Ribuan Korban Banjir di Muratara Alami Penyakit Serius, Kenali Dampak dan Solusinya!

indotim.net (Rabu, 17 Januari 2024) – Ribuan warga Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan (Sumsel), mengalami berbagai penyakit akibat banjir yang telah merendam wilayah mereka selama berhari-hari. Beberapa penyakit yang menyerang mereka antara lain gatal-gatal atau dermatitis, mialgia, ISPA, febris/demam, hipertensi, gastris, kutu air, diare, dispepsia, dan cephalgia.

Dalam laporan detikSumbagsel hari Rabu (17/1/2024), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel mencatat bahwa sebanyak 2.135 warga yang menjadi korban banjir di Muratara mengalami serangan penyakit. Pada kasus yang dikemukakan, penyakit gatal-gatal atau dermatitis menjadi penyakit dengan jumlah penderita tertinggi, yakni mencapai 544 kasus.

“Akibat banjir yang melanda Kabupaten Muratara, sekitar 2.135 orang dilaporkan terserang penyakit. Saat ini, tercatat ada 10 jenis penyakit yang menyerang warga,” ujar Kabid Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, pada Selasa (16/1/2024).

Berikut adalah data mengenai warga dan jenis penyakit yang menyerang akibat bencana banjir:

1. Dermatitis 544 kasus

Pada bagian sebelumnya, kita telah membahas mengenai dampak banjir di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan. Banjir yang melanda daerah tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian materiil dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap kesehatan warga.

Kami telah mengidentifikasi beberapa penyakit yang menyerang ribuan warga korban banjir di Muratara. Salah satu penyakit umum yang dilaporkan adalah Mialgia. Hingga saat ini, terdapat 357 kasus Mialgia yang tercatat.

Setelah banjir melanda daerah Muratara, ribuan warga korban banjir menghadapi tantangan baru dalam bentuk berbagai penyakit. Angka kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) mencapai 354 kasus.

Pada bagian sebelumnya, kami telah membahas bahwa bencana banjir yang melanda Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan, telah menyebabkan penderitaan bagi ribuan warga. Tidak hanya kehilangan tempat tinggal dan harta benda, mereka juga terancam oleh berbagai penyakit akibat banjir. Salah satu penyakit yang mengkhawatirkan adalah ferbis, atau demam.

Ferbis telah menginfeksi sebanyak 344 kasus di antara warga yang terkena dampak banjir. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang tidak higienis setelah banjir, serta banyaknya air yang tergenang dan sulit untuk dibersihkan. Keadaan ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk yang merupakan penular penyakit demam berdarah.

READ  Mendalami Makna Perpisahan Maruarar Sirait

Warga yang terinfeksi ferbis mengalami demam tinggi, sakit kepala berat, nyeri otot dan sendi, serta ruam merah di seluruh tubuh. Beberapa juga mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare. Dalam kondisi yang parah, ferbis dapat menyebabkan pendarahan internal, gangguan pernapasan, hingga kematian.

Pemerintah setempat sudah melakukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Tim medis dikerahkan untuk memberikan pengobatan kepada warga yang terinfeksi ferbis. Selain itu, penyuluhan kesehatan juga dilakukan agar warga dapat mengenali gejala-gejala penyakit dan mencegah penularannya.

Di tengah upaya tersebut, masih diperlukan bantuan lebih lanjut baik dari pemerintah maupun pihak swasta. Bantuan berupa obat-obatan, makanan bergizi, serta fasilitas sanitasi sangat dibutuhkan untuk membantu pemulihan dan pencegahan penyebaran penyakit di daerah terdampak banjir.

Pasca banjir yang melanda Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), ribuan warga korban banjir dilaporkan terserang berbagai penyakit. Situasi ini semakin memperburuk kondisi mereka yang tengah berjuang pulih dari dampak banjir.

Berdasarkan data yang diterima, tercatat sebanyak 159 kasus hipertensi telah terjadi di antara para korban banjir. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat hipertensi merupakan salah satu penyakit serius yang berpotensi membahayakan kesehatan dan nyawa seseorang.

Banjir tidak hanya menyebabkan kerugian materi, tetapi juga mengancam kesehatan jiwa dan raganya. Faktor lingkungan yang terkontaminasi dengan air banjir dan kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai menjadi pemicu penyebaran penyakit di tengah para korban banjir.

Selain hipertensi, berbagai penyakit lainnya seperti demam, diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit juga melanda para korban banjir. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, relawan, dan masyarakat untuk memberikan bantuan medis dan pencegahan penyakit agar situasi ini dapat segera teratasi.

Selanjutnya, pihak terkait diharapkan dapat segera menerjunkan tim medis guna memberikan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan oleh warga korban banjir. Dalam situasi yang sulit seperti ini, solidaritas dan gotong royong menjadi kunci untuk membantu warga yang tengah berjuang melawan berbagai ancaman kesehatan pasca banjir.

