Sesi Banding Beli Beras 10 Kg Gaji Baru Fresh Grad RI Vs Korsel

indotim.net (Selasa, 05 Maret 2024) – Media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) menjadi ramai dengan postingan dari salah satu akun yang membandingkan proses pembelian beras 10 kilogram (kg) antara Indonesia dan Korea Selatan dengan menggunakan gaji fresh graduate atau lulusan baru.

Akun tersebut mengungkap bahwa untuk membeli beras di Indonesia, seseorang harus menghabiskan sekitar 2,5% dari gaji seorang fresh graduate yang dicontohkan sebesar Rp 6 juta per bulan. Dalam contoh tersebut, harga 10 kg beras adalah Rp 150.000.

Sementara di Korea Selatan, harga beras hanya 0,85% dari gaji yang dicontohkan sebesar 3,5 juta won atau Rp 41,1 juta per bulan. Untuk harga beras yang lebih mahal sebesar 29.900 won atau Rp 351.000.

“Di Korea Selatan, seorang fresh graduate harus bekerja sekitar 1,5 jam untuk membeli 10 kg beras. Sedangkan di Indonesia, seorang fresh graduate harus bekerja sekitar 4,4 jam untuk membeli jumlah beras yang sama,” kata akun @pri*****, dikutip Senin (4/3/2024).

Saat perbandingan harga beras 10 kg dibeli dengan gaji fresh graduate antara Indonesia dan Korea Selatan menjadi perbincangan hangat, muncul pertanyaan mengenai besaran pengeluaran beras yang lebih besar di Indonesia meskipun harga beras lebih rendah dibandingkan dengan Korea Selatan.

Peneliti dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menjelaskan bahwa meskipun harga beras di Korea Selatan memang lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia, namun besarnya pengeluaran untuk beras lebih besar di Indonesia.

Eliza menyatakan bahwa pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI) Korea Selatan jauh lebih tinggi daripada Indonesia, bahkan sekitar tiga kali lipat.

“Beras di Korea Selatan memang tergolong mahal bahkan termasuk kedua tertinggi di dunia. Harganya di kisaran Rp 52.000 (per kg), sementara di Indonesia sebesar Rp 18.000 per kg,” ungkapnya pada hari Senin.

READ  Bos Bulog Optimis Harga Beras Turun dan Stok Melimpah di Bulan Ramadan

Di tengah perdebatan tersebut, ada fakta yang disampaikan oleh seorang ekonom. “Namun kita lihat GNI per kapita Korea Selatan tahun 2022 versus Indonesia sangat jauh. GNI per kapita Korea Selatan US$ 42.887, sementara Indonesia US$ 12.045,” tambahnya.

Di Korea Selatan, meskipun harga kebutuhan rumah tangga lebih tinggi, pendapatan warganya juga jauh lebih besar dibandingkan dengan Indonesia.

Sementara di Indonesia seiring dengan naiknya harga pangan, pendapatan per kapitanya lebih kecil jauh dari Korea Selatan.

Hal ini memunculkan perdebatan antara masyarakat Indonesia dengan kebijakan pemerintah terkait kesejahteraan rakyat. Banyak pihak menyoroti disparitas tersebut dan menuntut langkah-langkah nyata untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

“Harga beras Korea Selatan dua kali lipat dari Indonesia, pendapatan perkapita penduduknya Korea itu tiga kali pendapatan penduduk Indonesia. Sehingga memang lebih besar porsi pengeluaran penduduk Indonesia untuk beli beras jika dibandingkan Korea Selatan,” terang dia.

Menurut Eliza, seiring dengan kenaikan harga beras, daya beli masyarakat akan tergerus. Terlebih beras merupakan bahan pangan yang paling sering dibeli.

“Harga-harga pangan naik ini akan menggerus daya beli masyarakat, masyarakat harus berhitung kembali untuk mengatur pos-pos belanjanya sebagai respons penyesuaian kenaikan harga,” ujar seorang ahli ekonomi.

Dihubungi terpisah, Perencana keuangan dari Tata Dana, Teja Sari, menyatakan bahwa terdapat berbagai cara bagi semua kalangan, terutama fresh graduate, dalam mengatur keuangan ketika harga beras tinggi. Meskipun sebenarnya, kebutuhan beras setiap orang bisa berbeda-beda.

Menurutnya, ketika harga beras tinggi, ada berbagai alternatif untuk mengatur keuangan. Salah satunya adalah dengan memilih untuk membeli beras dengan harga lebih murah namun mutu yang lebih rendah.

“Harus ada pengeluaran yang dikorbankan, pertama apakah mutu beras yang dikonsumsinya diturunkan jadi lebih rendah,” kata Teja.

READ  Ridwan Kamil Ungkap Rahasia di Balik Baliho 'OTW Jakarta', Bukan Gubernur

Selain itu, dapat juga melakukan penghematan dalam pengeluaran lain untuk memastikan pembelian beras berkualitas baik. Saran yang diberikan adalah dengan memotong biaya untuk gaya hidup seperti nongkrong di luar.

“Misalnya budget nongkrongnya itu Rp 300.000-500.000. Nah itu yang dikurangi. Biasanya akan anak-anak muda fresh graduate banyak nongkrongnya,” jelasnya.

Kemudian, para fresh graduate juga bisa mengurangi makan di luar untuk lebih menghemat pengeluaran. “Kalau jajan itu juga atau makan di luar itu memang relatif lebih mahal, masak sendiri agar lebih hemat,” sambungnya.

Kesimpulan

Meskipun harga beras di Indonesia lebih rendah daripada di Korea Selatan, perbandingan pengeluaran relatif lebih besar bagi masyarakat Indonesia terutama fresh graduate. Disparitas ini menyoroti ketimpangan ekonomi antara kedua negara, dengan Korea Selatan memiliki GNI yang jauh lebih tinggi. Daya beli masyarakat Indonesia tergerus oleh kenaikan harga pangan, memunculkan tuntutan untuk langkah-langkah nyata dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat serta strategi mengatur keuangan di tengah kenaikan harga beras.