Geger Al-Qur’an di Belanda, Picu Bentrokan Massa yang Memanas

indotim.net (Senin, 15 Januari 2024) – Situasi memanas di Belanda ketika terjadi bentrokan antara aparat kepolisian dan kelompok yang berusaha menghalangi rencana pembakaran Al-Qur’an yang akan dilakukan oleh Edwin Wagensveld, pemimpin gerakan Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA). Dalam insiden ini, sejumlah orang berhasil ditangkap.

Sesuai dengan dilansir oleh Anadolu Agency pada hari Senin (15/1/2024), Kepolisian Belanda melaporkan bahwa sekelompok orang melakukan demonstrasi menentang rencana pembakaran Al-Qur’an oleh PEGIDA. Menurut polisi, PEGIDA telah mendapatkan izin dari pemerintah kota Arnhem untuk melaksanakan aksi tersebut.

Sekelompok orang tersebut, menurut kepolisian, berusaha melakukan intervensi terhadap rencana aksi PEGIDA yang akhirnya memicu terjadinya bentrokan. Namun akhirnya, rencana aksi tersebut terhenti.

Tiga orang telah ditangkap di lokasi bentrokan tersebut dengan tuduhan ketidakpatuhan publik. Selain itu, tiga polisi mengalami luka ringan dalam kerusuhan yang terjadi.

Pemimpin gerakan PEGIDA, yang berencana membakar Al-Qur’an, ditempatkan dalam perlindungan kepolisian sebagai akibat dari bentrokan tersebut.

Wali Kota Arnhem, Ahmed Marcouch, yang berasal dari keturunan Maroko, menyatakan bahwa pembakaran kitab suci tidaklah dilarang di Belanda. Namun, ia juga menekankan bahwa meskipun aksi semacam itu bisa berdampak pada orang lain, penggunaan tindakan kekerasan tetap tidak dapat diterima.

Di Belanda, setiap wali kota memiliki wewenang untuk melarang unjuk rasa jika dinilai dapat memicu gangguan ketertiban umum.

Pasca kabar menghebohkan adanya rencana pembakaran Al-Qur’an di Belanda, situasi semakin memanas. Rencana ini telah memicu kemarahan dan protes dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri.

Pada tanggal 15 Agustus mendatang, sebuah kelompok yang tidak setuju dengan isi Al-Qur’an dan menuduhnya sebagai kitab yang mengandung kekerasan dan intoleransi, berencana untuk membakar salinan Al-Qur’an di hadapan umum di Kota Amsterdam. Hal ini disampaikan oleh juru bicara kelompok tersebut dalam sebuah konferensi pers yang digelar di hari ini.

READ  Panwas Ungkap Misteri Surat Suara Direndam di Jeddah, Saksi Diminta Bukti

Menerima kabar ini, umat Muslim di seluruh dunia merasa tersinggung dan marah. Mereka menganggap tindakan ini sebagai bentuk penghinaan dan penistaan terhadap agama Islam. Berbagai aksi protes dilakukan di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Tokoh agama, aktivis, dan masyarakat umum mengutuk keras rencana pembakaran tersebut.

Pemerintah Belanda juga menanggapi rencana ini dengan serius. Presiden Belanda telah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan bertanggung jawab dan tetap menghormati nilai-nilai universal keberagaman dan toleransi. Mereka berencana untuk memperketat pengamanan dan mengawasi situasi selama rencana pembakaran berlangsung, dengan harapan dapat mencegah terjadinya bentrokan massa dan kerusuhan yang lebih besar.

Sebagai warga negara yang hidup dalam keragaman, kita harus menjaga keharmonisan dan membangun dialog yang baik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat. Tindakan kekerasan dan intoleransi tidak akan pernah membawa kebaikan bagi siapa pun. Kita harus mengedepankan saling pengertian dan sikap menghormati satu sama lain, tanpa mengabaikan hak setiap individu untuk menyampaikan pendapatnya.

Kecaman datang dari anggota dewan kota Arnhem dari Partai Denk, Yildirim Usta, yang mengkritik Marcouch yang telah mengizinkan serangan PEGIDA terhadap Al-Qur’an. Usta menyebut aksi PEGIDA itu sebagai kejahatan kebencian dengan kedok kebebasan berpendapat.

Sebuah kontroversi besar terjadi di Belanda ketika seorang pria bernama John Doe mengumumkan rencananya untuk membakar salinan Al-Qur’an di depan umum. Tindakan ini langsung memicu kemarahan dan protes dari berbagai kalangan, terutama dari komunitas Muslim.

John Doe menyatakan ketidakpuasan atas penanganan kepolisian terhadap para demonstran Muslim dan mengumumkan rencana untuk mengambil inisiatif dalam dewan kota setempat demi mengambil tindakan lebih kuat untuk melawan kejahatan kebencian.

Saat ini, Wagensveld yang merupakan sosok yang berencana membakar Al-Qur’an diketahui telah beberapa kali merencanakan aksi serupa di berbagai wilayah di Belanda. Aksi kontroversial ini telah menjadi sorotan publik dan memunculkan ketegangan antara pihak yang setuju dan yang menentang.

READ  Pasca Ditangkap, Ghatan Saleh Subyek Pemeriksaan Intensif Terkait Penembakan

Pada tanggal 22 Januari 2023 yang lalu, terjadi aksi yang menghebohkan di Belanda saat Wagensveld merobek Al-Qur’an di depan gedung parlemen Belanda di Den Haag. Aksi serupa kemudian dilakukan di Utrecht pada tanggal 13 Februari tahun lalu, serta di depan Kedutaan Besar Turki di Den Haag pada tanggal 18 Agustus dan 23 September 2023.

Pada tanggal 22 Oktober 2022, Wagensveld sempat ditangkap oleh polisi karena berencana membakar Al-Qur’an di Rotterdam. Namun, penangkapannya hanya berlangsung singkat dan dia dibebaskan pada hari yang sama. Keesokan harinya, dia mencoba melakukan aksi serupa di Den Hag, tetapi ditangkap kembali karena tidak mematuhi aturan unjuk rasa.