indotim.net (Sabtu, 20 Januari 2024) – Gereja di Indonesia (PGI) menanggapi perkembangan Pemilu 2024 yang sedang berlangsung. PGI bersyukur bahwa dalam pemilu kali ini tidak terlihat adanya perpecahan di masyarakat akibat perbedaan pilihan.
“PGI bersyukur bahwa menjelang Pemilu 2024, tidak tampak pembelahan yang tajam dalam masyarakat akibat perbedaan pilihan politik. Begitu pula, ruang media sosial kita tidak dihiasi oleh caci maki, hoaks, dan penyebaran kebencian seperti yang terjadi pada pemilu sebelumnya,” ujar Ketua Umum PGI, Pdt Gomar Gultom, dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Sabtu (20/1/2024).
PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) telah mengeluarkan seruan kepada umat Kristen mengenai partisipasi dalam Pemilu 2024. Meskipun Pemilu merupakan proses demokratis yang penting bagi bangsa Indonesia, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu diatasi.
Dalam pandangan PGI, pemilu tahun 2024 masih dipengaruhi oleh politik uang dan kecurangan yang melanggar etika demokrasi. Apabila hal ini dibiarkan, dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap hasil pemilu yang seharusnya adil dan transparan.
“Meskipun demikian, PGI memperhatikan bahwa Pemilu belum sepenuhnya diintegrasikan dalam kerangka pengembangan substansi demokrasi. Hal ini terlihat dari masih adanya praktik politik uang, kecurangan, dan tindakan-tindakan yang mengabaikan prinsip-prinsip pelaksanaan Pemilu, serta merusak tatanan moral dan etika demokrasi. Di sisi lain, netralitas penyelenggara negara terus menjadi perdebatan,” paparnya.
Kehawatiran PGI semakin mendalam dengan adanya keterbelahan di kalangan elit, yang akan berdampak pada masyarakat secara umum. Jika situasi ini dibiarkan, kepercayaan publik terhadap hasil Pemilu menjadi rendah dan generasi muda cenderung menjadi apatis serta enggan untuk berpartisipasi. Selain itu, potensi delegitimasi hasil Pemilu pun semakin berkembang, yang pada akhirnya dapat menyebabkan konflik yang lebih besar,” lanjut pernyataannya.
Pengurus Pusat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengeluarkan seruan yang berisi beberapa pokok pikiran dalam konteks pastoral. Dalam seruan ini, PGI mengingatkan umat Kristen untuk lebih mempelajari calon pasangan presiden dan wakil presiden sebelum memberikan suara dalam pemilu 2024.
Berikut beberapa pokok pikiran dalam kerangka pastoral yang disampaikan PGI:
- Tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika Kristen dalam berpartisipasi dalam pemilu.
- Mempertahankan sikap independen dan netral dalam mendukung calon yang akan dijagokan.
- Menghindari praktek-praktek politik berbasis uang, suku, agama, dan golongan (SARA) dalam memilih calon pemimpin.
- Mendukung proses demokrasi yang transparan, adil, dan berkepastian hukum.
- Mendorong umat Kristen untuk terlibat aktif dalam sosialisasi dan pendidikan politik.
- Menjaga kerukunan antarumat beragama dan menghormati perbedaan pendapat dalam pilihan politik.
- Mengimbau para pemimpin gereja untuk memberikan pembinaan rohani kepada umat Kristen agar tetap teguh dalam prinsip-prinsip iman.
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana bagi warga gereja yang juga warga negara untuk bersama-sama pemerintah melaksanakan panggilan kudusnya dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Dalam Pemilu, warga negara memiliki hak untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat serta berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pembangunan nasional. Oleh karena itu, mari berdoa agar Pemilu dapat berjalan dengan sukses. Mohonlah hikmat dan tuntunan Allah agar kita dapat menggunakan hak pilih kita dengan bebas dan bertanggung jawab demi kemajuan demokrasi dan kesejahteraan bangsa kita.
2. Sangat penting untuk mengingat penegakan moral dan etika selama Pemilu guna menjamin kualitas demokrasi. Pemilihan yang menjunjung tinggi martabat harus jauh dari tindakan korupsi, politik uang, politisasi identitas pemilih, manipulasi kekuasaan dan hukum, penyebaran kebencian, serta penyebaran berita palsu. Dengan menegakkan moral dan etika, warga negara akan yakin terhadap integritas sistem pemilihan dan percaya bahwa suara mereka akan dihitung secara akurat.
