indotim.net (Selasa, 16 Januari 2024) – Debat capres ketiga yang digelar beberapa waktu lalu masih menjadi perbincangan hangat. Salah satu perbincangan tersebut adalah terkait skor rendah yang diberikan oleh capres nomor 1 Anies Baswedan dan capres nomor 3 Ganjar Pranowo terhadap kinerja Kementerian Pertahanan era Prabowo Subianto.
Pakar militer dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penilaian yang diberikan oleh kedua calon presiden tersebut. Menurut Selamat Ginting, Anies dan Ganjar telah melakukan kesalahan yang fatal.
Selamat dan juga prihatin terhadap potensi dampak dari pernyataan tersebut. Sebab, kedua calon presiden telah memancing emosi sejumlah petinggi TNI.
“Beberapa petinggi perwira TNI itu sampai kemudian mengirim WA (WhatsApp) ke saya, dia bilang ‘ini sama saja tidak menghargai apa yang dilakukan Mabes TNI, Mabes Angkatan Darat, Mabes Angkatan Laut dan Mabes Angkatan Udara’,” kata Selamat dalam keterangannya, Selasa (16/1/2024).
Lebih lanjut, Selamat mengatakan bahwa skor yang diberikan oleh Anies dan Ganjar juga memberikan kesan seperti meruntuhkan moral prajurit. Hal ini disebabkan karena kinerja Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI saling terkait.
“Karena Kementerian Pertahanan membangun kekuatan, Mabes TNI adalah pengguna kekuatan, dan Mabes angkatan adalah Pembina kekuatan, mereka merasa pemberian nilai 5 dan pemberian nilai 11 adalah menjatuhkan nilai moral mereka,” papar Selamat.
Seorang pakar telah mengemukakan pendapatnya terkait dengan skor rendah yang diberikan oleh Kemhan terhadap kinerja Anies-Ganjar. Menurut pakar tersebut, skor rendah tersebut dapat berdampak negatif pada moral prajurit TNI serta keluarga mereka. Seperti yang dikatakan pakar, penilaian yang rendah dapat menimbulkan anggapan bahwa kinerja prajurit tidak dinilai baik.
“Ini akan berdampak pada keluarga-keluarga tentara dengan artian ‘kerja kami tidak dinilai dengan baik oleh seseorang yang memiliki ambisi menjadi presiden’, itu pesan yang saya terima di WA kemarin,” lanjutnya.
Seiring dengan adanya Debat Pilpres Ketiga pada Minggu (7/1) malam, Anies memberikan pertanyaan kepada Ganjar mengenai skor kinerja Kemhan.
“Berapa skor yang Bapak berikan atas kinerja Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh Bapak Prabowo, silakan Pak Ganjar,” tanya Anies.
Ganjar menjawab lima. Ia juga mengaku memiliki data terkait kinerja Kemhan.
“Lima juga, saya punya datanya dan kemudian akan saya sampaikan. Di meja saya sudah saya siapkan satu per satu,” jawab Ganjar.
Setelah itu, Ganjar pun memberikan penjelasan mengenai sistem pertahanan. Anies kemudian membandingkan tunjangan TNI-Polri pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Anies menyatakan bahwa pada era kepemimpinan SBY, tunjangan TNI-Polri mengalami kenaikan sebanyak sembilan kali. Namun, situasi ini berbeda dengan era kepemimpinan Jokowi yang hanya mengalami kenaikan sebanyak tiga kali.
“Kesejahteraan mereka tidak dipikirkan dengan serius, tunjangan kinerja (tukin) hanya 80 persen. Lihatlah Kementerian Keuangan dan Kementerian PUPR, para menterinya berusaha untuk meningkatkan tukin mereka. Kemudian, lihatlah alutsista bekas yang kami miliki, itu mengancam keselamatan TNI kita. Mereka bekerja keras menjaga setiap inci tanah republik ini. Namun, mereka tidak mendapatkan dukungan kebijakan yang memadai. Oleh karena itu, menurut saya, skornya justru berada di bawah 5, Pak Ganjar. Jika skor 5 saja masih terlalu tinggi,” jelas Anies.
Ganjar mempertegas penilaian Anies terhadap skor rendah Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan meminta agar angkanya disebut secara jelas.
“Mas Anies nggak usah takut, disebut aja angkanya berapa gitu loh, kayak saya gitu loh. Jangan di bawah 5, sebut aja berapa,” tanya Ganjar.
Tekanan dan kritik terhadap hasil evaluasi Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang mendapat skor rendah dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus mengemuka. Beberapa pakar menyebut bahwa skor rendah tersebut dapat berdampak negatif terhadap moral Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada kesempatan tersebut, Ganjar menegaskan bahwa angka yang diberikan bagi Kemhan tidak boleh berada di bawah 5. Hal ini dikarenakan skor yang rendah dapat menurunkan semangat dan kepercayaan diri anggota TNI dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“11, Mas, dari 100,” sahut Anies.
Kesimpulan
Debat capres ketiga antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, yang juga mencakup penilaian terhadap kinerja Kementerian Pertahanan era Prabowo Subianto, telah menimbulkan kontroversi. Pakar militer dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting, mengkritik penilaian rendah yang diberikan oleh kedua calon presiden tersebut dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampaknya pada moral prajurit TNI. Salah satu pakar lain juga mengemukakan bahwa nilai rendah dapat mempengaruhi persepsi tentang kinerja prajurit TNI. Kritik terhadap Kemhan yang mendapat skor rendah juga terus meningkat, dengan Ganjar Pranowo menegaskan bahwa angka yang diberikan tidak boleh kurang dari 5 agar tidak merusak semangat dan kepercayaan diri anggota TNI dalam menjalankan tugas mereka untuk menjaga kedaulatan negara. Debat ini telah menimbulkan tekanan dan kritik terhadap peringkat Kemhan, yang mungkin memiliki dampak negatif terhadap moral TNI.