indotim.net (Sabtu, 13 Januari 2024) – Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyatakan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Vietnam memiliki signifikansi strategis. Retno menjelaskan bahwa kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya kedua negara untuk mencapai visi menjadi negara dengan pendapatan tinggi (high income country) pada tahun 2045.
“Vietnam merupakan mitra strategis Indonesia di Asia Tenggara. Selain sebagai sesama anggota ASEAN, Vietnam juga menjadi salah satu mitra perdagangan penting dan tujuan investasi Indonesia. Terdapat lebih dari 32 perusahaan Indonesia yang beroperasi di Vietnam. Selain itu, Vietnam juga menjadi mitra penting dalam pengembangan kerja sama teknologi. Oleh karena itu, kunjungan Bapak Presiden RI sangat strategis, terutama dalam upaya kedua negara mencapai visi menjadi negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045,” kata Menko Luhut dalam keterangan pers di akun YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (13/1/2024).
Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, dalam kunjungan ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh penting Vietnam, antara lain Presiden Vietnam Vo Van Thuong, Presiden Majelis Nasional Vietnam Vương Đình Huệ, dan Perdana Menteri Pham Minh Chinh. Dalam keterangannya, Retno Marsudi juga menjelaskan beberapa poin-poin hasil pertemuan dengan ketiga tokoh tersebut.
Pada pertemuan tersebut, Presiden Jokowi bertemu dengan Vo Van Thuong, Presiden Vietnam, dan beberapa pemimpin lainnya. Dalam pertemuan ini, dibahas beberapa poin penting yang menjadi fokus utama.
Pada pertemuan dengan Vo Van Thuong, Menlu Retno menyampaikan bahwa Jokowi merespons positif komitmen investasi dari Perusahaan Vietnam, Vinfast, untuk mendukung pembangunan ekosistem kendaraan listrik. Selain itu, kedua pemimpin negara juga sepakat untuk terus berkolaborasi dalam membangun ekosistem ekonomi digital, termasuk melalui perusahaan-perusahaan “Unicorn” di Indonesia.
“Kedua di bidang ketahanan pangan. Kedua presiden memiliki pandangan yang sama bahwa penguatan rantai pasok pangan adalah kunci untuk mencegah krisis pangan. Guna mewujudkan hal ini, keduanya sepakat untuk meningkatkan kerja sama suplai bahan pokok termasuk ekspor produk ikan Indonesia ke Vietnam,” ungkap Menlu.
Pada pertemuan tersebut, terdapat beberapa poin penting yang diungkapkan oleh Presiden Jokowi. Poin ketiga meliputi apresiasi yang disampaikan kepada Vietnam atas dukungan yang diberikan selama masa kepengurusan Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun lalu. Selain itu, Jokowi dan pemimpin Vietnam juga sepakat untuk bersama-sama mendukung kepengurusan Laos sebagai Ketua ASEAN di tahun ini.
Selain itu, kedua pemimpin juga sepakat untuk menjaga kesatuan dan kemandirian ASEAN serta memperkuat peran ASEAN dalam menciptakan perdamaian dan kemakmuran di kawasan ini.
Dalam pertemuan dengan Vương Đình Huệ, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkap beberapa poin pembahasan yang dilakukan antara Presiden Jokowi dan pemimpin Vietnam. Salah satu poin yang dibahas adalah kerja sama di bidang energi terbarukan. Jokowi meminta dukungan Parlemen Vietnam untuk mendorong kerja sama ini guna mempercepat transisi energi dan mencapai kemandirian industri energi terbarukan. Rencananya, akan ada kerja sama produksi bersama antara perusahaan mobil listrik Vietnam, Vinfast, dengan PT IBC.
Poin lain yang dibahas adalah kerja sama di bidang perikanan. Jokowi meminta dukungan parlemen Vietnam dalam kerja sama konkret di sektor budidaya ikan dan penanggulangan penangkapan ikan secara ilegal (IUU Fishing) melalui Memorandum of Understanding (MoU) Kerja Sama Perikanan. Dalam implementasinya, kerja sama ini senantiasa mengedepankan hukum internasional dan hukum nasional masing-masing negara,” ungkap Retno.
