indotim.net (Selasa, 05 Maret 2024) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyampaikan pandangannya terkait kondisi perekonomian global yang mulai membaik. Dia menegaskan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,04% year-on-year (yoy) pada kuartal IV 2024.
Pada tingkat domestik, kinerja perekonomian terlihat solid berdasarkan data PDB kuartal IV-2023 yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,04% yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga, serta belanja investasi pemerintah terkait pembangunan Infrastruktur Kepariwisataan Nusantara (IKN),” ungkapnya saat berbicara dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Februari 2024 yang diselenggarakan secara daring pada Senin (4/3/2024).
Sebagai respons, Mahendra juga menyorot pertumbuhan eskalasi konflik yang terjadi di berbagai kawasan. Potensi instabilitas yang muncul akibat situasi tersebut berpotensi memengaruhi kenaikan harga komoditas secara global ke depannya.
Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi terlihat solid. Sementara di Eropa, ekonomi Inggris dan Jerman mengalami kontraksi, dan mulai memasuki periode resesi. Selain itu, angka inflasi juga menurun dan mendekati target yang telah ditetapkan oleh bank Sentral.
Sementara itu di China, pertumbuhan ekonomi masih berada di bawah rata-rata sejarah, sementara tekanan di pasar keuangan terus meningkat.
“Di Eropa, ekonomi Jerman dan Inggris terkontraksi dan mulai memasuki resesi dan inflasi turun mendekati target Bank Sentral. Di China perekonomian berada di bawah rata-rata historis dan tekanan di pasar keuangan juga terpantau meningkat,” sebutnya.
Kepala Eksekutif Pasar Modal, Bursa Karbon, dan Keuangan Derivatif Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 84 perusahaan dengan estimasi pendanaan sebesar Rp 56,83 triliun yang akan melakukan penawaran umum. Dari jumlah tersebut, 56 perusahaan berencana melakukan pencatatan saham perdana atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sambil itu, terdapat 84 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif Rp 56,83 triliun, di antaranya merupakan rencana IPO oleh 56 perusahaan baru,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK Bulanan Februari 2024 secara daring, pada hari Senin (4/3/2024).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan gambaran terbaru mengenai kondisi sektor jasa keuangan di Indonesia. Menurut OJK, antusiasme dalam penghimpunan dana di pasar modal masih terlihat kuat.
Hingga 29 Februari 2024, total nilai penawaran umum mencapai Rp 20,65 triliun dengan 12 perusahaan baru yang tercatat sebagai emiten.
Inarno mengungkapkan bahwa pasar saham Indonesia saat ini masih mengalami penguatan, yang tercermin dari kinerja positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 0,60% year to date mencapai level 7.316,11, dengan total net buy sebesar Rp 18,44 triliun year to date. Sementara itu, pasar obligasi atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index) juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,98% ke level 378,28 year to date pada 29 Februari 2024.
Dalam keterangan tertulisnya, OJK menyebut bahwa pada Januari 2024, industri perbankan Indonesia mengalami penurunan kredit sebesar Rp 32,69 triliun, atau berkurang 0,46 persen secara mtm. Hal ini merupakan bagian dari siklus di awal tahun. Meskipun demikian, secara tahunan, pertumbuhan kredit mencapai dua digit sebesar 11,83 persen (yoy), dengan total mencapai Rp 7.058 triliun.
Pertumbuhan ini didorong oleh Kredit Modal Kerja yang mengalami peningkatan sebesar 12,26 persen year-on-year. Bank BUMN menjadi kontributor utama pertumbuhan kredit dengan peningkatan sebesar 14,44 persen year-on-year.
Pada sektor industri dana pensiun, terjadi pertumbuhan aset dana pensiun sukarela sebesar 6,75 persen yoy per Januari 2024, mencapai total nilai aset sebesar Rp 370,28 triliun. Angka ini meningkat dari Rp 346,86 triliun pada Januari 2023. Sementara itu, di sektor perusahaan penjaminan, terdapat pertumbuhan aset sebesar 18,91% yoy dengan nilai mencapai Rp 46,65 triliun pada Januari 2024, naik dari Rp 39,23 triliun pada Januari 2023.
Selain itu, dalam upaya penegakan hukum dan perlindungan konsumen di sektor perbankan, pada bulan Februari 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan untuk mencabut izin usaha dari beberapa lembaga keuangan. Di antaranya adalah PT BPR Usaha Madani Karya Mulia, PT BPR Bank Pasar Bhakti, Perumda BPR Bank Purworejo, dan BPR EDCCASH.
Kesimpulan
Ketua OJK, Mahendra Siregar, mengungkapkan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan PDB sebesar 5,04% year-on-year, dengan perekonomian domestik yang solid. Di tengah perkembangan global yang semakin membaik, pasar modal Indonesia masih menunjukkan antusiasme yang kuat, terlihat dari total nilai penawaran umum yang mencapai Rp 20,65 triliun. Selain itu, kinerja positif IHSG dan peningkatan aset dana pensiun serta sektor perusahaan penjaminan juga mencerminkan kondisi positif sektor jasa keuangan di Indonesia.