indotim.net (Jumat, 19 Januari 2024) – Laut Merah sedang mengalami pemanasan yang signifikan. Wilayah laut di depan Jaziran Arab yang berhadapan dengan Benua Afrika ini sedang menjadi medan perang yang beresiko tinggi antara kelompok Houthi dan kekuatan Barat.
Ada milisi Syiah Houthi dari Yaman yang didukung oleh Iran sedang menguasai Laut Merah ini. Mereka menghentikan kapal-kapal niaga yang melewati jalur penting perdagangan dunia ini sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Jalur Gaza dalam menghadapi serangan Israel.
Target serangan Houthi di Laut Merah adalah kapal yang mereka anggap terhubung dengan Israel, negara Zionis yang ditentang oleh Houthi. Sejak tanggal 7 Oktober 2023, perang antara Israel dan Palestina terus menjadi lautan api. Gaza, di Palestina, menjadi puing-puing karena konflik tersebut. Korban jiwa warga sipil terus bertambah. Sikap Houthi semakin terlihat mendukung Palestina.
Berikut ini adalah tujuh fakta mengenai peningkatan suhu Laut Merah, yang merupakan lokasi aktivitas perdagangan dunia sebanyak 12%:
1. AS-Inggris Serang Houthi
Pada tanggal 11 Januari, koalisi Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan terhadap kelompok Houthi di daratan Yaman. Serangan militer ini merupakan serangan pertama kali dimana koalisi AS dan Inggris menggunakan rudal balistik khusus mereka. Presiden AS, Joe Biden, juga secara pribadi menyatakan penggunaan rudal balistik anti-kapal dalam serangan ini.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah,” dilansir AFP, Jumat (12/1/2024). Amerika Serikat dan Inggris mengerahkan jet, sejumlah kapal perang, dan satu kapal selam, untuk menggempur Houthi.
Momentum ini membuat kondisi Laut Merah semakin panas.
2. Houthi Menyerang Kapal Kontainer AS
Pada tanggal 15 Januari, Houthi menyerang kapal kontainer yang merupakan milik Amerika Serikat dengan bendera Kepulauan Marshall yang bernama Gibraltar Eagle. Kapal tersebut mengalami kebakaran, namun tidak ada korban jiwa dan tetap bisa melanjutkan pelayarannya.
“Militan Houthi yang didukung Iran menembakkan rudal balistik anti-kapal dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dan menyerang M/V Gibraltar Eagle,” tulisnya di akun media sosial X dari Komando Pusat AS, dilansir AFP, Selasa (16/1).
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, kemudian mengatakan pemberontak “melakukan operasi militer yang menargetkan kapal Amerika” di Teluk Aden dengan menggunakan “sejumlah rudal angkatan laut yang sesuai”.
Artikel ini adalah bagian dari sebuah laporan yang membahas pemanasan Laut Merah. Sebelumnya, Amerika Serikat melakukan serangan terhadap kelompok Houthi:
3. AS serang Houthi
AS kembali menyerang Houthi setelah kapalnya diserang di Laut Merah. Jet tempur AS menggempur Houthi di Yaman, sebagaimana terdapat dalam laporan AL Arabiya pada Rabu (17/1) lalu dari peristiwa Selasa (16/1) waktu setempat.
AS melalui pesawat jet canggihnya menyerang dan menghancurkan rudal balistik anti-kapal yang dimiliki oleh Houthi. Beberapa pejabat pertahanan AS mengungkapkan bahwa rudal-rudal tersebut sedang dipersiapkan untuk diluncurkan dari wilayah yang dikuasai oleh Houthi di Yaman. Menurut pejabat-pejabat pertahanan AS, rudal-rudal tersebut menjadi ancaman bagi kapal-kapal Angkatan Laut AS.
“Rudal-rudal ini disiapkan untuk diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai oleh Houthi dan memberikan ancaman bagi kapal dagang dan kapal Angkatan Laut AS di wilayah tersebut,” ujar seorang pejabat pertahanan AS yang enggan disebutkan namanya.