Terakhir, Jokowi juga mendiskusikan kerja sama antar parlemen. Retno menyampaikan bahwa Jokowi menyambut baik penandatanganan MoU kerja sama antar parlemen dan berharap kerja sama ini dapat memperkuat regulasi hilirisasi dan membangun kawasan yang damai dan stabil.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi secara rinci membeberkan poin-poin yang dibahas dalam pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Vietnam, Nguyễn Xuân Phúc, dan Perdana Menteri Vietnam, Phạm Minh Chính. Simak selengkapnya di bawah ini.
Pada kesempatan kali ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan pertemuan dengan Presiden Vietnam, Pham Minh Chinh. Pertemuan ini memiliki beberapa poin penting yang dibahas oleh kedua pemimpin negara.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan berbagai hal terkait hubungan bilateral antara Indonesia dan Vietnam. Salah satu poin yang dibahas adalah kerjasama ekonomi antara kedua negara.
Selain itu, dalam pertemuan ini juga dibahas tentang kerjasama investasi dan perdagangan antara Indonesia dan Vietnam. Kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerjasama di sektor ini guna memperkuat hubungan ekonomi antara keduanya.
Pertemuan ini juga menjadi kesempatan bagi kedua pemimpin negara untuk membahas isu-isu regional dan internasional yang sedang dihadapi saat ini. Mereka berdiskusi tentang stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara, isu perubahan iklim, dan penanganan pandemi COVID-19.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan dukungan Indonesia terhadap upaya Vietnam sebagai Ketua ASEAN tahun ini. Keduanya sepakat untuk terus memperkuat kerjasama ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan di kawasan.
Pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat kerjasama antara Indonesia dan Vietnam serta meningkatkan hubungan bilateral di berbagai sektor. Kedua pemimpin negara menyatakan komitmen untuk terus saling mendukung dan bekerja sama demi kemajuan dan kesejahteraan kedua negara.
Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan ini adalah mengenai perkembangan perdagangan. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyampaikan bahwa kedua negara menyambut baik tercapainya target perdagangan sebesar 10 miliar dolar Amerika Serikat.
“Selanjutnya, setelah pembahasan dengan Presiden Vietnam pada pagi hari ini, Bapak Presiden dan PM Chinh sepakat untuk terus meningkatkan perdagangan, memperluas akses pasar, dan mengurangi hambatan perdagangan. Kedua pemimpin juga mengungkapkan bahwa target perdagangan ke depan akan lebih tinggi dari USD 15 miliar pada tahun 2028,” ujar Menlu.
Jokowi juga meminta dukungan Perdana Menteri Chinh untuk terus mendorong iklim investasi yang kondusif dan memberikan perlindungan kepada investor. Terutama, bagi investor Indonesia yang saat ini beroperasi di Vietnam. Ini menunjukkan keberpihakan Bapak Presiden terhadap para investor Indonesia yang melakukan kegiatan di luar negeri,” tambahnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah mengungkapkan beberapa poin yang dibahas dalam pertemuan dengan Presiden Vietnam dan Perdana Menteri Vietnam.
Poin pertama yang dibahas adalah kerja sama di bidang ketahanan pangan. Mereka sepakat untuk mendorong kerja sama pertanian melalui program kerja sama komoditas pangan strategis, termasuk penelitian, pengendalian mutu, dan smart farming.
Poin kedua membahas kerja sama di sektor perikanan. Presiden Jokowi mengapresiasi peningkatan ekspor sektor perikanan ke Vietnam yang hampir dua kali lipat pada tahun 2022. Upaya bersama untuk mendorong kolaborasi dan investasi di industri perikanan serta upaya pemberantasan IUU fishing juga dianggap penting.
Poin ketiga adalah kerja sama di bidang energi terbarukan. Jokowi dan Perdana Menteri Chinh sepakat bahwa kolaborasi antara negara-negara ASEAN sangat penting untuk mencapai kemandirian di sektor energi terbarukan.
“Dan yang terakhir, Bapak Presiden dan Perdana Menteri Chinh juga telah sepakat untuk terus bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah ASEAN, termasuk penyelesaian krisis di Myanmar,” ungkap Retno Marsudi saat konferensi pers.