Bongkar Mitos Angin Puting Beliung vs. Tornado di Rancaekek: Ulasan Ahli ITB

indotim.net (Selasa, 05 Maret 2024) – Pada Rabu (21/2), wilayah Rancaekek dilanda fenomena pusaran angin yang mengundang beragam pendapat. Beberapa berpendapat bahwa yang terjadi adalah puting beliung, namun ada pula yang menyebutnya sebagai tornado.

Dr. Nurjanna Joko Trilaksono, seorang Dosen Program Studi Meteorologi ITB, memberikan tanggapannya terkait fenomena angin puting beliung atau tornado di Rancaekek. Menurut data yang berhasil dihimpun oleh Tim Lab Meteorologi Terapan ITB, pada pukul 15.34 WIB terlihat adanya pusaran yang tidak tetap di bawah awan. Selang waktu sepuluh menit, terdapat pusaran lain yang muncul di permukaan.

Pusaran angin tersebut terus melaju dengan panjang jalur sekitar 4 kilometer. Dari pengukuran waktu, diperkirakan kecepatan rambatnya sekitar 15 km/jam dengan perkiraan pusaran aktif selama sekitar 30 menit.

Diperkirakan luas area kerusakan mencapai 305 hektar, dengan berbagai tipe kerusakan seperti atap yang hilang, bangunan roboh, dan pohon tumbang.

Pantauan citra Satelit Himawari-9 di daerah cekungan Bandung sekitar Bandung Timur juga menunjukkan bahwa pada pukul 14:00 WIB daerah sekitar Rancaekek berada dalam kondisi cerah dan clear, namun satu jam berikutnya mulai terdapat awan-awan cumulonimbus yang tumbuh.

“Melalui kajian yang sudah ada di Meteorologi, adanya aliran pola yang berputar ini disebut dengan tornado, terlepas dari berapa intensitasnya. Maka dari itu, fenomena ini kita sebut tornado. Itu merupakan hasil dari asesmen yang telah kita lakukan,” ujarnya dalam laman ITB, Selasa (5/3/2024).

Bukan Tornado Pertama di Indonesia

Terkait hal ini, Dr Nurjanna Joko Trilaksono menjelaskan bahwa fenomena ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia.

“Kalau dilihat dari fenomena yang terjadi dari cumulonimbus, tidaklah sesuatu yang langka. Kita bisa yakin dan mengatakan bahwa ini bukan yang pertama kalinya,” ungkapnya.

READ  Klarifikasi BMKG: Fenomena di Rancaekek Bukan Tornado

Menurut pakar ITB, BMKG mempunyai cara lain untuk mendefinisikan puting beliung atau tornado berdasarkan kekuatannya.

“Kalau kita mendefinisikan tornado berdasarkan proses fisisnya, BMKG melihat dari aspek kekuatannya yang tidak besar, maka dimasukkan ke dalam kategori puting beliung. Meski puting beliung adalah small tornado,” jelas Pakar ITB.

“Hal yang ingin saya highlight adalah mau tornado atau puting beliung, daripada meributkan itu, lebih baik melihat apa yang menjadi dampak dari awan cumulonimbus ini. Meski kadang seringnya kecil, tetapi bisa juga menjadi besar dan merusak apa yang ada di permukaan,” tuturnya.

Dalam kisah warga sekitar, banyak yang percaya bahwa angin puting beliung atau tornado adalah bencana alam yang dapat diprediksi. Namun, menurut Pakar Meteorologi ITB, Prof. Dr. Budi, fenomena ini tidak sepenuhnya bisa diprediksi dengan akurat.

“Memang benar bahwa kita bisa melacak pola angin dan mendeteksi kemungkinan terjadinya puting beliung, tapi faktanya, unsur-unsur kecil di atmosfer yang sulit diprediksi membuat fenomena ini tetap memiliki misteri,” ujar Prof. Budi.

Meskipun begitu, Prof. Budi menegaskan bahwa kunci utama dalam menghadapi fenomena cuaca ekstrem seperti angin puting beliung adalah dengan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menyikapinya.

“Menurut penelitian yang kami lakukan, angin puting beliung yang terjadi di Rancaekek kemungkinan bukan tornado,” ujar Profesor Budi, ahli meteorologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kesimpulan

Dalam artikel tersebut, Dr. Nurjanna Joko Trilaksono dari ITB menjelaskan bahwa fenomena angin puting beliung vs. tornado di Rancaekek telah diidentifikasi sebagai tornado berdasarkan aliran pola yang berputar. Meskipun fenomena ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia, BMKG menggunakan kekuatan sebagai parameter untuk membedakan tornado dan puting beliung. Pakar ITB juga menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi fenomena cuaca ekstrem seperti ini, meskipun sulit untuk diprediksi dengan akurat.

READ  BMKG Jelaskan Fenomena di Rancaekek, Bukan Tornado