indotim.net (Senin, 04 Maret 2024) – Kepala Eksekutif Pasar Modal, Bursa Karbon, dan Keuangan Derivatif Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 84 perusahaan yang telah masuk dalam pipeline untuk melakukan penawaran umum, dengan perkiraan pendanaan mencapai Rp 56,83 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 56 perusahaan berencana untuk melistingkan saham perdana atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Sementara itu masih terdapat 84 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif Rp 56 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO oleh 56 perusahaan baru,” ujar perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Februari 2024 yang dilakukan secara daring pada Senin (4/3/2024).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa sebanyak 84 perusahaan dikabarkan siap melakukan penawaran umum perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target dana mencapai Rp 56 triliun.
Menurut OJK, minat masyarakat untuk menghimpun dana melalui pasar modal masih terus terlihat. Data per 29 Februari 2024 menunjukkan bahwa total nilai penawaran umum mencapai Rp 20,65 triliun dengan jumlah emiten baru sebanyak 12 perusahaan.
“Adapun antusiasme penghimpunan dana di pasar modal masih terlihat. Tercermin hingga 29 Februari 2024, nilai penawaran umum tercatat sebesar Rp 20,65 triliun dengan emiten baru sebanyak 12 emiten,” katanya.
Sementara itu, Inarno mengungkapkan bahwa pasar saham Indonesia masih terus mengalami penguatan. Hal ini tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil mencatat kenaikan sebesar 0,60% year to date, mencapai level 7.316,11. Selain itu, terdapat juga peningkatan net buy sebesar Rp 18,44 triliun year to date.
Tak hanya itu, pasar obligasi atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index) turut menunjukkan penguatan yang signifikan. IHSG berhasil menguat sebesar 0,98% mencapai level 378,28 year to date pada 29 Februari 2024.
Sementara itu, asset under management pengelolaan investasi per 29 Februari tercatat sebesar Rp 824,4 triliun, mengalami penurunan 0,04%. Nilai aktiva bersih NAB reksa dana juga turun 1,13% menjadi Rp 495,78 triliun. Juga tercatat net redemption sebesar Rp 16,72 triliun,” ungkapnya.
Menurut Inarno, peluang pasar bursa karbon masih sangat luas. Hal ini didasari oleh adanya 3.453 calon peserta yang terdaftar dalam sistem registrasi nasional pengendalian perubahan iklim.
Pada bursa Karbon sejak diluncurkan pada 26 September 2023, tercatat 50 pengguna jasa yang mendapat izin hingga 29 Februari dengan total volume 501.910 ton CO2 ekuivalen. Nilai akumulasi mencapai Rp 31,36 miliar, dengan rincian 31,30% di pasar reguler, 9,69% di pasar negosiasi, dan 58,92% di pasar lelang.
“Ke depan potensi bursa karbon masih sangat besar, mempertimbangkan terdapat 3.453 pendaftar yang tercatat di sistem registrasi nasional pengendalian perubahan iklim,” pungkasnya.
Kesimpulan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap bahwa sebanyak 84 perusahaan siap untuk melakukan penawaran umum perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target pendanaan mencapai Rp 56 triliun. Data tersebut menunjukkan minat yang tinggi dari masyarakat serta pertumbuhan positif pasar modal Indonesia, yang juga tercermin dari kinerja IHSG dan pasar obligasi yang mengalami penguatan. Peluang di pasar bursa karbon juga terbuka luas dengan jumlah peserta yang mendaftar terus meningkat.