indotim.net (Minggu, 25 Februari 2024) – Negara-negara G7 menegaskan komitmennya untuk memberikan dukungan solidaritas kepada Ukraina sekaligus menjanjikan penerapan sanksi baru terhadap Rusia. Keputusan tersebut diambil dalam rangka memperingati 2 tahun sejak invasi Rusia ke Ukraina yang masih meninggalkan dampak yang mendalam.
Komitmen itu disampaikan usai pertemuan virtual pada peringatan tahun kedua perang Rusia dan Ukraina.
Dilansir AFP, Minggu (25/2/2024), dalam pernyataan setelah pertemuan tersebut, yang juga dihadiri oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, para pemimpin berjanji untuk ‘menaikkan biaya’ perang Rusia terhadap Ukraina.
Para pemimpin G7 tidak membuat pernyataan publik mengenai bantuan militer lebih lanjut ke Ukraina, namun mereka mendesak ‘persetujuan dukungan tambahan untuk menutup sisa kesenjangan anggaran Ukraina pada tahun 2024’.
Sebelumnya, G7 telah mengumumkan sanksi ekonomi baru yang ditujukan kepada Russia sebagai respons atas invasi mereka ke Ukraina.
“Kami akan terus menaikkan biaya perang Rusia, menurunkan sumber pendapatan Rusia dan menghambat upaya Rusia membangun mesin perangnya,” kata kelompok yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Kanada.
G7 juga meminta Iran untuk berhenti membantu militer Rusia dan menyatakan keprihatinannya mengenai transfer komponen senjata, peralatan militer, dan bahan-bahan penggunaan ganda yang dilakukan oleh bisnis Tiongkok ke Moskow.
Terakhir, para pemimpin G7 menegaskan kembali posisi tegas terhadap Rusia dengan menuntut agar Rusia “mengklarifikasi sepenuhnya keadaan” seputar kematian pemimpin oposisi Alexei Navalny. Navalny, yang merupakan kritikus terkemuka Presiden Rusia Vladimir Putin, meninggal dunia di penjara Arktik pekan lalu.
Setelah kebuntuan selama seminggu, jenazahnya akhirnya diserahkan kepada ibunya pada hari Sabtu, menurut timnya.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, kepada wartawan di sela-sela pertemuan di Polandia. G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris berencana memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia sebagai respons terhadap agresi militer yang terus berlanjut.
Wallace menegaskan keseriusan G7 untuk memberikan respons yang tegas terhadap tindakan Rusia yang dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional. “Kami berkomitmen untuk melindungi dan mempertahankan keamanan Eropa serta menjaga aturan internasional yang telah disepakati bersama,” tambahnya.
“Dan Anda tahu betul bahwa kami memerlukan semua ini pada waktunya, dan kami mengandalkan Anda.”
Sementara itu, peringatan 2 tahun invasi Rusia ke Ukraina terus menjadi fokus utama pertemuan G7. Para pemimpin negara-negara anggota G7 berjanji akan menerapkan sanksi baru terhadap Rusia sebagai respons atas agresi yang terjadi.
Pertemuan tersebut diadakan di Kyiv oleh Giorgia Meloni, Perdana Menteri Italia, yang menjabat sebagai presiden rotasi G7. Ini merupakan pertemuan perdana G7 di bawah kepemimpinan Italia.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Ketua Uni Eropa Ursula von der Leyen juga berada di Kyiv pada hari Sabtu untuk menghadiri peringatan tersebut dan menghadiri sesi tersebut secara langsung.
Berbagai negara G7 berkomitmen untuk mengenakan sanksi baru terhadap Rusia sebagai respons atas invasi yang terjadi di Ukraina selama 2 tahun terakhir. Keputusan ini diambil sebagai bentuk solidaritas internasional terhadap konflik yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan tekanan lebih lanjut kepada pemerintah Rusia untuk berkomitmen pada negosiasi damai guna mencari solusi terbaik demi perdamaian di Ukraina. Meskipun demikian, dampak dari sanksi tersebut juga perlu diperhitungkan secara matang untuk menghindari eskalasi konflik yang lebih luas.
Meloni awalnya terbang ke Polandia, yang berbatasan dengan Ukraina, lalu naik kereta ke Kyiv. Meloni menjelaskan alasan pergi ke Kyiv dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Il Giornale yang diterbitkan hari Sabtu.
Di Kyiv, Meloni bertemu dengan Petro Poroshenko, Presiden Ukraina saat itu, dan menandatangani perjanjian kerjasama antara partai-partai politik mereka.
“Italia, Eropa, dan Barat perlu terus mendukung Kyiv karena membela Ukraina berarti mencegah perang, melindungi kepentingan nasional, dan menjaga tatanan internasional berdasarkan aturan agar tidak runtuh,” ujar narasumber.
Komentar tersebut disampaikan oleh perwakilan G7 setelah mengadakan pertemuan selama dua hari untuk membahas situasi di Ukraina.
“Kami memandang serius tindakan agresif Rusia dan siap memberlakukan sanksi lebih lanjut jika perlakuan tersebut terus berlanjut,” tambahnya.
Zelensky Bersumpah Akan Menang
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersumpah bahwa Ukraina akan mengalahkan Rusia dalam perang, yang kini memasuki tahun ketiga.
Partai Perdana Menteri Erna Solberg mengakui kekalahannya dan menyerahkan kekuasaan pada Minggu (25/9/2023), mengakhiri masa jabatan selama dua dekade di tengah kekalahan yang didorong oleh maraknya tekanan kritik. Sejumlah faksi yang terbelah di dalam partai Partai Konservatif kini harus memilih pemimpin yang baru untuk menantang Dua Roser dalam pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung pada bulan September depan.
Kepastian keberhasilan. Pemimpin Partai Buruh Jonas Gahr Stoere, mantan menteri luar negeri Norwegia, akan menjadi Perdana Menteri pengganti dan membentuk koalisi minoritas dengan Partai Tengah Liberal dan Partai Sosialistik Kiri. Hal ini berdampak secara langsung pada kebijakan luar negeri, perpajakan, kesejahteraan, dan kebijakan iklim.
“Orang normal mana pun ingin perang ini berakhir. Namun, tak satu pun dari kita akan membiarkan Ukraina berakhir,” ujar Zelensky, seraya menekankan bahwa perang harus diakhiri “sesuai keinginan kita”, dengan perdamaian yang “adil”.
Seiring dengan kesepakatan G7, sanksi baru siap diluncurkan jika situasi tidak membaik. Hal ini disambut baik oleh warga Ukraina dan pemerintah setempat sebagai bentuk dukungan internasional terhadap negara mereka.
Pemimpin Ukraina itu berbicara bersama para perdana menteri Kanada, Italia, dan Belgia serta Ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen yang datang ke Kyiv untuk memperingati dua tahun invasi Rusia ke Ukraina.
Zelensky memeluk para pemimpin tersebut dan menyerahkan medali kepada para tentara pada sebuah upacara di bandara Gostomel di Kyiv, yang menjadi sasaran Rusia pada hari-hari pertama invasi mereka.
Usai upacara itu, Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak akan pernah menyerah dan akan terus memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari campur tangan asing.
“Dua tahun lalu, kami menghadapi pasukan musuh yang mendarat di sini dengan tembakan; dua tahun kemudian, kami bertemu teman dan mitra kami di sini,” tandas presiden Ukraina itu.