4. Serangan Houthi terhadap Kapal Yunani dan Malta
Pada tanggal 17 Januari kemarin, Houthi kembali menyerang kapal Yunani dan Malta di perairan Laut Merah. Kapal yang diserang oleh Houthi dari kelompok persenjataan Syi’ah ini adalah Zografia, yang merupakan milik perusahaan Ambrey. Kapal ini sedang dalam perjalanan dari Vietnam menuju Israel ketika serangan terjadi. Menurut laporan dari AFP, meski kapal mengalami kerusakan akibat serangan, namun kapal tersebut masih mampu melanjutkan perjalanan. Kapal ini juga mengangkut 24 awak dan muatan yang cukup banyak.
Terjadi serangan lain terhadap kapal kargo asal Malta di lokasi sekitar 76 mil laut di sebelah barat laut Pelabuhan Saleef, Yaman. Meskipun demikian, kapal tersebut dilaporkan tidak mengangkut penumpang atau muatan apapun.
5. Serangan militer Houthi terhadap kapal tanker AS
Pada tanggal 18 Januari pukul 21.00 malam waktu Yaman, Houthi melancarkan serangan terhadap kapal tanker Chem Ranger yang merupakan kapal asal Amerika Serikat. Berdasarkan laporan dari Reuteres, Komando Pusat Amerika Serikat menyatakan bahwa serangan rudal yang dilakukan oleh Houthi tidak menimbulkan korban luka maupun kerusakan. Semuanya tetap dalam keadaan aman.
Layanan pemantau kapal tanker, TankerTrackers.com, melaporkan melalui media sosial bahwa sistem identifikasi otomatis (AIS) pada kapal tanker tersebut mati sebelum melintasi perairan dekat Yaman.
“Kapal tanker kimia yang berukuran kecil itu meninggalkan pelabuhan Laut Merah di Jeddah, Arab Saudi, menuju ke Kuwait, namun AIS pada kapal tersebut menjadi offline sebelum kapal melanjutkan pelayaran ke selatan melewati Yaman,” ucap TankerTrackers.com dalam laporannya.
Selanjutnya, Houthi menjamin keselamatan kapal Rusia dan China:
6. Houthi Memastikan Keamanan Kapal Rusia dan China
Meskipun Houthi sering menyerang kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel yang melintasi Laut Merah, namun mereka memberikan jaminan keamanan bagi kapal-kapal Rusia dan China.
Seperti dilansir AFP, Jumat (19/1/2024), janji itu disampaikan oleh seorang pejabat senior Houthi bernama Mohammed al-Bukhaiti dalam wawancara dengan media Rusia, Izvestia, yang dipublikasikan pada Jumat (19/1).
Menurut Al-Bukhaiti, perairan di sekitar Yaman yang dihindari oleh beberapa perusahaan pelayaran karena serangan Houthi masih aman, selama kapal-kapal yang melintas tidak berkaitan dengan negara tertentu, terutama Israel.
“Untuk semua negara lainnya, termasuk Rusia dan China, pengiriman mereka di kawasan ini tidak terancam,” tegas Al-Bukhaiti dalam wawancara tersebut.
“Selain itu, kami siap memastikan keselamatan perjalanan kapal-kapal mereka di Laut Merah, karena kebebasan navigasi memainkan peran signifikan bagi negara kami,” ungkapnya.
7. AS Menetapkan Kembali Houthi Sebagai Teroris
Pada bulan Februari 2021, Amerika Serikat sebelumnya telah mencabut status teroris dari Houthi. Namun, seiring dengan meningkatnya ketegangan di Laut Merah, AS kini menetapkan kembali Houthi sebagai kelompok teroris.
Menurut DW (Deutsche Welle), pada Kamis (18/1), pihak Amerika Serikat mengumumkan kembali Houthi sebagai kelompok teroris dengan tujuan untuk menghentikan pendanaan dan persenjataan organisasi ini.
“Amerika Serikat menetapkan… Houthi sebagai teroris global yang ditunjuk secara khusus,” ungkap seorang pejabat senior pemerintahan AS kepada wartawan. Ia juga menambahkan bahwa penetapan ini tidak akan berlaku selama 30 hari ke depan dan masih dapat dicabut “jika Houthi menghentikan serangan mereka.”