indotim.net (Senin, 04 Maret 2024) – Suku Dayak, kelompok etnis asli Kalimantan, Indonesia, telah menetap di pulau Kalimantan sejak zaman dahulu. Mereka tinggal di pedalaman hutan, bergantung pada sumber daya alam, dan memiliki beragam budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi.
Nama “Dayak” berasal dari bahasa Kenyah yang berarti “hulu sungai” atau “pedalaman,” menunjukkan lokasi geografis mereka di sekitar sungai Kalimantan. Budaya mereka mencakup musik, tarian, seni ukir, anyaman, dan pahat yang indah.
Suku Dayak terdiri dari berbagai sub-etnis dengan keberagaman budaya, bahasa, adat istiadat, dan tradisi. Pakaian adat suku Dayak, yang awalnya terbuat dari kulit kayu, memiliki karakteristik yang sangat unik.
Lantas, apa saja jenis pakaian adat Dayak dan apa makna pakaian adat tersebut? Simak penjelasannya pada artikel di bawah ini.
Jenis Pakaian Adat Dayak
1. King Baba
Pakaian adat suku Dayak untuk pria di Kalimantan Barat dikenal sebagai king baba. Nama “King Baba” berasal dari bahasa Dayak, dimana “king” berarti pakaian dan “baba” berarti laki-laki.
Pakaian adat Dayak merupakan bagian dari warisan budaya yang kaya akan makna dan keindahan. Salah satu contohnya adalah king baba, yang terbuat dari serat tinggi kulit kayu tumbuhan endemik.
Proses pembuatan king baba dilakukan dengan cara khusus, yaitu dengan memukul kulit kayu dalam air untuk menyisakan serat yang kemudian diolah dengan teliti. Tak hanya sekadar pakaian, setiap elemen pada king baba memiliki makna mendalam yang tercermin melalui warna-warna yang digunakan dan beragam hiasannya.
Setelah serat lentur, pakaian kemudian dijemur dan dihiasi dengan lukisan etnik Dayak menggunakan pewarna alami. Salah satu contoh pakaian adat Dayak adalah King Baba yang terdiri dari rompi tanpa lengan dan celana panjang. Seringkali King Baba dipadukan dengan senjata mandau dan perisai, menciptakan kesan persiapan perang yang kuat.
2. King Bibinge
Pakaian adat suku Dayak untuk wanita, King Bibinge, memiliki cara pembuatan yang serupa dengan pakaian pria. Terbuat dari kulit kayu tanaman ampuro atau kapuo yang kaya serat.
King Bibinge lebih tertutup dengan penutup dada, stagen, dan rok. Aksesoris seperti kalung, manik-manik, dan ikat kepala dengan bulu burung enggang melengkapi pakaian ini.
Pakaian adat suku Dayak merupakan simbol keberagaman budaya Indonesia. Setiap suku Dayak memiliki pakaian adat dengan ciri khas masing-masing.
Tanpa lengan seperti King Baba, King Bibinge dihiasi dengan lukisan khas Dayak, manik-manik kayu, dan bulu burung enggang.
Gelang terbuat dari akar pohon, sedangkan kalung terdiri dari tulang hewan dan akar pohon, berfungsi sebagai hiasan, jimat, dan penolak bala.
3. Buang Kuureng
Buang Kuureng, busana adat suku Melayu di Kalimantan Barat, merupakan versi local dari baju kurung yang umumnya dipakai oleh suku Melayu di berbagai daerah seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Meskipun berbagi akar budaya, Buang Kuureng memiliki ciri khas sendiri yang mencakup corak, desain, dan bahan yang berbeda.
Salah satu yang menonjol dari pakaian adat Dayak adalah warna-warna cerah yang dipadu dengan ornamen unik. Tidak hanya sebagai busana, setiap motif dan warna memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Dayak.
Pakaian ini digunakan oleh perempuan dan hadir dalam dua versi, yakni dengan lengan panjang (Kurung Langke Tangan) dan lengan pendek (Kuurung Sapek Tangan).
Keistimewaan Buang Kuureng tidak hanya terletak pada keindahan corak yang unik, tetapi juga pada perpaduan budaya Melayu dan Dayak yang diwujudkan dalam pakaian adat ini. Penggunaannya pun tidak sembarangan, melainkan terbatas pada acara-acara khusus seperti peringatan Hari Kartini.
4. Teluk Belanga
Teluk Belanga merupakan pakaian adat suku Melayu di Kalimantan Barat yang menjadi simbol kehormatan dalam berbagai acara resmi, seperti upacara adat dan pernikahan.
Didesain khusus untuk laki-laki, Teluk Belanga mencuri perhatian dengan kemegahannya. Pemakaian bahan berkualitas, terutama satin berwarna kuning emas, tak hanya sekadar pakaian biasa. Warna ini membawa makna khusus sebagai identitas kerajaan Melayu.
