indotim.net (Jumat, 12 Januari 2024) – Geng kriminal atau narkoba masih menciptakan teror di Ekuador. Kondisi ini membuat Jenderal AS turun tangan dan akan berkunjung untuk membantu membasmi geng-geng tersebut.
Ketegangan antara pasukan keamanan dan kejahatan terorganisir mencapai puncaknya. Pada hari Kamis (11/1) waktu setempat, pejabat Ekuador mengungkap bahwa geng kriminal saat ini sedang menyandera 178 penjaga dan staf penjara.
Dilansir kantor berita AFP, Jumat (12/1/2024), otoritas penjara SNAI melaporkan bahwa jumlah narapidana di Ekuador yang terlibat dalam kerusuhan meningkat menjadi 39 orang pada hari selanjutnya. Terjadi kerusuhan di beberapa lembaga pemasyarakatan, dimana narapidana menembaki personel angkatan bersenjata Ekuador.
Negara kecil di Amerika Selatan itu telah terjerumus krisis setelah bertahun-tahun meningkatnya kontrol oleh kartel-kartel narkoba transnasional. Mereka menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Ekuador untuk mengirimkan kokain ke Amerika Serikat dan Eropa.
Ledakan kekerasan geng yang semakin meluas di Ekuador telah memicu keterlibatan seorang Jenderal dari Amerika Serikat. Peristiwa tersebut dipicu oleh penemuan pada hari Minggu lalu bahwa salah satu bos narkoba paling berkuasa di negara itu, Jose Adolfo Macias yang dikenal dengan nama samaran “Fito”, berhasil melarikan diri dari penjara.
Pada hari Senin, Presiden Daniel Noboa memberlakukan keadaan darurat dan jam malam. Namun, geng-geng kriminal membalas dengan deklarasi “perang” — menculik polisi, melancarkan ledakan, dan mengancam akan mengeksekusi warga sipil secara acak di jalanan.
Sebanyak 16 orang telah meninggal dunia dalam kekerasan ini.
Berdasarkan laporan dari BBC, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperkirakan pada tahun 2019 sekitar sepertiga dari produksi kokain di Kolombia melewati Ekuador sebelum akhirnya mencapai Amerika Utara dan Eropa.
Dalam beberapa tahun terakhir, keunggulan negara yang berbatasan dengan Kolombia dan Peru (keduanya produsen penting) di pasar internasional untuk obat-obatan terlarang ini semakin meningkat.
Selanjutnya: Geng kejahatan yang kuat.
Geng Kriminal yang Kuat
Geng-geng kriminal semakin memperlihatkan kekuatan mereka di Ekuador. Salah satu contohnya adalah geng Lobos, Choneros, dan Tiguerones yang memiliki keterkaitan dengan kartel penyelundup narkoba.
Kelompok kriminal di Ekuador umumnya beroperasi secara terpecah-pecah, menjadi subkontraktor dari organisasi kriminal asing, menurut situs InsightCrime.
Setelah demobilisasi Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) sebagai hasil perjanjian damai dengan pemerintah Kolombia, Ekuador semakin mencuat di pasar obat internasional.
Kelompok pemberontak FARC dan organisasi lain yang terkait dengan perdagangan narkoba memimpin desentralisasi rantai produksi dan distribusi kokain, sehingga memungkinkan kelompok mafia dari Ekuador terlibat dalam bisnis tersebut.
Kelompok-kelompok ini, yang beroperasi terutama di perbatasan dengan Ekuador, di departemen Nario dan Putumayo di Kolombia, bersekutu dengan kartel Meksiko dan organisasi Eropa lainnya terutama dari Balkan Barat yang mempertahankan kehadirannya di wilayah tersebut.
Dalam situasi ini, partisipasi berbagai organisasi kriminal dari berbagai negara telah menciptakan konflik wilayah dan meningkatkan tingkat kekerasan di Ekuador, menurut para ahli.
Selanjutnya: Jenderal AS Turun Tangan
Jenderal AS Turun Tangan
Seorang pejabat tinggi militer Amerika Serikat (AS) dan beberapa pejabat senior Washington akan berkunjung ke Ekuador. Kunjungan ini dilakukan di tengah kekacauan di Ekuador.
Seperti dilaporkan oleh AFP pada Jumat (12/1/2024), pejabat-pejabat AS akan memberikan dukungan kepada Presiden Daniel Noboa dalam melawan geng-geng kriminal yang menyebabkan kekacauan di Amerika Selatan.
Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya mengumumkan bahwa Jenderal Laura Richardson yang merupakan kepala Komando Selatan AS bersama dengan sejumlah pejabat sipil AS akan datang berkunjung ke Ekuador dalam beberapa pekan ke depan.
“Untuk menjajaki, dengan rekan-rekan Ekuador, cara-cara kita bisa bekerja bersama secara lebih efektif dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi kriminal transnasional,” ujar Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya.
Para pejabat sipil yang berkunjung juga termasuk asisten Menteri Luar Negeri AS, Todd Robinson, yang bertugas memerangi narkotika.
Lebih lanjut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengungkapkan bahwa AS akan meningkatkan kerja sama dalam berbagi intelijen, termasuk dalam aktivitas dunia maya. Mereka juga sedang mencari cara untuk mengajukan pertanggungjawaban terhadap para pelaku kriminal.
Miller menambahkan bahwa para pejabat AS juga akan membahas reformasi penjara di Ekuador, yang sering kali mengalami serangan ketika para narapidana yang tergabung dalam kelompok kejahatan terorganisir berhasil mengambil alih kontrol.