2 Remaja Korut Jadi Korban Kerja Paksa 12 Tahun Akibat Kecanduan Nonton Drakor

indotim.net (Sabtu, 20 Januari 2024) – Pada rekaman video yang diperoleh secara eksklusif oleh BBC Korea, terlihat dengan jelas bahwa Korea Utara menjatuhkan hukuman kerja paksa selama 12 tahun kepada dua remaja laki-laki. Penyebab hukuman ini adalah karena mereka kedapatan menonton drama Korea.

Sebuah rekaman video yang diduga direkam pada tahun 2022 menunjukkan dua remaja laki-laki berusia 16 tahun yang terborgol di hadapan ratusan siswa di stadion terbuka.

Sebuah video juga menunjukkan petugas berpakaian seragam menegur kedua remaja tersebut karena mereka tidak “memikirkan kesalahan mereka dengan serius”.

Acara hiburan asal Korea Selatan, termasuk televisi, dilarang di Korea Utara.

Meskipun demikian, beberapa orang rela mengambil risiko hukuman berat demi menikmati drama Korea (drakor) yang memiliki banyak penggemar di seluruh dunia.

Penyebaran rekaman video seperti yang diperoleh oleh BBC Korea ini merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh larangan Korea Utara terhadap pengambilan foto, video, dan bukti kehidupan di negara tersebut yang bisa bocor ke dunia luar.

Sebuah video diberikan kepada BBC oleh South and North Development (SAND), sebuah lembaga penelitian yang bekerja sama dengan pembelot dari Korea Utara.

Sebuah video telah menjadi bukti bahwa pihak berwenang bertindak lebih tegas terhadap insiden seperti ini. Remaja Korut tersebut dihukum kerja paksa selama 12 tahun karena melanggar larangan menonton drakor.

Rekaman video tersebut dilaporkan telah didistribusikan di Korea Utara sebagai sarana pendidikan ideologi dan sebagai peringatan kepada warganya agar menjauhi “rekaman yang dianggap negatif”.

Sebuah video menampilkan narator yang terus-menerus menyebarkan propaganda negara.

“Budaya rezim boneka busuk telah menyebar bahkan hingga ke kalangan remaja,” ujar suara tersebut, yang merujuk pada Korea Selatan.

READ  Jepang dan Korea Utara Berupaya Pertemuan Antar Pemimpin di Pyongyang

Mengapa nonton drakor bisa membuat dua remaja asal Korea Utara harus menghadapi kerja paksa selama 12 tahun? Kisah ini menjadi sorotan di seluruh dunia.

Mulanya, dua remaja berusia 16 tahun ini hanya ingin mencari hiburan. Mereka menonton drama Korea atau drakor yang populer di negara mereka. Namun, tanpa mereka sadari, ini akan mengubah hidup mereka selamanya.

Setelah diketahui bahwa mereka tertarik pada budaya Korea Selatan, pemerintah Korea Utara sangat tidak setuju. Pemimpin negara tersebut melarang segala bentuk kontak dengan budaya luar yang dianggap dapat merusak ideologi negara.

Akibatnya, dua remaja ini ditangkap dan dijatuhi hukuman kerja paksa selama 12 tahun. Mereka dianggap melanggar aturan negara dan menghancurkan masa depan mereka sendiri.

“Mereka baru berusia 16 tahun, tapi mereka menghancurkan masa depan mereka sendiri,” kata juru bicara pemerintah.

Baca juga:

Dua remaja asal Korea Utara dihukum kerja paksa selama 12 tahun karena diduga menonton drama Korea Selatan atau drakor secara ilegal. Kasus ini semakin memperlihatkan ketatnya aturan dan pengawasan pemerintah Korea Utara terhadap media asing.

  • Drama Korea: Korea Utara kecam drama dan film Korea Selatan yang menghina
  • Mengapa Kim Jong-un larang bahasa gaul, jeans, dan film asing yang digambarkan sebagai ‘racun berbahaya’ di Korea Utara?
  • Mengapa drama Korea bertema percintaan antara warga Korsel dan Korut ini banyak dipuji?

Petugas juga mengungkap nama dan alamat kedua remaja tersebut.

Sebelumnya, remaja yang melanggar hukum di bawah umur akan dikirim ke kamp kerja paksa remaja dengan hukuman biasanya kurang dari lima tahun.

Sebuah tindakan yang mengejutkan terjadi di Korea Utara. Dua remaja di negara tersebut dihukum kerja paksa selama 12 tahun hanya karena mereka menonton drama Korea atau drakor.

READ  Apakah Jakarta Benar-Benar Kehilangan Status sebagai Ibu Kota Indonesia? Temukan Faktanya di Sini!

Kebanyakan orang mungkin akan menganggap hukuman ini terlalu keras dan tidak masuk akal. Namun, pada tahun 2020, Pyongyang menerapkan undang-undang yang memberikan hukuman mati bagi mereka yang menonton atau menyebarkan hiburan dari Korea Selatan.

Seorang pembelot sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa dia terpaksa menyaksikan seorang pria berusia 22 tahun ditembak mati.

Dua remaja asal Korea Utara dihukum kerja paksa selama 12 tahun akibat kedapatan menonton drama Korea atau drakor. Kejadian ini terjadi setelah mereka diduga mendengarkan musik Korea Selatan dan juga membagikan film-film dari Korea Selatan kepada teman-temannya.

CEO SAND Choi Kyong-hui mengatakan Pyongyang melihat penyebaran drama Korea, yang sering disebut sebagai K-drama, dan K-pop sebagai ancaman terhadap ideologi mereka.

“Kagum akan masyarakat Korea Selatan bisa dengan cepat melemahkan sistem. Ini bertentangan dengan ideologi monolitik yang menanamkan penghormatan keluarga Kim pada masyarakat Korea Utara,” ucapnya.

Masyarakat Korea Utara mulai merasakan hiburan Korea Selatan pada tahun 2000-an, ketika Korea Selatan menerapkan “kebijakan sinar matahari” yang memberikan bantuan ekonomi dan kemanusiaan tanpa syarat kepada Korea Utara.

Baca juga:

  • Kisah keluarga yang melarikan diri dari Korea Utara melalui ladang ranjau dan badai lautan
  • ‘Saya takut ditangkap dan dikembalikan ke Pyongyang’ – Cerita tiga perempuan pembelot Korut memulai kehidupan baru di Korsel
  • Pembelot Korut: Apa yang terjadi ketika mereka tiba di Korea Selatan?

Seoul menghentikan kebijakan tersebut pada tahun 2010, dengan menyatakan bahwa bantuan tersebut tidak mencapai masyarakat umum Korea Utara seperti yang diharapkan, dan bahwa hal tersebut tidak menghasilkan “perubahan positif” terhadap perilaku Pyongyang.

Namun hiburan Korea Selatan terus menjangkau Korea Utara melalui Tiongkok.

READ  5 Berita Paling Seru di Kancah Internasional Hari Ini

“Jika Anda ketahuan menonton drama Amerika, Anda bisa lolos dengan suap, tapi jika Anda menonton drama Korea, Anda akan ditembak,” kata seorang pembelot Korea Utara kepada BBC Korea, pada Kamis (18/01).

“Bagi masyarakat Korea Utara, drama Korea adalah ‘obat’ yang membantu mereka melupakan kenyataan sulit yang mereka alami,” ungkap pembelot tersebut.

“Di Korea Utara, kita belajar bahwa Korea Selatan hidup jauh lebih buruk daripada kita, tapi ketika Anda menonton drama Korea Selatan, kehidupan di sana benar-benar berbeda. Sepertinya pihak berwenang Korea Utara mewaspadai hal itu,” kata seorang pembelot Korea Utara lainnya.

Laporan tambahan oleh Kelly Ng di Singapura