Kepada Lembaga Penyelenggara Pemilu, PGI mendorong agar melakukan penegakan aturan dengan tegas, jujur, konsisten, dan berani. Tugas yang diemban saudara-saudara sangat berat namun mulia. Oleh karena itu, kami berharap agar saudara-saudara menjalankan tugas ini dengan jujur dan mandiri. Jadilah pihak yang berpihak pada rakyat, bukan pada Tim Sukses atau calon tertentu. Peran saudara-saudara sangat penting dalam memastikan pemilu ini berjalan jujur dan adil, serta hasilnya bisa dipercaya. Kami mendoakan agar saudara-saudara sehat dan diberi kemampuan untuk menjalankan tugas mulia ini dengan baik dan bertanggung jawab.
4. Bagi warga gereja yang ikut dalam kontestasi politik nasional dan daerah, ingatlah bahwa politik bukanlah alat untuk mencari kekuasaan, tetapi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum (bonum universale). Oleh karena itu, prioritaskan kejujuran dan integritas dalam mengumpulkan dukungan dan simpati rakyat. Jadilah sosok calon yang memiliki integritas! Peroleh kemenangan dengan cara yang tidak mencoreng iman Kristen. Dengan demikian, saudara-saudara akan menjadi saksi Kristus yang baik bagi bangsa ini. Kami mendoakan agar saudara-saudara sukses dalam Pemilu ini.
12. Kepada gereja-gereja, kami mengingatkan bahwa gereja ditempatkan oleh Allah di dalam kota atau polis dengan tujuan bukan untuk diam saja atau berkompromi dengan kebobrokan. Sebaliknya, gereja ditempatkan untuk berdoa dan berupaya menjunjung tinggi kesejahteraan bangsa ini (lihat Yeremia 29:7). Dalam pelaksanaan Pemilu, kami mengajak gereja-gereja secara institusional untuk tidak memihak kepada calon pemimpin, caleg, atau partai politik tertentu. Harap diingat bahwa pendapat warga gereja sangat beragam mengenai kandidat pemimpin, caleg, dan partai politik. Namun demikian, gereja memiliki kekuatan untuk meningkatkan kesadaran umat mengenai pentingnya karakter, integritas, dan komitmen kandidat terhadap pelayanan kepentingan publik.
6. Kepada warga gereja yang menggunakan hak pilihnya, PGI menghimbau agar:
Sebelum memberikan suara, luangkan waktu untuk mempelajari calon-calon yang berkontestasi dalam pemilihan, serta ideologi partai-partai politik pendukung mereka. Jangan berpihak pada calon dan partai politik yang mengejar kekuasaan sebagai tujuan, tetapi dukunglah mereka yang menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk melayani pencapaian kesejahteraan bersama. Fokuslah memilih mereka yang berintegritas, setia kepada konstitusi, Pancasila, dan UUD 45, serta memiliki komitmen kuat untuk menegakkan NKRI.
b. Hindarilah terjebak pada visi, misi, dan janji-janji kampanye para calon yang terlihat manis dan menjanjikan. Jangan tergoda oleh citra yang ditampilkan media, karena kampanye media cenderung memperindah sisi baik dari calon yang bersaing. Sebaliknya, telitilah rekam jejak, sikap, dan kebijakan mereka terkait isu-isu penting seperti kebangsaan, kemasyarakatan, dan lingkungan, yang akan mempengaruhi kemajuan bangsa dalam lima tahun mendatang.
c. Tolaklah politik uang dan politisasi suku, agama, ras, dan golongan (SARA). Politik uang dan politisasi identitas umumnya dilakukan oleh calon yang tidak yakin akan kemampuannya. Jika terpilih, mereka akan dengan mudah menjadi oportunis yang korup dan tamak.
d. Hindarilah berita bohong (hoaks), ujaran dan manipulasi yang menimbulkan kebencian, provokasi, intimidasi, dan polarisasi berdasarkan pilihan politik yang berbeda. Hindari konflik dan perpecahan di tengah masyarakat dan gereja. Sebagai warga gereja, panggilan kita adalah untuk membawa kedamaian (Shalom) yang merupakan kehendak Allah bagi bangsa ini, bukan perpecahan.
Bagian terakhir dari seruan PGI kepada umat Kristen adalah untuk berpartisipasi aktif dalam mengawasi dan memastikan berlangsungnya Pemilu secara jujur dan adil. Saudara-saudara dapat menjadi relawan melalui kerjasama dengan lembaga independen pengawas Pemilu atau secara mandiri melalui situs pengawasan Pemilu. Salah satu contohnya adalah melalui website jagapemilu.com.
Saudara-saudara juga diingatkan bahwa partisipasi dalam Pemilu bukanlah hanya panggilan kebangsaan, tetapi juga panggilan iman dan pengutusan untuk menjadi garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Dalam hal ini, umat Kristen ditempatkan secara eksplisit dalam upaya menggarami dan menerangi dunia yang sedang mencari keputusan.