indotim.net (Minggu, 03 Maret 2024) – Kapellbrücke atau Jembatan Kapel di Lucerne, Swiss, merupakan jembatan kayu tertua di Eropa. Usianya telah mencapai lebih dari 650 tahun, menjadikannya destinasi wisata utama dengan keindahan alam dan nilai historis yang menjadikan pengunjung terpesona.
Apakah yang terjadi ketika Anda melintasi jembatan ini? Jangan lewatkan momen untuk menengadahkan kepala saat melangkah di atasnya.
Saya mengunjungi Jembatan Kapel ini beberapa waktu yang lalu ketika singgah di Lucerne dalam perjalanan dari Jerman menuju Italia.
Peninggalan sejarah kota ini amat menarik untuk dijelajahi. Jika kita melangkah lebih jauh, kota yang menjadi jalur perdagangan sejak abad ke-13 ini juga merupakan titik transit para pedagang dari Jerman ke Italia dan sebaliknya.
Saat melintasi Jembatan Kapel sepanjang 204,7 meter, saya merasakan kekaguman yang tak terhingga. Keindahan jembatan tua tersebut sungguh memukau!
Bila menengadah, pada bagian tiang-tiang penyangga atap jembatan yang berbentuk segitiga, terlihat berjajar lukisan tua. Lukisan itu adalah karya dari pelukis lokal Hans Heinrich Wägmann pada abad ke-17.
Serial lukisan tentang sejarah Kota Lucerne pada awalnya berjumlah 158 lukisan. Namun, sebelum peristiwa kebakaran tahun 1993, jumlah lukisan asli telah berkurang menjadi 147 lukisan. Dari jumlah tersebut, 110 lukisan terdampak oleh peristiwa kebakaran.
Namun masih ada puluhan lukisan yang berhasil diselamatkan. Ketika saya berkunjung ke sana, banyak panel-panel segitiga yang seharusnya dihiasi dengan lukisan yang masih dibiarkan kosong dan hanya menyisakan bidang hitam, bekas kebakaran yang terjadi sebelumnya.
Di sepanjang jembatan, di seberang Sungai Reuss, berjajar bangunan-bangunan tua bersejarah dengan arsitektur yang indah bergaya Barok yang mewah dan klasik.
Di sebelah kanan, terlihat sebuah bangunan berukuran besar dengan dinding terbuat dari batu bata merah yang kokoh. Arsitektur bangunan ini terlihat begitu megah di tengah suasana kota yang tenang.
Sangat berbeda dengan sisi sungai di seberangnya yang dipenuhi bangunan modern. Jembatan Kapel seakan membelah kedua sisi yang berbeda itu.
Tidak hanya dari segi arsitektur, tetapi juga dari atmosfer yang terpancar. Jika di sisi seberangnya terasa begitu hiruk pikuk, di Jembatan Kapel sangatlah sepi. Langkah kaki pelan-pelan menghasilkan suara dentuman kecil yang seolah menghantarkan Anda pada ruang dan waktu yang baru.
Di sepanjang dinding jembatan, terhampar tanaman hias berwarna-warni yang menjadikan jembatan kayu kuno tersebut terlihat begitu indah.
Tempat penyiksaan
Di tepi jembatan, berdiri kokoh di atas aliran air yang mengalir deras, terdapat sebuah menara air yang telah berusia jauh sebelum jembatan kuno yang telah saya lewati.
Menara berbentuk segi delapan setinggi 43 meter dan terbuat dari batu bata itu sepanjang sejarahnya memiliki banyak fungsi, mulai dari tempat penyimpanan uang, ruang arsip, tempat perlindungan hingga penjara dan ruang penyiksaan. Ngeri, ya?
Di tengah jalan, ada sebuah lorong misterius yang berujung di pintu besi berkarat. Kabarnya, di balik lorong tersebut terdapat ruang kosong yang diyakini sebagai tempat penyiksaan pada masa lalu.
Melintasi Sungai Reuss, Jembatan Kapel tidak hanya berperan sebagai penghubung antara teater Lucerne dengan Kapel Santo Petrus, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah yang kaya akan cerita.
Di sekitar Kapel Santo Petrus, di sepanjang Sungai Reus berjajar kafe-kafe dan restoran estetik. Banyak wisatawan yang singgah untuk menikmati makan siang di sana sambil menikmati keindahan jembatan dari seberang sungai.
Sayangnya, selain dikenal karena keindahannya, Swiss juga terkenal karena harga-harganya yang mahal. Teman seperjalanan saya menghabiskan lebih dari EUR 100 atau sekitar satu setengah juta rupiah untuk makan siang berdua di salah satu restoran estetik itu.
Dengan waktu yang sangat terbatas untuk mengunjungi Lucerne, saya memutuskan untuk mengorbankan waktu makan siang demi menjelajahi keindahan jembatan kayu tertua di Eropa dan bangunan-bangunan bersejarah di sekitarnya.
Meskipun matahari bersinar terang, namun suhu udara di Lucerne masih cukup dingin. Saya menyempatkan diri membeli pretzel yang bisa dimakan dalam perjalanan.
Melangkah perlahan, saya mulai menyeberangi Jembatan Kapellbrücke yang terkenal sebagai jembatan kayu tertua di Eropa. Suasana kuno jembatan ini memberikan nuansa magis tersendiri. Tampaknya waktu seolah berhenti saat langkah saya melintasinya.
Rasanya sungguh luar biasa lezat, tanpa perlu mengeluarkan uang terlalu banyak. Hanya dengan EUR 3,5 atau sekitar lima puluh ribu rupiah saja, saya dapat menikmati hidangan makan siang yang bisa dibawa pulang.
Kesimpulan
Jembatan Kapellbrücke di Lucerne, Swiss, merupakan jembatan kayu tertua di Eropa dengan usia lebih dari 650 tahun. Jembatan ini tidak hanya menawarkan keindahan alam dan nilai historis yang memukau, tetapi juga memperkaya pengalaman wisatawan dengan keajaiban arsitektur dan kisah sejarah yang terpancar dari setiap jengkalnya. Dari lukisan-lukisan bersejarah hingga bangunan-bangunan tua bergaya Barok, serta cerita menara penyiksaan yang mencekam, Jembatan Kapellbrücke menjadi saksi bisu perjalanan sejarah yang kaya dan menghadirkan atmosfer magis yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung.