Trypillia: Pemukiman Prasejarah dengan Sistem Kesetaraan

indotim.net (Minggu, 03 Maret 2024) – Pemukiman manusia pertama di dunia diyakini memiliki ciri khas kesetaraan yang sangat menonjol. Kehadiran model sosial yang adil tersebut menarik perhatian ribuan orang untuk mendiami pemukiman prasejarah yang begitu luas ini.

Berdasarkan analisis terbaru yang dimuat dalam jurnal Antiquity yang diterbitkan oleh Cambridge University Press, permukiman kuno ini terletak di Pontic Stepa, yang kini merupakan wilayah Ukraina, Moldova, dan Rumania. Permukiman besar ini dikenal dengan nama Trypillia.

Trypillia muncul sekitar 6.200 tahun yang lalu dan dengan cepat berkembang menjadi pemukiman Neolitik yang luas, mencapai area sekitar 320 hektar (790 hektar). Pada puncak kejayaan budaya Trypillia, setiap lokasi dapat menampung hingga 15.000 orang.

Hal menarik lainnya adalah, meskipun menjadi salah satu permukiman prasejarah terbesar di dunia, situs-situs Trypillia sebagian besar ditinggalkan sekitar 5.600 tahun yang lalu. Sebagai upaya untuk memahami lebih lanjut mengenai perkembangan pesat permukiman Trypillia yang akhirnya terlupakan, para peneliti menggunakan koefisien Gini sebagai alat untuk mengevaluasi disparitas pendapatan rumah tangga di kota-kota kuno tersebut.

Koefisien Gini sering dipakai untuk mengukur ketimpangan pendapatan dalam suatu masyarakat, dan merupakan alat yang efektif untuk mendeteksi ketidaksetaraan. Peneliti menggunakan metode ini untuk menganalisis variasi ukuran lantai sekitar 7.000 rumah dari 38 lokasi Trypillia yang berbeda.

“Dengan dugaan bahwa variasi dalam ukuran lantai rumah mencerminkan perbedaan kekayaan rumah tangga, terlihat penurunan kesenjangan sosial di komunitas Trypillia hingga setidaknya tahun 3.800 [SM],” tulis para peneliti seperti yang dilansir oleh IFLScience.

Terdapat juga karakteristik lain yang menarik perhatian para peneliti, selain keseragaman ukuran rumah, yaitu arsitektur rumah yang menunjukkan tingkat standar yang tinggi dalam hal denah lantai dan konstruksi, serta perabotan rumah dan aktivitas ekonomi di dalamnya. Melalui penelitian terhadap desain keseluruhan situs Trypillia, para peneliti mengungkap bahwa tata letak pemukiman ini berbentuk bulat atau oval dengan tujuan memastikan akses yang sama terhadap elemen struktural dan infrastruktur.

READ  3 Mobil Rusak Akibat Tabrakan Beruntun di Seberang Balai Kota DKI

Sementara itu, keberadaan rumah-rumah pertemuan multifungsi di ruang publik menunjukkan bahwa seluruh masyarakat kemungkinan besar terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik.

Para peneliti menulis, “Temuan yang dibahas di sini mengindikasikan bahwa konsep egaliter dan mekanisme yang efektif untuk mencegah ketimpangan sosial memang telah ada di masyarakat Trypillia.”

“Ini menyiratkan mekanisme intra-settlement untuk mendamaikan kepentingan dan mendistribusikan kembali surplus yang mungkin telah dibangun secara kolektif,” tambah mereka.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, mengungkap bahwa pemukiman Trypillia di Eropa Timur diperkirakan menerapkan kesetaraan di antara penduduknya.

Peneliti meyakini bahwa prinsip kesetaraan sosial yang diterapkan di Trypillia dapat menjadi faktor penting yang mendorong individu untuk bergabung dalam komunitas ini.

Namun, sejak sekitar tahun 3800 SM dan seterusnya, tata letak pemukiman Trypillia mulai mengalami perubahan, mungkin mencerminkan adanya kesenjangan yang meningkat dan perkembangan hirarki sosial.

Di masa ini, situs megapolitan Trypillia mulai merosot seiring dengan munculnya komunitas-komunitas kecil di desa sekitarnya. Penelitian menyebutkan bahwa hal ini bisa jadi tanda bahwa penduduk memilih meninggalkan kota-kota kuno saat semangat kesetaraan mulai memudar.

“Hancurnya pemukiman besar Trypillia dan terbentuknya komunitas-komunitas kecil di wilayah sekitarnya dimulai tepat ketika kesenjangan sosial mulai meningkat lagi,” tulis para peneliti.

Dalam konteks ini, berakhirnya komunitas Trypillia dan situs-situs besar pada saat yang bersamaan dengan kegagalan mekanisme pemerataan sosial dan partisipasi politik, serta munculnya kesenjangan sosial, menjadi hal yang menarik untuk diulas lebih lanjut.

Kesimpulan

Dari temuan dalam pemukiman prasejarah Trypillia, para peneliti menyoroti model sosial yang egaliter dan efektif dalam mencegah ketimpangan sosial. Meskipun pada masa awalnya Trypillia menerapkan prinsip kesetaraan yang menarik ribuan orang untuk bergabung, perubahan tata letak kota-kota kuno tersebut seiring dengan meningkatnya kesenjangan sosial kemudian membawa akhir dari komunitas megapolitan tersebut. Hal ini memberikan pemahaman yang menarik tentang pentingnya mekanisme pemerataan sosial dan partisipasi politik dalam menjaga stabilitas sebuah masyarakat.

READ  Temui Petani di Jambi, PPP Siap Perjuangkan Pupuk Murah untuk Kesejahteraan