan Kebingungan
Sorotan datang dari Legislator Kebon Sirih. Anggota DPRD DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas, tidak puas dengan perubahan nama-nama halte tersebut. Ia merasa bahwa tidak ada sosialisasi terkait pergantian nama tersebut.
“Oke, jika Pj merasa besar dan merasa dekat dengan Istana, tidak ada masalah untuk tidak menginformasikan ke DPRD. Namun seharusnya hal ini diberitahukan dan disosialisasikan kepada pengguna TransJ. Bagaimana bisa tidak sosialisasi? Mungkin ada yang terlewatkan atau salah, ini membingungkan,” kata Hasbi saat dihubungi, Rabu (10/1/2024).
Anggota Komisi Bidang Transportasi juga mengecam perubahan nama halte yang tidak melibatkan anggota Dewan. Meskipun tidak ada kesempatan untuk berdiskusi, politikus PKB berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberitahukan perubahan nama halte kepada anggota DPRD sebagai mitra yang setara.
“Betul tidak ada aturan yang harus didiskusikan kepada kita. Paling tidak, DPRD itu mitranya. Ini kasih tahu dong mitranya,” ujarnya.
Selain itu, dia mengatakan legislator DKI juga dapat membantu mensosialisasikan perubahan nama kepada warga Jakarta, misalnya melalui kegiatan reses.
“Itu kan fungsinya reses, menemui masyarakat, kita sampaikan. Nah, gimana mau disampaikan ke masyarakat kalau kita juga nggak dikasih tahu? Infokan aja, apa susahnya sih,” ucapnya.
Simak informasi selengkapnya di halaman berikutnya.
PKS Kritik Pergantian Nama Tak Disosialisasikan sampai Jadi Ribut
Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS, M Taufik Zoelkifli, mengkritisi pergantian nama beberapa halte TransJakarta. Ia meminta agar perubahan nama tersebut disosialisasikan agar tidak menimbulkan kebingungan di kalangan warga.
“Jika tidak disosialisasikan dengan baik, akan menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman bagi warga,” kata Taufik kepada wartawan pada Kamis (11/1/2024).
Taufik tidak mempermasalahkan jika halte-halte itu mengubah nama. Dia mengatakan penamaan halte TransJ memang akan dikomersialisasi sehingga TransJ dapat menghasilkan pendapatan di luar dari tiket.
“Kenapa diganti? Karena ada niat untuk dikomersialkan. Jadi, bila halte tersebut ingin menggunakan nama rumah sakit, provider, atau nama-nama lainnya, maka penamaan tersebut harus dikenakan biaya,” jelasnya.
Taufik mengungkapkan bahwa MRT Jakarta sudah melakukan langkah serupa. Dia menyarankan agar TransJakarta dan LRT juga mengadopsi cara tersebut.
“Mengapa demikian? Artinya, TransJakarta sedang mencari tambahan sumber pendapatan nonfare box, bukan hanya dari tiket, tetapi juga dari iklan yang ditempel di halte, tubuh bus, dan tempat-tempat lain yang terkait dengan TransJakarta. Ini juga berlaku untuk LRT dan MRT, dimana selain dari tiket, mereka harus bisa mendapatkan pendapatan dari sumber lain, terutama dari iklan,” ujarnya.
Namun, Taufik menyatakan bahwa perubahan nama-nama halte TransJakarta harus disosialisasikan dengan baik agar masyarakat tidak bingung. Ia mengimbau TransJakarta dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk segera mensosialisasikan perubahan nama-nama halte kepada masyarakat.
“Tapi permasalahannya jadi banyak warga yang bingung karena halte tersebut diubah namanya untuk sosialisasi dan juga ada yang belum sempat ubah nama sign box-nya, namanya udah diubah dalam busnya,” ucapnya.
“Ini ada catatan untuk TransJakarta. Jadi sosialisasi kepada masyarakat harus segera dilakukan dan harus digencarkan, terutama jika nama halte diubah,” kata narasumber.
Pimpinan DPRD Minta TransJ Jelaskan Alasan Ganti Nama
Wakil Ketua DPRD DKI Rani Mauliani mengkritik perubahan nama beberapa halte TransJakarta. Rani berpendapat bahwa PT TransJakarta seolah-olah kurang memiliki pekerjaan lain.
“Kalau tidak ada masalah yang berarti ya kenapa diganti? Seperti kurang kerjaan saja kan, padahal masih banyak kan PR TJ (TransJakarta),” kata Rani kepada wartawan, Jumat (12/1/2024).