Terdiri dari pakaian dalam, celana panjang, kain, dan sarung dengan corak ingsang, serta songkok hitam sebagai pelengkap, Teluk Belanga menciptakan perbedaan yang signifikan antara pakaian adat suku Melayu dan Dayak, menekankan penggunaan kain dan desain tertutup untuk menciptakan identitas yang unik.
5. King Kabo
King Kabo adalah jenis pakaian adat suku Dayak di Kalimantan yang telah mengalami modifikasi. Pakaian ini memberikan tampilan modis dan unik, namun tetap mempertahankan ciri khasnya yang kental.
Sebagai modifikasi dari King Baba, pakaian tradisional suku Dayak untuk pria, King Kabo menggunakan inovasi dengan memasukkan bahan Kain Sungkit dari Brunei Darussalam.
Jika ada yang memperhatikan King Kabo, maka tidak sulit untuk melihat bahwa pakaian ini mempertahankan ciri khas Suku Dayak meskipun telah mengalami modifikasi. Salah satu yang menonjol adalah ukiran Dayak dan aksesori kepala yang menyerupai Mandau, senjata tradisional Kalimantan.
Part 20: Keberadaan pakaian adat Dayak sejalan dengan nilai-nilai tradisional yang turun-temurun.
Pada setiap helai kain, terkandung cerita panjang lebar yang menceritakan sejarah masa lalu
6. Ta’a
Baju adat Dayak Kaltim yang dikenal sebagai Ta’a berasal dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Ta’a, yang merupakan pakaian adat untuk wanita, terdiri dari beberapa komponen, seperti da’a (ikat kepala dari pandan), baju atasan bernama sapei inoq, dan rok bernama ta’a.
Pembuatan Ta’a melibatkan penggunaan pandan dan kain, dengan hiasan bulu burung, serta gelang pintalan benang sebagai penolak bala.
Pakaian adat suku Dayak memiliki ciri khas yang unik, terutama pada bagian atasan, bawahan, dan penutup kepala yang dihiasi dengan motif khusus. Misalnya, bangsawan sering mengenakan motif burung enggang atau harimau, sementara masyarakat biasa lebih sering menggunakan motif tumbuhan pada pakaian mereka.
7. Sapai Sapaq
Sapai Sapaq adalah busana adat khas pria Dayak Kalimantan Timur. Dalam keseluruhan tampilan, Sapai Sapaq memiliki kemiripan motif dan desain dengan Ta’a. Perbedaannya terletak pada bagian bawah, yakni celana pendek bernama Abeq kaboq.
Para pria Dayak juga mengenakan aksesoris lain, seperti senjata tradisional seperti perisai dan mandau sebagai perlindungan diri.
Seperti Ta’a, Sapai Sapaq juga mencerminkan kearifan masyarakat Dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam, terutama dalam pembuatan pakaian dan aksesorisnya.
Makna Pakaian Adat Dayak
Bukan hanya sebagai pakaian untuk dikenakan, pakaian adat Dayak juga mengandung makna tersendiri. Berikut penjelasannya.
Makna Warna bagi Suku Dayak
- Warna merah mewakili solidaritas dan keberanian untuk mempertahankan kebenaran.
- Warna putih melambangkan kesucian jiwa dan kemurnian.
- Warna kuning mencerminkan keagungan, kejayaan, kemegahan, dan kehormatan.
- Warna hitam melambangkan kedewasaan dan berkabung.
- Warna hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
Makna Ragam Hias
- Bentuk manusia atau matuari menggambarkan kehidupan manusia di dunia.
- Bentuk binatang menandakan adanya kehidupan binatang.
- Bentuk tumbuhan mencerminkan keberadaan tumbuhan dalam kehidupan.
- Bentuk benda-benda seperti bintang, bulan, dan matahari mencerminkan kehidupan dalam alam gaib.
Ragam Aksesoris atau Perhiasan dan Maknanya
- Simbolong adalah perhiasan untuk sanggul wanita yang dapat digunakan sehari-hari atau pada upacara adat.
- Hiasan kepala berupa tajuk bulu tantawan dan tajuk bulu arue dapat digunakan pada acara sukacita maupun dukacita.
- Poosong adalah perhiasan untuk lubang telinga wanita.
- Kalong atau manik pirak adalah kalung yang mempercantik leher dan menunjukkan status sosial.
- Kalong manik kalabe adalah kalung khusus untuk perempuan muda.
- Kalong manik lawang adalah kalung yang bisa dipakai oleh laki-laki atau perempuan.
- Tangkalai’ atau sumpae adalah hiasan lengan untuk laki-laki maupun perempuan.
- Isi amas atau gigi emas digunakan untuk mempercantik gigi dan memiliki makna simbolis tentang keuangannya.
Itulah tadi penjelasan seputar pakaian adat Dayak, mulai dari jenis-jenisnya hingga makna yang ada di baliknya. Semoga menambah wawasan.