indotim.net (Senin, 11 Maret 2024) – Nyepi adalah hari raya penting bagi umat Hindu di Pulau Bali. Pada hari ini, seluruh aktivitas di Pulau Bali berhenti selama 24 jam. Ternyata, sebuah studi menemukan bahwa perayaan Hari Raya Nyepi memiliki dampak positif yang signifikan bagi lingkungan.
Selama perayaan Nyepi, semua aktivitas akan beristirahat dan harus mematuhi empat larangan yang dikenal dengan Catur Brata Penyepian yakni Amati Geni, Amati Lelanguan, Amati Lelungan, dan Amati Karya.
Dengan keempat larangan yang diberlakukan selama Hari Raya Nyepi, Pulau Bali terasa seperti sebuah pulau yang sepi selama 24 jam. Suasana tanpa kebisingan dan lampu pada malam hari menciptakan suasana yang tenang dan damai. Selain itu, seluruh aktivitas transportasi, termasuk bandara dan pelabuhan, akan dihentikan sementara selama perayaan.
Penelitian Berdasarkan Data Nyepi Selama 5 Tahun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama perayaan Hari Raya Nyepi, terjadi penghematan penggunaan listrik, penurunan emisi gas karbon dioksida, penghematan bahan bakar, dan peningkatan kualitas udara karena berhentinya seluruh aktivitas transportasi manusia.
Sebuah penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi dampak positif dari Hari Raya Nyepi terhadap lingkungan. Studi ini dilakukan di Provinsi Bali dan menggunakan metode analisis tematik, yaitu proses pengkategorian data berdasarkan tema-tema kunci.
Studi ini juga mencakup data penghematan energi listrik yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bali, pengurangan konsumsi bahan bakar oleh Pertamina, serta penurunan emisi yang dilaporkan oleh Badan Lingkungan Hidup dan instansi terkait lainnya.
Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari perayaan Nyepi selama lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2022, 2021, 2020, 2019, dan 2018.
Dampak Nyepi terhadap Lingkungan
Salah satu aspek terpenting dari perayaan Hari Raya Nyepi adalah dampak positifnya terhadap lingkungan sekitar. Selama Nyepi, terdapat empat prinsip utama yang harus dijalani, di antaranya adalah Amati Geni yang melarang penggunaan api dan lampu. Hal ini memiliki makna yang dalam tentang pengendalian diri dan penghormatan terhadap alam sekitar.
Selain itu, selama Amati Karya, semua aktivitas fisik dan pekerjaan tidak diperbolehkan dilakukan. Sedangkan pada saat Amati Lelungan, larangan untuk bepergian ke luar rumah tetap berlaku.
Sebelumnya, dalam Amati Lelanguan, dilarang adanya hiburan/rekreasi dan kebisingan. Keempat larangan tersebut bertujuan untuk mendukung aktivitas spiritual umat Hindu.
Studi yang dilakukan Ni Kadek Surpi dalam jurnal IOPScience, mengungkap bahwa perayaan Hari Raya Nyepi memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Salah satu manfaatnya adalah berkurangnya emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia seperti perkantoran, transportasi, dan industri. Bahkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa Nyepi mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 33%.
Selain itu, lingkungan juga menjadi bebas dari intervensi antropogenik. Penurunan emisi gas rumah kaca ini menyebabkan peningkatan kualitas udara menjadi lebih sehat.
Menyadari dampak positif yang dihasilkan, masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga lingkungan alam demi keseimbangan ekosistem.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Surpi, disimpulkan bahwa Hari Raya Nyepi memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Selama Hari Raya Nyepi atau ketika tidak ada campur tangan manusia, hubungan antara konsentrasi CO dengan suhu udara cenderung konsisten, menunjukkan pola hubungan positif yang bermanfaat bagi lingkungan.
“Faktor antropogenik seperti aktivitas manusia dalam transportasi, pariwisata, pertanian, perikanan, perdagangan, dan pendidikan diyakini mengganggu keseimbangan konsentrasi CO dengan suhu udara,” tambahnya.
Bukti Menurunnya Emisi saat Perayaan Hari Raya Nyepi
Pada perayaan Nyepi tahun 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pengukuran emisi dan membandingkannya dengan kondisi sehari-hari. Pengukuran dilakukan di area perkotaan dan pinggiran kota di Pulau Bali.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam konsentrasi partikulat debu yang berbeda di setiap wilayah selama perayaan Hari Raya Nyepi 2022 dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Penelitian ini menegaskan bahwa perayaan Hari Raya Nyepi sebagai upacara keagamaan memang memiliki dampak positif dalam meningkatkan kualitas udara di sekitarnya.
“Dengan adanya data observasi ini, diharapkan bisa menjadi bukti kepada masyarakat dan dunia mengenai usaha penurunan emisi di Indonesia demi perubahan iklim,” ujar Dr. Danang Eko Nuryanto, Peneliti dari BMKG Pusat.
Menurut Danang, data membuktikan dengan jelas bahwa aktivitas manusia berkontribusi pada peningkatan konsentrasi gas rumah kaca.
Hasil pengukuran awal secara umum menunjukkan terjadi penurunan signifikan konsentrasi gas polutan dan partikulat debu yang berbeda-beda di setiap lokasi selama perayaan Nyepi tahun 2022 jika dibandingkan dengan hari-hari biasa sebelumnya. Data yang dihimpun juga menunjukkan adanya penghematan listrik mencapai sekitar 60% selama Hari Raya Nyepi.
Penghentian seluruh aktivitas transportasi juga berdampak pada penghematan bahan bakar sebesar Rp 3 miliar dan peningkatan kualitas udara akibat terhentinya seluruh aktivitas transportasi manusia.