indotim.net (Selasa, 16 Januari 2024) – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI M Herindra angkat bicara mengenai kesulitan yang dialami dalam melakukan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru dari produsen luar negeri. Herindra mengungkapkan bahwa proses pembelian alutsista baru membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Pesawat baru tersebut diharapkan akan tiba dan siap digunakan dalam tujuh tahun ke depan. Oleh karena itu, saat tidak ada perang, kita akan menggunakannya untuk membangun kekuatan pertahanan negara,” ujar Wamenhan dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (15/1/2024).
Ia menyebut bahwa selama memimpin di Kementerian Pertahanan, Prabowo selalu mengadakan diskusi dengan TNI terkait kinerja prajurit, kebutuhan alutsista TNI, dan pengembangan industri pertahanan dalam negeri.
“Ada beberapa hal yang harus segera kita perbaiki. Beberapa alat perang kita sudah berusia cukup tua. Oleh karena itu, Kemhan terus berupaya keras agar TNI dapat beroperasi dengan optimal. Kami akan melakukan yang terbaik,” ujar Wamenhan terkait pembaruan alutsista baru.
Sejalan dengan Herindra, Dirut PT Len Industri Bobby Rasyidin menyampaikan kesulitan dalam melakukan pengadaan alutsista. Dia menjelaskan bahwa secara teknis, tidak semua alutsista yang digunakan oleh negara NATO sesuai dengan yang dimiliki oleh TNI. Oleh karena itu, diperlukan waktu untuk mengumpulkan data dan informasi terkait spesifikasi teknis alutsista yang dibutuhkan.
“Kita harus memahami spesifikasi teknis dan persyaratan operasionalnya. Proses penyusunan spesifikasi teknis dan persyaratan operasional ini tidaklah sebentar, bisa memakan waktu satu hingga dua tahun. Pertanyaannya, apakah pesawat tersebut cocok digunakan di Indonesia? Apakah ada infrastruktur pendukung yang tersedia? Apakah ada kru yang bisa langsung bergabung? Selain itu, perlu dipelajari juga mengenai kru pendukung dan karakteristik ancaman yang ada di Indonesia. Semua hal ini dipelajari dengan serius untuk menyusun spesifikasi teknis dan persyaratan operasional yang sesuai. Ini memang memakan waktu,” ungkap Bobby.
“Apalagi kebijakan geopolitik Indonesia di tengah. kita non aliansi, non blok. Tidak gampang mau beli F35, saya punya uang dan seterusnya. Tidak se-simple itu. Kita butuh yang namanya power of diplomacy,” sambungnya.
Kesimpulan
Wakil Menteri Pertahanan RI, M Herindra, menyuarakan tantangan dalam pengadaan alutsista baru. Proses pembelian memakan waktu lama, namun peningkatan kekuatan pertahanan negara tetap menjadi tujuan utama. Dirut PT Len Industri, Bobby Rasyidin, juga mengungkap kesulitan teknis dalam mengumpulkan data dan informasi mengenai spesifikasi alutsista yang sesuai dengan kebutuhan TNI. Keputusan pembelian alutsista harus dilakukan dengan mempertimbangkan spesifikasi teknis, persyaratan operasional, infrastruktur pendukung, dan karakteristik ancaman di Indonesia. Selain itu, kebijakan geopolitik Indonesia juga perlu diperhatikan. Proses ini membutuhkan waktu, diperlukan keahlian diplomasi yang kuat dalam menjalin kerja sama dengan negara produsen alutsista.