indotim.net (Senin, 04 Maret 2024) – Ramai di media sosial X beli beras 10 kilogram (kg) dengan gaji fresh graduate di Indonesia persentasenya lebih besar dibandingkan gaji lulusan baru di Korea Selatan. Bagaimana atur uangnya?
Hal ini merupakan topik yang sedang hangat diperbincangkan karena harga beras di Indonesia kini tengah meroket. Dampak dari harga beras yang tinggi tentunya membuat belanja kebutuhan pokok semakin mahal, hal ini turut dirasakan oleh para fresh graduate yang baru saja memulai karier mereka.
Menanggapi hal tersebut, Perencana keuangan dari Tata Dana, Teja Sari mengatakan ada berbagai cara bagi semua kalangan terutama fresh graduate mengatur keuangan kala harga beras tinggi. Walaupun sebenarnya, kebutuhan beras masing-masing orang berbeda-beda.
Menurutnya, ketika harga beras sedang tinggi, ada beberapa opsi untuk mengatur keuangan. Salah satunya adalah dengan memilih beras yang harganya lebih terjangkau meskipun kualitasnya mungkin sedikit lebih rendah.
“Harus ada pengeluaran yang dikorbankan, pertama apakah mutu beras yang dikonsumsinya diturunkan jadi lebih rendah,” ungkap Teja.
Selain itu, ada baiknya juga memangkas pengeluaran lainnya agar tetap bisa membeli beras yang berkualitas tanpa harus berlebihan. Karen, seorang mahasiswa tingkat akhir, menyarankan untuk memangkas biaya gaya hidup seperti nongkrong yang sebenarnya tidaklah terlalu penting.
Pada prinsipnya, penting untuk mengatur pengeluaran agar sesuai dengan kondisi keuangan. Misalnya, saat budget untuk nongkrong berkisar antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000, bisa dicoba untuk mengurangi pengeluaran di sana. Biasanya, anak-anak muda fresh graduate sering menghabiskan uang untuk nongkrong, sehingga penghematan di sana bisa membantu.
Kemudian, para fresh graduate juga dapat mempertimbangkan untuk mengurangi kegiatan makan di luar guna menghemat pengeluaran. “Kalau jajan atau makan di luar memang cenderung lebih mahal, sebaiknya masak sendiri agar lebih efisien dari segi biaya,” jelasnya.
Saat ini, harga beras terus meroket, membuat daya beli masyarakat semakin terkikis. Terlebih beras menjadi salah satu kebutuhan primer yang paling sering dibeli.
“Harga-harga pangan naik ini akan menggerus daya beli masyarakat. Masyarakat harus berhitung kembali untuk mengatur pos-pos belanjanya sebagai respons penyesuaian kenaikan harga,” kata dia.
Dalam data yang dimiliki, 19,35% pengeluaran pangan masyarakat perkotaan digunakan untuk membeli beras. Angka itu menjadi yang tertinggi dari porsi pengeluaran pangan sebesar 73%.
“Jadi itu persentase total pendapatan perkotaan mengeluarkan 19.32% pengeluarannya untuk membeli beras. Sedangkan penduduk miskin desa mengeluarkan 23.73% dari pengeluarannya untuk membeli beras,” pungkasnya.
Kesimpulan
Dalam menghadapi lonjakan harga beras yang meroket, para fresh graduate perlu bijak dalam mengatur keuangan mereka. Cara yang bisa dilakukan antara lain adalah memilih beras yang lebih terjangkau namun tetap bisa memenuhi kebutuhan, memangkas pengeluaran seperti gaya hidup yang tidak terlalu penting, serta mempertimbangkan untuk memasak sendiri daripada makan di luar. Penting bagi setiap individu untuk mengelola pengeluaran dengan bijak agar tetap dapat membeli kebutuhan pokok tanpa terlalu memberatkan keuangan mereka.