Geger! Dubes AS Terbukti Sebagai Mata-mata Kuba Selama 40 Tahun!

indotim.net (Jumat, 01 Maret 2024) – Seorang mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Bolivia mengaku bersalah atas dakwaan menjadi mata-mata Kuba selama empat dekade. Mantan Dubes AS yang ditangkap sejak tahun lalu dan diadili di Miami ini mengubah pendiriannya yang sebelumnya bersikeras menyatakan dirinya tidak bersalah.

Seperti yang dilaporkan oleh AFP pada Jumat (1/3/2024), Victor Manuel Rocha (73) ditangkap sejak bulan Desember tahun lalu. Kasus ini disebut oleh pejabat Washington sebagai “salah satu penyusupan dengan jangkauan tertinggi dan paling lama terhadap pemerintah Amerika Serikat yang dilakukan oleh agen asing.”

Dua pekan lalu, Rocha mengaku tidak bersalah atas dakwaan berkonspirasi untuk bertindak sebagai agen pemerintah asing. Namun pada Kamis (29/2) waktu setempat, dia mengatakan kepada hakim Beth Bloom dalam konferensi pra-sidang bahwa dirinya ingin mengubah pembelaannya.

Tanggal 12 April telah ditetapkan oleh pengadilan Miami bagi Rocha untuk secara resmi mengakui kesalahannya atas dakwaan yang dijeratkan dan dijatuhi hukuman.

Rocha yang merupakan warga negara Amerika Serikat yang dinaturalisasi dari Kolombia, diduga oleh otoritas AS telah membantu Havana sebagai agen rahasia Direktorat Jenderal Intelijen Kuba (DGI) sejak tahun 1981. Aktivitas spionasenya berlangsung hingga dia akhirnya ditangkap.

Jaksa Agung AS Merrick Garland, saat mengumumkan penangkapan Rocha tahun lalu, mengungkapkan bahwa mantan Dubes AS itu “berulang kali menyebut Amerika Serikat sebagai musuh” dan “berulang kali membanggakan soal betapa penting upaya yang dilakukannya”.

Pernyataan ini menggambarkan betapa dalamnya keterlibatan Dubes AS tersebut dalam kegiatan mata-mata untuk Kuba selama bertahun-tahun. Melalui berbagai tindakan, Rocha secara diam-diam merugikan kepentingan Amerika Serikat demi keuntungan negara lain. Kepercayaan publik terhadapnya runtuh total ketika kebenaran ini terungkap.

READ  KPU Akan Klarifikasi PPLN New York Terkait Ribuan Data Pemilih Ganda

Rocha mulai bekerja di Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1981 dan karirnya gemilang sebagai diplomat karier, yang pernah menjabat di misi diplomatik AS di Havana, Buenos Aires, Mexico City, Republik Dominika, dan Washington.

Dia bertugas di Dewan Keamanan Nasional pada tahun 1994-1995 pada era pemerintahan Presiden AS Bill Clinton, dan menjabat Duta Besar AS untuk Bolovia periode tahun 2000-2002 di bawah pemerintahan Clinton dan George W Bush. Dia juga sempat menjadi penasihat komando militer AS yang bertanggung jawab atas Kuba.

Simak cerita menarik yang membahas tentang skandal mata-mata yang menghebohkan ini. Sebelumnya, kita telah membahas bagaimana Duta Besar AS terlibat dalam aktivitas mata-mata untuk Kuba selama 40 tahun lamanya.

Skandal ini tidak hanya mencengangkan, tetapi juga mengungkap banyak rahasia yang selama ini tersembunyi. Bagaimana reaksi dunia internasional terhadap temuan ini?

Aduan pidana terhadap Rocha membeberkan bagaimana, dalam sejumlah pertemuan dengan agen FBI yang menyamar mulai November 2022, dia “berperilaku seperti agen Kuba” dengan memuji mendiang Fidel Castro dan “menggunakan istilah ‘kami’ untuk menggambarkan dirinya dan Kuba”.

Dia juga mengakui melakukan perjalanan ke Havana tahun 2016 atau 2017 untuk bertemu agen DGI yang menjadi penghubungnya dan meminta agen FBI yang menyamar itu untuk “menyampaikan salam hangat saya kepada Direccion”.

Seiring dengan penangkapan Rocha, ada beberapa warga AS lainnya yang tertangkap karena diduga membocorkan rahasia kepada pemerintah Kuba. Di antaranya, Walter Kendall Myers dan Gwendolyn Myers yang didakwa pada tahun 2009 atas tuduhan menjadi agen mata-mata untuk Kuba selama hampir 30 tahun.

Kesimpulan

Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Bolivia, Victor Manuel Rocha, mengaku bersalah atas dakwaan menjadi mata-mata Kuba selama 40 tahun. Kasus ini menjadi salah satu penyusupan paling lama terhadap pemerintah AS oleh agen asing, menggambarkan keterlibatan Rocha dalam kegiatan mata-mata yang merugikan kepentingan Amerika Serikat. Skandal ini mengungkap sejumlah rahasia yang tersembunyi dan menimbulkan reaksi dari dunia internasional.

READ  Houthi Siap Berperang Hebat setelah AS Menyerang Yaman