READ  Sopir Truk Terduga Penabrak Anggota TNI Menyerahkan Diri Setelah Insiden Tragis di Muara Enim

6. Gastritis 132 kasus

Setelah mengalami banjir yang melanda Kabupaten Muratara, ribuan warga korban banjir harus menghadapi masalah baru yaitu berbagai penyakit yang menyerang mereka. kondisi ini semakin memperburuk situasi para korban banjir yang telah kehilangan tempat tinggal dan harta benda mereka.

Setelah dilanda banjir, ribuan warga di Kabupaten Muratara harus menghadapi masalah lain yang muncul sebagai dampak banjir. Bencana ini tidak hanya menyebabkan kerugian fisik dan materi, tetapi juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit di antara para korban.

Salah satu penyakit yang umum terjadi adalah diare. Data terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 65 kasus diare telah dilaporkan. Hal ini disebabkan oleh kontaminasi air dan kurangnya sanitasi yang memadai.

Menurut laporan terbaru, ribuan warga yang menjadi korban banjir di Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan, juga terkena berbagai penyakit. Situasi ini semakin memperburuk kondisi mereka yang telah kehilangan rumah dan harta benda akibat banjir.

Pasca banjir, tim medis dalam upaya evakuasi dan bantuan kesehatan telah menyatakan adanya lonjakan kasus penyakit di lokasi bencana. Dalam beberapa hari terakhir, tercatat sebanyak 55 kasus dispepsia dilaporkan di antara para pengungsi yang tersebar di tenda-tenda darurat.

10. Cephalgia 23 kasus.

“Muratara sudah dalam status tanggap darurat lebih dulu, ada satu lagi yang baru mendapatkan Surat Keputusan (SK) pagi ini (16/1/2024) di Muba yang juga dalam status tanggap darurat. Status tersebut diberikan karena bencana telah terjadi dan berdampak pada masyarakat, ekonomi, dan sebagainya,” jelas Sudirman.

Status tanggap darurat ini berlaku selama 14 hari. Jika kondisi di kedua wilayah ini masih berpotensi terjadinya bencana, maka perpanjangan dapat dilakukan. Sementara itu, terdapat tiga daerah lain yang berstatus siaga darurat akibat banjir dan longsor, yaitu Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, dan Banyuasin.

Banjir yang melanda Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, telah menyebabkan ribuan warga terkena berbagai penyakit. Banjir yang terjadi akibat intensitas hujan tinggi ini memberikan dampak serius pada kesehatan masyarakat setempat.

READ  Prabowo-Gibran Dapat Dukungan Ojol, TKN: Simbol Kerja Keras

Berdasarkan laporan terbaru, warga yang terisolasi karena banjir mengalami berbagai masalah kesehatan seperti diare, demam, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit. Kondisi buruk di tempat penampungan sementara juga memicu penyakit yang lebih serius seperti leptospirosis dan demam berdarah.

Sistem sanitasi yang terganggu akibat banjir juga menjadi masalah serius. Beberapa warga harus menggunakan air banjir untuk mencuci dan memasak, yang dapat meningkatkan risiko penyakit terkontaminasi air. Kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di tempat penampungan juga membuat penanganan terhadap penyakit menjadi terbatas.

Tim medis dan relawan kesehatan telah dikerahkan untuk memberikan bantuan medis kepada warga yang terkena dampak banjir. Mereka memberikan pengobatan, pemeriksaan kesehatan, dan membagikan obat-obatan yang diperlukan. Namun, upaya ini masih belum mencukupi mengingat jumlah warga yang membutuhkan perawatan.

Pemerintah daerah sedang giat melakukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Peningkatan ketersediaan air bersih dan pembersihan lingkungan banjir menjadi prioritas. Selain itu, adanya upaya untuk menyediakan fasilitas kesehatan darurat di tempat penampungan untuk memberikan perawatan yang lebih baik.

Perlu adanya dukungan lebih lanjut dari pemerintah pusat dan masyarakat dalam menangani situasi ini. Bantuan logistik, obat-obatan, dan tenaga medis masih sangat dibutuhkan untuk membantu warga yang sedang berjuang melawan banjir dan penyakit yang merajalela.

Memulihkan kondisi kesehatan warga di Muratara akan membutuhkan waktu. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi setelah banjir menjadi langkah penting untuk memastikan kondisi yang lebih baik di masa mendatang. Juga penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan lingkungan dan tindakan pencegahan penyakit dalam menghadapi bencana alam.

Sampai saat ini, upaya penanganan terus dilakukan, namun peran semua pihak sangat diperlukan untuk membantu warga yang sedang terdampak. Mari bergandengan tangan dalam menghadapi tantangan ini dan meringankan beban masyarakat yang terkena dampak banjir.

Baca selengkapnya di sini.