indotim.net (Senin, 04 Maret 2024) – Anggrek diketahui berasal dari superbenua kuno Laurasia di Belahan Bumi Utara sekitar 85 juta tahun yang lalu, berdasarkan penelitian terbaru yang dilaporkan dalam jurnal New Phytologist. Temuan dari studi ini menantang keyakinan yang umum bahwa anggrek pertama kali muncul di superbenua Gondwana yang sekarang menjadi benua Australia.
Para peneliti dari Royal Botanic Gardens (RGB) Kew dan mitra di Amerika Latin, Asia, dan Australia menemukan sebuah penemuan menarik melalui kajian data urutan DNA spesies anggrek. Dengan menggali data DNA dan pola sebaran geografis anggrek, para peneliti berhasil menyusun silsilah anggrek dan melacak bagaimana keanekaragaman anggrek menyebar ke seluruh dunia.
Penelusuran keanekaragaman anggrek dan daerah tumbuhnya semula diharapkan bantu peneliti mengidentifikasi daerah mana saja yang menurun keanekaragaman anggreknya.
Dengan begitu, pemangku kepentingan bisa menyusun kebijakan soal kawasan dan spesies mana yang perlu dikonservasi segera sebelum anggrek punah.
Ancaman Kepunahan Anggrek
Famili anggrek (Orchidaceae) diperkirakan memiliki 29.500 spesies yang tersebar di semua benua, kecuali Antartika. Anggrek bahkan ditemukan di Lingkaran Arktik.
Keragaman anggrek di Bumi diakui oleh para ilmuwan sebagai salah satu hasil evolusi yang paling signifikan dalam dunia tumbuhan. Namun, berdasarkan laporan State of the World’s Plants and Fungi 2023 RGB Kew, sebanyak 56 persen spesies anggrek kini berada dalam risiko kepunahan.
Persentase risiko kepunahan anggrek lebih tinggi dari risiko kepunahan tanaman di seluruh dunia (45 persen). Anggrek menghadapi ancaman kepunahan akibat aktivitas penebangan hutan, perdagangan ilegal, perubahan iklim, serta perubahan habitat alaminya.
Peneliti mengungkap fakta menarik bahwa anggrek menghadapi kepunahan lebih cepat daripada proses evolusi menjadi spesies anggrek yang berlangsung selama 5 juta tahun. Kondisi ini menimbulkan risiko besar, di mana manusia sulit untuk mengatasi kepunahan anggrek dan tidak dapat memastikan jumlah spesies yang telah punah.
Konservasi Anggrek dan Menyusun Pohon Spesies
Memahami pola spesiasi diharapkan dapat membantu dalam melestarikan anggrek. Spesiasi adalah sebuah proses evolusi di mana populasi berkembang menjadi spesies yang berbeda.
Cara ini menurut peneliti dapat membantu identifikasi ekosistem mana saja yang memiliki tingkat keanekaragaman anggrek di atas rata-rata. Ekosistem tersebut diharapkan juga memiliki potensi evolusi tertinggi untuk menampung keanekaragaman anggrek baru.
Para peneliti telah berhasil menyusun pohon spesies anggrek dengan sampel yang sangat padat. Dari pengamatan tersebut, ditemukan bahwa hampir 40 persen genera anggrek dan 7 persen dari total keanekaragaman spesies anggrek dapat ditemui di dalam struktur pohon tersebut.
Data urutan DNA dari seluruh keluarga anggrek digunakan untuk merekonstruksi pohon keturunan anggrek tersebut.
Peneliti RGB Kew juga menggunakan data rangkaian DNA spesies anggrek yang sudah dipublikasi.
Dari data urutan DNA tersebut, para peneliti dapat memahami cabang-cabang pohon spesies anggrek, kekerabatannya, dan daerah mana saja yang keanekaragaman anggreknya menurun.
Penelitian ini mengungkapkan fakta menarik tentang asal usul anggrek dan sejarah pertumbuhannya. Metode analisis DNA membuka jendela baru dalam memahami evolusi tumbuhan ini.
Ketua Riset Monografi Terintegrasi RGB Kew, Dr Oscar Pérez mengatakan identifikasi daerah tersebut diharapkan bantu peneliti dalam menyusun kebijakan prioritas konservasi anggrek.
“Studi kami merupakan yang pertama dalam skala global yang menjelaskan kawasan ekologi mana yang menjadi tempat potensial bagi evolusi anggrek serta memiliki kekayaan spesies anggrek tertinggi. Kawasan ekologi tersebut dalam rentang waktu yang cukup baru, sekitar 2-3 juta tahun terakhir, telah menjadi tempat lahirnya spesiasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini menghasilkan akumulasi keanekaragaman spesies anggrek pada tingkat yang sangat tinggi,” ujar peneliti.
“Kami berpendapat kawasan tersebut dapat menampung lebih banyak keanekaragaman (anggrek) dalam waktu dekat, selama kawasan ekologi aslinya dilindungi. Dengan begitu, informasi dari studi kami menunjukkan pola spesiasi dan kaya spesies yang bisa dipakai dalam perumusan kebijakan prioritas konservasi ekosistem,” pungkasnya.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian terbaru dari Royal Botanic Gardens (RGB) Kew, anggrek ternyata berasal dari superbenua kuno Laurasia di Belahan Bumi Utara sekitar 85 juta tahun yang lalu, menantang keyakinan umum bahwa anggrek pertama kali muncul di superbenua Gondwana. Dengan memahami pola spesiasi dan pohon spesies anggrek, para peneliti harap dapat membantu menyusun kebijakan konservasi anggrek demi mencegah kepunahan yang semakin mengancam 56 persen dari total 29.500 spesies anggrek di dunia.