indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Suzuki di Indonesia sedang fokus pada pengembangan teknologi elektrifikasi. Meskipun beberapa produsen mobil telah beralih ke teknologi full hybrid atau bahkan mobil listrik berbasis baterai, Suzuki tetap mempertahankan penggunaan teknologi hybrid ringan atau mild hybrid.
Suzuki mengimplementasikan sistem hybrid ringan yang dikenal dengan sebutan SHVS (Smart Hybrid Vehicle by Suzuki) pada beberapa modelnya di Indonesia, termasuk Suzuki Ertiga, XL7, dan Grand Vitara.
Menurut Joshi Prasetya, Kepala Departemen Perencanaan Strategis PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Suzuki memiliki tekad kuat untuk menyuguhkan kendaraan yang efisien dengan harga yang terjangkau serta biaya perawatan yang rendah. Joshi menyatakan bahwa Suzuki ingin menghadirkan kendaraan yang lebih efisien tanpa harus memberlakukan harga yang terlalu tinggi kepada konsumen.
Menurut Suzuki, elektrifikasi merupakan teknologi yang krusial dan signifikan. Namun, sebelumnya, Suzuki selalu mempertimbangkan bagaimana memperbaiki yang sudah ada. Misalnya, perubahan pada konstruksi sasis menjadi Heartect. Ini dapat mengurangi hingga 15 persen berat kendaraan namun tetap menjaga keamanan dan kekakuan. Selain itu, mesin K15B menjadi hasil perbaikan dari model sebelumnya dengan pengurangan gesekan yang signifikan untuk efisiensi dan bobot yang lebih ringan. Secara keseluruhan, peningkatan pada semua komponen tersebut dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar,” ujar Joshi saat diwawancara di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Ketika berusaha untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi, Joshi menjelaskan bahwa Suzuki mempertimbangkan untuk melakukan elektrifikasi. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menggunakan teknologi mild hybrid atau SHVS untuk diterapkan pada beberapa jenis mobil yang telah mereka pasarkan.
Pertanyaan muncul, “Mengapa Suzuki memilih (mild) hybrid padahal di pasaran terdapat teknologi full hybrid dan lainnya?” Menurut penjelasan Joshi, Suzuki mempertimbangkan fakta bahwa harga baterai masih belum terlalu ekonomis di pasaran global saat ini. Semakin besar baterai, semakin tinggi pula harganya. Utilitas kendaraan hybrid dengan baterai besar akan membuat harganya lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Selain itu, biaya maintenance saat baterai perlu diganti juga cukup signifikan. Belum lagi permasalahan disposal limbah baterai yang perlu dipertimbangkan. Suzuki juga menegaskan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan.
Menurut perwakilan Suzuki, “Jadi supaya masuk ke segmen tadi yang affordable car itu, ya memang teknologi Suzuki (mild) hybrid yang kita butuhkan,” sambungnya.
Joshi menyatakan, ke depannya komitmen Suzuki untuk mengadopsi teknologi hybrid pada model-model terbaru menjadi pertimbangan utama. Langkah ini diambil guna memastikan efisiensi kendaraan tetap terjaga dan tetap mampu bersaing di pasar otomotif Indonesia.
Kesimpulan
Suzuki menggunakan teknologi hybrid ringan (mild hybrid) pada model XL7-Grand Vitara sebagai bagian dari fokusnya pada elektrifikasi. Meskipun teknologi full hybrid atau mobil listrik berbasis baterai telah ada, Suzuki tetap memilih SHVS untuk menjaga efisiensi, harga terjangkau, dan biaya perawatan rendah bagi konsumen. Keputusan ini juga dipengaruhi oleh pertimbangan harga baterai yang masih tinggi dalam pasar global dan komitmen Suzuki terhadap pelestarian lingkungan. Dengan adopsi teknologi hybrid, Suzuki berkomitmen untuk tetap memberikan kendaraan yang efisien dan mampu bersaing di pasar otomotif Indonesia.