indotim.net (Kamis, 07 Maret 2024) – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki membahas mengenai kesulitan UMKM dalam mendapatkan akses kredit dari lembaga perbankan maupun non-perbankan. Menurut Teten, terdapat tiga penyebab utama yang menyebabkan hal ini.
Pertama, faktor yang menjadi hambatan adalah tidak adanya agunan untuk memperoleh kredit. Persoalan ini merupakan alasan utama mengapa permohonan kredit UMKM seringkali ditolak oleh bank.
“Dalam 2 tahun terakhir, alasan utama penolakan kredit UMKM adalah kurangnya agunan pada kredit bank sebesar 59,62% dan kredit fintech non-bank 46,43%. Data disampaikan oleh Bank Indonesia untuk tahun 2022,” jelasnya pada acara BRI Microfinance Outlook 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Kamis (7/3/2024).
Masalah kedua yang diungkap adalah suku bunga kredit yang tinggi. Di Indonesia, suku bunga kredit per tahun mencapai 8,59%.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengungkapkan bahwa tingkat akses kredit bank bagi UMKM di Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 0,9%.
“Sementara negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia memiliki tingkat akses kredit sebesar 3,45%, dan Singapura mencapai 5,42%,” ujarnya.
Kelima, menurut Menkop, kendala lain yang dihadapi UMKM dalam mengakses kredit bank adalah terkait dengan status Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) atau lebih dulu dikenal dengan sebutan BI checking. Masalah ini dinilai sebagai hambatan utama yang perlu segera diatasi. Menkop menegaskan bahwa upaya untuk meningkatkan inovasi dalam pembiayaan UMKM harus menjadi prioritas yang harus diperkuat untuk mendukung pertumbuhan UMKM secara menyeluruh.
Menkop dan UKM, Teten Masduki, membuka-bukaan mengenai alasan UMKM sulit mendapatkan akses kredit bank. Dalam sebuah diskusi, beliau menyampaikan, “Karena itu seperti tadi disampaikan Pak Presiden, inovasi kebijakan pembiayaan UMKM perlu terus kita perkuat,”
Kesimpulan
UMKM mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses kredit bank disebabkan oleh kurangnya agunan yang memenuhi persyaratan perbankan, tingginya suku bunga kredit, serta rendahnya tingkat akses kredit bagi UMKM di Indonesia. Selain itu, masalah terkait status SLIK atau BI checking juga menjadi hambatan utama. Diperlukan peningkatan inovasi dalam pembiayaan UMKM untuk mendukung pertumbuhan sektor ini secara menyeluruh.