indotim.net (Sabtu, 09 Maret 2024) – Manusia menjalani puasa atau berhenti makan pada waktu tertentu untuk tujuan yang berbeda-beda. Mulai dari bagian dalam kepercayaan suatu agama, gaya hidup, hingga diet sehat. Namun, tahukah kamu bagaimana kondisi tubuh selama puasa?
Terketahui bahwa puasa telah menjadi bagian dari kebiasaan banyak orang di seluruh dunia sejak zaman kuno. Bahkan, dalam berbagai studi, puasa telah terbukti memiliki manfaat kesehatan yang signifikan.
Baru-baru ini, studi yang dipublikasi di Nature Metabolism menunjukkan bahwa manfaat kesehatan dari puasa lebih lambat dari perkiraan para peneliti. Diketahui bahwa selain menurunkan badan, manfaat puasa baru terlihat setelah tiga hari pembatasan kalori total.
Tujuan Penelitian
Para peneliti dari Precision Healthcare University Research Institute (PHURI) Queen Mary University of London dan Norwegia School of sports Sciences, berusaha untuk lebih memahami manfaat puasa bagi tubuh manusia.
Tujuannya adalah memberikan jalan bagi penelitian masa depan terkait dengan penanganan terapi yang tepat untuk pasien yang sedang berpuasa.
Menurut peneliti, masih sedikit yang diketahui tentang respons tubuh terhadap kelaparan dalam jangka waktu yang panjang dan efek kesehatan yang bisa menguntungkan atau merugikan.
Metode baru yang memungkinkan para peneliti untuk mengukur ribuan protein yang beredar dalam darah kita telah membuka peluang untuk mempelajari adaptasi molekuler terhadap puasa pada manusia secara sistematis. Para peneliti menyatakan hal ini dalam EurekAlert pada Sabtu (9/3/2024).
Efek Puasa Jangka Panjang bagi Tubuh
Peneliti menjelaskan bahwa selama puasa, tubuh mengubah sumber dan jenis energinya, dengan beralih dari kalori yang dikonsumsi ke penggunaan simpanan lemaknya sendiri.
Untuk informasi lebih lanjut, 12 sukarelawan sehat telah berpartisipasi dalam penelitian untuk berpuasa selama tujuh hari hanya dengan air.
Para relawan dipantau secara ketat setiap hari untuk mencatat perubahan kadar sekitar 3.000 protein dalam darah mereka pada sebelum, selama, dan setelah puasa.
Dengan mengidentifikasi protein-protein yang terlibat dalam respons tubuh saat puasa, para peneliti menjadi mampu memprediksi potensi dampak kesehatan dari puasa yang berlangsung cukup lama. Mereka menggunakan informasi genetik dari penelitian skala besar untuk mendukung temuan ini,” ungkap peneliti tersebut.
Hasilnya, peneliti mampu memprediksi potensi hasil kesehatan dari puasa yang berkepanjangan dengan mengintegrasikan informasi genetik dari penelitian berskala besar.
Seiring penelitian yang semakin dalam, manfaat puasa selama 7 hari telah menjadi sorotan utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup yang lebih sehat. Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, puasa juga terbukti dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan mental dan spiritual.
Para peneliti mengamati sumber energi, yang berawal dari glukosa ke lemak yang tersimpan dalam jaringan tubuh, ketika dua atau tiga hari pertama puasa. Ternyata, para relawan kehilangan rata-rata 5,7 kg massa lemak dan massa tanpa lemak.
Proses metabolisme tersebut ternyata memicu tubuh untuk masuk ke dalam kondisi ketosis, di mana lemak diubah menjadi keton untuk memberikan energi. Dengan demikian, puasa dapat membantu meningkatkan pembakaran lemak dalam tubuh.
Manfaat Puasa Lebih dari 3 Hari
Temuan lain menunjukkan bahwa setelah tiga hari makan setelah berpuasa, berat badan tetap turun. Para peneliti juga melihat adanya perubahan yang berbeda pada protein setelah sekitar tiga hari berpuasa.
Menurut penelitian terbaru, tubuh mengalami perubahan signifikan dalam kadar protein setelah kurang lebih tiga hari menjalani puasa. Hal ini menjadi temuan penting yang menarik perhatian para ahli kesehatan.
Secara keseluruhan, terjadi perubahan signifikan pada satu dari tiga jenis protein yang diukur selama berpuasa, berpengaruh pada organ utama tubuh. Selain itu, juga terdapat perubahan pada protein yang membentuk struktur pendukung neuron di otak.
Menyambung dari penelitian sebelumnya, Claudia Langenberg, Direktur Institut Penelitian Universitas Kesehatan Presisi Queen Mary (PHURI) menyampaikan informasi menarik terkait dengan efektivitas puasa. “Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat apa yang terjadi pada tingkat molekuler di seluruh tubuh ketika kita berpuasa. Puasa, jika dilakukan dengan aman, adalah intervensi penurunan berat badan yang efektif,” ucap Claudia Langenberg.
Menurutnya, diet populer yang menggabungkan puasa, seperti puasa intermiten diklaim memiliki manfaat kesehatan selain penurunan berat badan.
Penelitian menunjukkan bahwa tubuh mengalami proses detoksifikasi selama puasa yang membantu membersihkan racun dalam tubuh.
“Hasil penelitian kami memberikan bukti manfaat kesehatan dari berpuasa selain penurunan berat badan. Manfaat tersebut terlihat setelah tiga hari pembatasan kalori total, lebih lama dari perkiraan sebelumnya,” imbuhnya.
Ketua Data Kesehatan PHURI dan salah satu pemimpin Kelompok Kedokteran Komputasi di Institut Kesehatan Berlin di Charite, Maik Pietzner, menegaskan bahwa temuan ini memberikan dasar untuk memahami lebih lanjut pengetahuan kuno mengenai manfaat puasa untuk kondisi tertentu.
Meskipun puasa mungkin bermanfaat untuk mengobati beberapa kondisi, seringkali puasa tidak menjadi pilihan bagi pasien yang menderita sakit.
“Kami sangat mengharapkan temuan ini dapat memberikan informasi yang jelas mengenai manfaat dari puasa dalam situasi tertentu. Hal ini bisa menjadi titik awal untuk pengembangan terapi bagi para pasien yang mengalami kondisi serupa,” ungkap sang peneliti.