indotim.net (Minggu, 14 Januari 2024) – Perdebatan antara Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, dan Ketua Bappilu Partai Demokrat (PD), Andi Arief, kembali terjadi. Kali ini, mereka membahas tentang tudingan bahwa Pilpres 2009 dipaksakan dan terdapat kecurangan massal.
Pada awalnya, Hasto menyampaikan bahwa Ketua Umum PDIP, Megawati, mengajarkan tentang pentingnya persatuan. Menurutnya, saat menjadi presiden, Megawati telah menyelenggarakan pemilihan umum dengan menjunjung tinggi kehendak dan kedaulatan rakyat, tanpa adanya manipulasi.
“Ya kalau Ibu Mega memang selalu mengajarkan tentang pentingnya persatuan dan itulah yang ditunjukkan oleh Bu Mega. Maka ketika beliau sebagai presiden penyelenggaraan pemilu itu dilakukan dengan menempatkan kehendak rakyat, kedaulatan rakyat, tanpa manipulasi,” kata Hasto usai menghadiri Deklarasi Forum Ulama dan Kiai Kampung untuk mendukung Ganjar-Mahfud di Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (12/1).
Hasto kemudian mengungkapkan tudingannya terhadap pilpres 2009 yang dipaksakan dilakukan dalam satu putaran. Menurut Hasto, terdapat kecurangan yang sangat masif, salah satunya adalah manipulasi daftar pemilih tetap (DPT).
“Berbeda pada tahun 2009 yang dipaksakan satu putaran dan begitu banyak kecurangan masif, DPT (daftar pemilih tetap) dimanipulasi, politik bansos pertama kali dijalankan, melalui program yang meniru dari Thaksin dan berbagai aparatur negara dikerahkan,” jelasnya.
Andi Arief Menepis Tuduhan Tersebut
Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief, menepis tudingan yang disampaikan oleh Hasto mengenai Pilpres 2009 yang dipaksakan hanya dilakukan dalam satu putaran. Selain itu, Andi juga membantah adanya kecurangan dalam Pilpres 2024.
“Tidak ada kecurangan pada tahun 2009, tapi yang ada adalah partai-partai yang tidak percaya pada survei, termasuk PDIP,” kata Andi Arief kepada wartawan pada hari Minggu (13/1).
Andi Arief membagikan kisah pada masa menjelang Pilpres 2009, di mana sebagian besar tokoh nasional dan elit partai belum memandang survei sebagai prediksi kemenangan dalam pemilihan.
“Pada saat itu, JK dan Pak Wiranto, Ibu Mega dengan Pak Prabowo, pada saat itu tidak percaya pada survei. Oleh karena itu, mereka tidak mengerti apa yang sudah menjadi kehendak rakyat, sehingga terjadilah 1 putaran,” ujar Hasto.
“Tuduhan kecurangan tidak ada, itu Ketua MK-nya kalau tidak salah Pak Mahfud atau siapa ya, tidak ada kecurangan, dan pemenangnya memang sesuai dengan prediksi yang diprediksi,” imbuhnya.
Pada tahun 2009, menurut Andi Arief, PDIP tidak menganggap survei sebagai salah satu ukuran untuk kontestasi politik. Namun beberapa tahun kemudian, PDIP mulai menggunakan survei.
“Jadi saat itu, Hasto belum percaya padanya karena dia belum mempelajari survei. PDIP baru mulai percaya pada survei sejak 2014-2019, karena hasil survei tersebut menguntungkan bagi mereka, maka mereka mempercayainya,” ucapnya.
Menyikapi situasi saat ini, Andi Arief mengungkapkan adanya potensi bahwa Pilpres 2024 akan dilakukan dalam 1 putaran. Namun, Andi meragukan pandangan tersebut yang ditujukan kepada PDIP.
“Nah sekarang ada angka yang menunjukkan bahwa ada potensi 1 putaran, mereka nggak percaya lagi, menuduh curang lagi. Biasa lah itu, namanya PDIP, namanya juga Hasto,” imbuhnya.
Kesimpulan
Perdebatan antara Hasto Kristiyanto dan Andi Arief mengenai Pilpres 2009 yang dipaksakan hanya dilakukan dalam satu putaran dan adanya kecurangan massal mengundang kontroversi. Hasto menuding bahwa pilpres tersebut diduga mengalami manipulasi DPT yang sangat masif. Namun, Andi Arief menepis tuduhan tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada kecurangan pada Pilpres 2009 dan bahwa partai-partai saat itu tidak percaya pada survei sebagai prediksi kemenangan. Andi Arief juga meragukan pandangan bahwa Pilpres 2024 akan dilakukan dalam satu putaran.