Greenflasi dan Teknologi Lithium Ferrophosphate Membahasi Debat Keempat

indotim.net (Senin, 22 Januari 2024) – Dua istilah asing, setidaknya bagi orang awam, mencuat dalam debat cawapres semalam. Dua istilah yang disampaikan oleh cawapres Gibran Rakabuming Raka adalah greenflation dan lithium ferro-phosphate.

Menanggapi soal greenflation, Gibran Rakabuming mengajukan pertanyaan kepada Mahfud Md. Mahfud mengenai aturan penggunaan istilah yang harus disertai dengan penjelasan. Sebagai moderator, juga memperingatkan Gibran tentang aturan tersebut. Kemudian, Gibran memberikan terjemahan Bahasa Indonesia dari istilah ‘greenflation’ tersebut.

“Ini tadi tidak saya jelaskan karena kan beliau kan seorang profesor. Oke, greenflation adalah inflasi hijau, sesimpel itu,” ucap Gibran saat segmen tanya jawab antarcawapres dalam debat Pilpres 2024 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/1) tadi malam.

Apa itu greenflation?

Berdasarkan laporan Reuters pada tanggal 22 November 2021, greenflation merujuk pada biaya yang timbul akibat kebijakan pro-lingkungan (go-green). Greenflation adalah risiko yang terkait dengan kebijakan yang mendukung penggunaan energi terbarukan. Risiko ekonomi tersebut umumnya lebih terasa dalam jangka pendek, namun menjadi lebih baik dalam jangka panjang untuk kelestarian lingkungan dan perekonomian.

“Harga komoditas yang mendasarinya meningkat di seluruh dunia,” kata Vaibhav Chaturvedi dari Council on Energy, Environment, and Water (CEEW) pada saat itu.

Tahun 2021, fenomena greenflation muncul dengan kenaikan harga logam seperti timah, aluminium, tembaga, nikel, kobalt, yang sangat penting dalam teknologi transisi energi. Kenaikan harga tersebut berkisar antara 20% hingga 91% dalam satu tahun. Tentu saja, kenaikan harga bahan tambang ini berdampak domino pada kenaikan harga-harga lainnya.

Dalam debat yang berlangsung sebelumnya, Mahfud Md ditanya tentang greenflation. Namun, jawaban Mahfud tidak memuaskan Gibran. Keriuhan pun pecah, terdengar teriakan sorak-sorai dari JCC Senayan yang terpantau oleh mikrofon media massa, dan langsung menyebar ke seluruh Indonesia. Mahfud Md menolak melanjutkan jawabannya terkait pertanyaan Gibran mengenai greenflation karena menurutnya semua ini hanya gimmick semata dari Gibran.

READ  Biden Berharap Gencatan Senjata Gaza Pekan Depan, Respons Hamas

“Saya bukan tidak mau menjawab dengan benar, tapi dia tidak mengerti konsep itu sehingga dibilang lho kok lain. Sehingga saya bilang ke moderator udah lah kembalikan ke moderator saja, ini nggak bisa dilanjutkan debat begini. Karena masalahnya sudah dijawab, lalu dibilang belum dijawab, kan itu hanya gimik saja,” kata Mahfud.

Apa itu lithium ferro-phosphate?

Gibran, calon wakil presiden pendamping capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, mengajukan pertanyaan kepada Muhaimin Iskandar (Cak Imin), calon wakil presiden pendamping capres nomor urut 01 Anies Baswedan. Dia ingin mengetahui sikap Cak Imin apakah dia anti-nikel atau tidak.

“Gus Muhaimin, Paslon nomor 1 dan tim suksesnya ini sering menggaungkan LFP, lithium ferro-phosphate, saya nggak tahu ini pasangan nomor 1 ini anti nikel atau gimana, mohon dijelaskan,” kata Gibran saat segmen tanya jawab antarcawapres dalam debat Pilpres 2024 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (21/1) tadi malam.

Masih ada waktu tersisa bagi Gibran untuk berbicara dalam sesi tersebut, meskipun pertanyaannya sudah selesai. Dia bersedia menjelaskan pertanyaannya jika Cak Imin merasa ada kekurangan dalam pemahamannya. Moderator meminta Gibran untuk menjelaskan terminologi dan singkatan yang dia gunakan. Cak Imin juga merasa belum mengerti dengan istilah tersebut.

“LFP, lithium ferro-phosphate, tadi sudah saya sebut kan,” ungkap Gibran.

Lithium ferro-phosphate (LFP), atau lebih dikenal dengan sebutan lithium iron phosphate, adalah bahan katoda yang digunakan dalam baterai ion lithium. Sebagai salah satu jenis material penting, LFP memiliki peran yang signifikan dalam pembuatan baterai.

Menurut Fouad Sabry dalam ‘Lithium Iron Phosphate Battery’, baterai Lithium Ferro-phosphate (LFP) memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis baterai lain seperti Nickel Manganese Cobalt (NMC) dan Nickel Cobalt Aluminum (NCA). Selain itu, LFP juga memiliki voltase operasi yang lebih rendah.

READ  Tom Lembong Membongkar Persaingan dengan Jokowi, TKN Dituduh Langgar Etika Profesional

LFP juga dikenal sebagai LiFePO4. LFP dipasang sebagai katode (kutub negatif) dalam baterai dan anode (kutub positif) terbuat dari karbon grafit (barang tambang seperti arang batu yang digunakan untuk pensil) dengan dukungan logam. LFP merupakan mineral alami yang termasuk dalam keluarga olivine (triphylite).

Battery LFP digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari otomotif hingga alat-alat praktis, karena LFP dianggap lebih murah, lebih aman, rendah toksisitas (risiko keracunan), dan umurnya lebih panjang.

Dikutip dari penelitian Mengmeng Wang dan rekan-rekan dalam artikel ‘Recycling of lithium iron phopshate batteries: Status, technologies, challenges, and prospects’ yang dimuat di jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews Volume 163, baterai Lithium Ferro-phosphate (LFP) menjadi salah satu opsi yang ramah lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dunia saat ini, terutama dengan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik sebagai pengganti kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Penelitian ini membandingkan baterai LFP dengan baterai Cobalt Manganese Oxide (NCM), dan ditemukan bahwa LFP mengandung lebih sedikit unsur kobalt (Co) dan nikel (Ni) dibandingkan NCM. Pasar baterai LFP memiliki prospek yang cerah, sebagaimana disebutkan dalam ringkasan penelitian yang diterbitkan pada tahun 2022 ini.

Saat ini, baterai NCM masih menjadi pesaing utama bagi baterai LFP. Di China, penggunaan baterai NCM lebih dominan, mencapai 61,1%, sedangkan penggunaan baterai LFP hanya sebesar 38,3%. Namun, dalam sektor kendaraan listrik, penggunaan baterai LFP lebih unggul dengan persentase sebesar 51,7% dibandingkan dengan baterai NCM.

Masalah yang muncul adalah perlu adanya solusi dalam mengatasi daur ulang limbah baterai LFP, meskipun baterai ini dianggap lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan baterai NCM.