indotim.net (Rabu, 06 Maret 2024) – Harga minyak mengalami penurunan sekitar 1% pada hari Selasa yang lalu. Penurunan ini menjadi sorotan karena dipicu oleh ketegangan terkait dengan kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi China.
Dikutip dari Reuters, pada Rabu (6/3/2024), harga minyak mentah berjangka Brent mengalami penurunan sebesar 1%, atau 76 sen, sehingga ditutup pada angka US$ 82,04 per barel. Hal ini menandai penurunan harga minyak untuk keempat kalinya secara berturut-turut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS jatuh 59 sen atau 0,8% menjadi US$ 78,15 per barel. Kedua minyak tolok ukur tersebut telah mengalami penurunan lebih dari US$ 1 selama sesi tersebut.
Pemerintah China memiliki target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada tahun 2024, angka yang sama dengan tahun sebelumnya. Dalam situasi ini, China dianggap memerlukan stimulus besar untuk mendukung perekonomiannya.
Pasokan minyak kembali menjadi sorotan setelah Energy Information Administration melaporkan adanya kenaikan stok minyak mentah AS sebesar 423 barel pada 1 Maret. Meskipun angka tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,1 juta barel, hal ini tetap menjadi perhatian utama dalam dinamika pasar minyak saat ini.
Data resmi dari Administrasi Informasi Energi AS akan dirilis pada Rabu pukul 10:30 ET (15.30 GMT).
Jika Energy Information Administration (EIA) melaporkan adanya peningkatan penyimpanan minyak mentah, maka ini akan menjadi minggu keenam berturut-turut peningkatan stok minyak di negara tersebut.
Sebagai informasi, China tengah menghadapi tantangan ekonomi yang sulit, termasuk di sektor bisnis hingga masalah lapangan pekerjaan. Hal ini diakui langsung Presiden China, Xi Jinping dalam pidatonya di malam tahun baru.
Meskipun demikian, adanya penurunan harga minyak sebesar 1% memberi sedikit angin segar bagi pasar global. Kondisi ekonomi yang tertekan di China telah mempengaruhi berbagai sektor, namun harga minyak yang lebih rendah dapat memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Pengakuan Xi Jinping dalam moment pidato malam tahun baru itu adalah yang pertama sejak 2013. Negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini sedang bergulat dengan berbagai masalah, seperti lemahnya permintaan, meningkatnya pengangguran, hingga kepercayaan bisnis yang terpuruk.
Tren penurunan harga minyak ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri minyak dan gas. Mereka khawatir akan dampak negatifnya terhadap keseimbangan anggaran perusahaan serta proyeksi pendapatan di masa mendatang.
“Beberapa perusahaan mengalami masa sulit. Beberapa orang kesulitan mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan dasar,” ujar Xi Jinping dikutip dari CNN, Selasa (2/1/2024).
Kesimpulan
Penurunan harga minyak sebesar 1% yang dipicu oleh kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi China menciptakan kekhawatiran di pasar global, namun memberi sedikit angin segar dalam kondisi ekonomi yang tertekan. Dampaknya terasa dalam berbagai sektor, termasuk industri minyak dan gas, dengan Xi Jinping mengakui tantangan yang dihadapi China saat ini.