Rani belum mengetahui alasan TransJ mengganti nama sejumlah halte tersebut. Dia akan meminta penjelasan kepada pihak TransJ terkait masalah yang menyebabkan kebingungan warga ini.
“Kita harus menanyakan dulu apa alasan di balik perubahan ini, karena hanya mereka yang bisa memberikan jawaban pasti,” ujarnya.
Simak penjelasan lebih lanjut dari TransJakarta di halaman berikutnya.
TransJakarta Akhirnya Menginformasikan Perubahan Nama Halte kepada Publik
PT TransJakarta akhirnya melakukan sosialisasi perubahan nama pada beberapa halte. Halte-halte mana yang mengalami perubahan nama?
Sosialisasi mengenai perubahan nama halte TransJakarta telah dilakukan oleh PT_TransJakarta melalui akun Twitter resmi mereka. Informasi ini diunggah pada Jumat (12/1/2024). TransJakarta menjelaskan bahwa perubahan ini bertujuan untuk menetralisasi nama-nama halte yang ada.
“Penyesuaian beberapa nama halte ini dilakukan untuk menetralisasi nama halte,” tulis TransJakarta.
Berikut ini daftar nama halte yang mengalami perubahan:
Sebelumnya, kami telah melaporkan bahwa halte TransJakarta di Koridor 1 mengalami perubahan nama yang mengejutkan. Rupanya, perubahan ini terjadi karena perintah untuk tidak menggunakan bahasa Sunda dalam penamaan halte-halte tersebut.
– Karet Sudirman menjadi Karet- Dukuh Atas 1 menjadi Dukuh Atas- Bank Indonesia menjadi Kebon Sirih- Monas menjadi Monumen Nasional- Olimo menjadi Taman Sari- Kali Besar Barat menjadi Kali Besar- Museum Fatahillah menjadi Museum Sejarah Jakarta
Koridor 2
– Pulogadung 1 menjadi Pulo Gadung
– ASMI menjadi Perintis Kemerdekaan
– Cempaka Timur menjadi Cempaka Mas
– RS Islam menjadi Sumur Batu
– Cempaka Tengah menjadi Cempaka Baru
– Ps Cempaka Putih menjadi Pasar Cempaka Putih
– Senen menjadi Pasar Senen
– Atrium menjadi Senen Raya
– Deplu menjadi Pejambon
– Gambir 1 menjadi Gambir
– Monas menjadi Monumen Nasional
Koridor 3
– Dispenda Samsat Barat kini menjadi Pulo Nangka
– Indosiar diubah menjadi Damai
– Grogol 1 berubah menjadi Grogol
– RS Sumber Waras sekarang menjadi Roxy
– Monas berubah menjadi Monumen Nasional
Koridor 4
– Pulogadung 2 menjadi Pulo Gadung
– Ps. Pulogadung menjadi Pasar Pulo Gadung
– TU Gas menjadi Pemuda Merdeka
– Sunan Giri menjadi Kayu Jati
– UNJ menjadi Rawamangun
– Pramuka BPKP menjadi Simpang Pramuka
– Pramuka LIA menjadi Pramuka Sari
– Matraman 2 menjadi Flyover Pramuka
– Dukuh Atas 2 menjadi Galunggung
Koridor 5
– Halte Gunung Sahari Mangga Dua telah mengubah namanya menjadi Halte Gunung Sahari
– Halte Budi Utomo kini dikenal sebagai Halte Lapangan Banteng
– Nama Halte Salemba UI diganti menjadi Halte Salemba
– Halte Salemba Carolus yang sekarang bernama Halte Paseban
– Halte Matraman 1 tidak mengalami perubahan nama
– Halte Slamet Riyadi kini dikenal dengan nama Halte Kesatrian
– Nama Halte Pasar Jatinegara diganti menjadi Halte Bali Mester
– Halte Jatinegara RS Premier yang sekarang bernama Halte Jatinegara
Koridor 6
– Departemen Pertanian menjadi Simpang Ragunan
– SMKN 57 menjadi Jati Barat
– Imigrasi menjadi Warung Buncit
– Kuningan Timur menjadi Underpass Kuningan
– Departemen Kesehatan menjadi Kuningan
– GOR Soemantri menjadi Rasuna Said
– Setiabudi Utara menjadi Setiabudi
– Latuharhary menjadi Flyover Kuningan
– Dukuh Atas 2 menjadi Galunggung