Petani Berseru! Penurunan Harga Anggur di Australia

indotim.net (Minggu, 10 Maret 2024) – Kelebihan pasokan anggur sedang melanda Australia saat ini. Lebih dari jutaan tanaman anggur harus dihancurkan guna mengatur jumlah produksi dan mencegah turunnya harga.

Ketegangan terus melanda pasar anggur di Australia. Para petani mulai mengeluh karena harga anggur terus merosot.

Diambil dari laporan terbaru Reuters, konsumsi anggur secara global tengah mengalami penurunan signifikan. Situasi ini memberikan dampak negatif terutama bagi Australia, yang merupakan salah satu produsen anggur terbesar di dunia.

Sebagai negara pengekspor anggur terbesar kelima di dunia, Australia saat ini tengah menghadapi surplus stok anggur yang mencapai lebih dari dua miliar liter atau setara dengan dua tahun produksi pada pertengahan tahun 2023. Sebagian dari anggur tersebut telah mengalami kerusakan akibat pemilik kebun yang tergesa-gesa membuang atau menjualnya dengan harga di bawah standar.

“Kami hanya terus menanam dan kehilangan uang,” keluh petani bernama James Cremasco di kota Griffith seperti yang dilansir dari Reuters pada hari Minggu (10/3/2024).

Kurangnya minat konsumen terhadap anggur telah menimbulkan masalah bagi para petani di Griffith yang harus menghadapi berlimpahnya panen. Buah-buah anggur pun mulai layu dan membusuk di pohon.

Di tengah teriakan para petani, Andrew Calabria, seorang petani lain, mengungkapkan pemandangan yang mengharukan. Dia menjelaskan bahwa sejauh mata memandang terlihat sekitar 1,1 juta tanaman anggur yang dulunya megah kini berubah menjadi tumpukan kayu keriput dan bengkok.

Memang, harga anggur mengalami penurunan drastis menjadi rata-rata US$ 200 per ton tahun lalu. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam beberapa dekade terakhir. Diperkirakan harga anggur akan terus merosot dalam beberapa tahun mendatang.

Ketua Kelompok Petani Riverina Winegrape Growers, Jeremy Cass, menyatakan bahwa untuk mengatur kembali pasar dan meningkatkan harga anggur, diperlukan langkah drastis yaitu mencabut seperempat tanaman anggur di wilayah Griffith. Hal ini berarti lebih dari 20 juta tanaman anggur di area seluas 12.000 hektar, atau sekitar 8% dari total luas area yang ditanami anggur di Australia, harus dihapuskan.

READ  Kreasi Aquascape Inspiratif dari Pepen, Cirebon

Meskipun harga anggur di Australia terus anjlok, sebagian petani enggan mencabut tanamannya. Mereka berpikir bahwa mencabut tanaman akan menyebabkan kerugian, sementara tetap yakin dengan prospek tanaman anggur serta berharap situasi pasar akan membaik.

Kesimpulan

Kelebihan pasokan anggur di Australia telah menimbulkan kekhawatiran bagi para petani dengan harga yang terus merosot. Dampak penurunan konsumsi anggur secara global telah mempengaruhi pasar Australia sebagai salah satu produsen terbesar. Para petani di Griffith terpaksa menghadapi surplus melimpah yang mengakibatkan kerugian finansial. Meskipun solusi drastis seperti mencabut sebagian tanaman diusulkan untuk mengatur kembali pasar, sebagian petani masih ragu karena harapan akan pemulihan harga anggur di masa depan.