indotim.net (Selasa, 16 Januari 2024) – Melansir laporan terbaru dari organisasi amal Oxfam International, diketahui bahwa lima orang terkaya di dunia telah mengalami lonjakan kekayaan sebesar 114% sejak tahun 2020. Sementara itu, penduduk terdiri dari 4,77 miliar orang termiskin, atau sekitar 60% dari total populasi dunia, mengalami penurunan kekayaan riil sebesar 0,2%.
Laporan lembaga Oxfam asal Inggris yang dirilis pada Senin (15/01) ini, keluar bersamaan dengan pertemuan para elit global di Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Kelompok anti-kemiskinan tersebut menemukan bahwa seorang miliarder kini menjalankan atau menjadi pemegang saham utama 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia.
Kekayaan gabungan dari lima orang terkaya di dunia, yaitu Elon Musk, Bernard Arnault, Jeff Bezos, Larry Ellison, dan Mark Zuckerberg, meningkat sebesar $464 miliar atau 114%, menjadi $869 miliar pada tahun lalu.
Kesenjangan antara si kaya dan si miskin cenderung meningkat
Diperkirakan bahwa 148 perusahaan top dunia menghasilkan keuntungan sebesar $1,8 triliun, melonjak sebesar 52% dibandingkan dengan rata-rata laba bersih pada periode 2018-2021. Keuntungan tersebut memungkinkan pemegang saham menerima gaji yang besar, bahkan ketika jutaan pekerja menghadapi krisis biaya hidup karena inflasi yang menyebabkan pemotongan upah secara riil.
“Ketidaksetaraan ini bukanlah suatu kebetulan; kelas miliarder memastikan perusahaan-perusahaan memberikan lebih banyak kekayaan kepada mereka dengan mengorbankan orang lain,” ujar Direktur Eksekutif interim Oxfam International, Amitabh Behar.
Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, Oxfam mendesak pemerintah untuk membatasi kekuasaan perusahaan dengan menghancurkan monopoli, menerapkan pajak atas keuntungan dan kekayaan yang berlebihan, dan mempromosikan alternatif lain dari kontrol pemegang saham seperti bentuk kepemilikan karyawan.
“Kekuatan korporasi digunakan untuk mendorong ketidaksetaraan: dengan memeras pekerja dan memperkaya pemegang saham yang kaya, menghindari pajak, dan memprivatisasi negara,” kata Oxfam.
Analisis Oxfam juga mengungkapkan bagaimana “perang melawan pajak” oleh perusahaan telah menyebabkan penurunan sekitar sepertiga dalam tarif pajak yang efektif di perusahaan dalam beberapa dekade terakhir.
“Di seluruh dunia, anggota sektor swasta tanpa henti mendorong tarif yang lebih rendah, lebih banyak celah, lebih sedikit transparansi, dan langkah-langkah lain yang bertujuan untuk memungkinkan perusahaan berkontribusi sesedikit mungkin ke kas publik,” kata Oxfam.
Menurut laporan terbaru yang dirilis oleh Oxfam, jumlah kekayaan lima orang terkaya di dunia telah melonjak sebesar 114%. Laporan ini menggambarkan ketimpangan distribusi kekayaan yang semakin meningkat secara global.
Hal ini menjadi perhatian serius karena semakin banyak orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem sementara sejumlah kecil orang kaya terus memperoleh keuntungan yang melimpah. Menariknya, pertumbuhan kekayaan ini terjadi di tengah krisis kesehatan global yang masih berlangsung akibat pandemi COVID-19.
Menurut laporan tersebut, kekayaan para miliuner terkemuka, termasuk bos perusahaan teknologi terkenal, telah mencapai rekor baru. Sementara itu, jutaan orang lainnya terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk makanan, perumahan, dan pendidikan.
Oxfam menggarisbawahi pentingnya tindakan global yang tegas untuk mengurangi ketidakadilan dan mempromosikan keadilan ekonomi. Organisasi ini mendesak pemerintah dan perusahaan untuk bertanggung jawab, mengatasi ketimpangan kekayaan, dan memastikan akses yang adil terhadap sumber daya dan kesempatan bagi semua orang.
Kesimpulan
Analisis terbaru dari Oxfam International menunjukkan bahwa kekayaan lima orang terkaya di dunia meningkat pesat sebesar 114% sejak tahun 2020, sementara jumlah penduduk termiskin mengalami penurunan kekayaan. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin cenderung semakin meningkat, dengan para miliarder memastikan perusahaan memberikan lebih banyak kekayaan kepada pemegang saham mereka. Oxfam mendesak pemerintah dan perusahaan untuk mengatasi ketidakseimbangan ini dengan membatasi kekuasaan perusahaan, menerapkan pajak atas keuntungan berlebihan, dan mempromosikan alternatif kepemilikan karyawan. Perlu tindakan global yang tegas untuk mengurangi ketidakadilan dan memastikan akses yang adil terhadap sumber daya dan kesempatan bagi semua orang.