indotim.net (Selasa, 05 Maret 2024) – Badan Cuaca Dunia telah secara resmi mengumumkan bahwa tahun 2023 merupakan tahun paling panas sejak catatan pra-industri tahun 1850. Fenomena ini terus berlanjut hingga Februari 2024, yang ditetapkan sebagai bulan Februari terpanas dalam sejarah.
Rekor suhu ekstrem yang terjadi pada tahun 2023 dan 2024 diukur berdasarkan suhu rata-rata global tahunan. Suhu tersebut mencapai 1,45 ± 0,12 °C di atas suhu pra-industri (1850-1900).
Cuaca yang semakin panas ini telah berdampak pada berbagai wilayah di seluruh dunia dengan peningkatan suhu yang signifikan. Bahkan, ada yang mencatat suhu tertinggi yang pernah terjadi di Bumi sepanjang sejarah. Wilayah mana yang dimaksud?
Suhu Paling Ekstrem yang Pernah Tercatat di Bumi
Mengutip informasi dari laman resmi Arizona State University, suhu tertinggi yang pernah tercatat di Bumi mencapai 58 derajat Celsius. Kejadian ini terjadi di El Azizia, Libya pada tahun 1922.
Catatan tentang suhu ekstrem tersebut didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh Komisi Klimatologi (CCl) dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Sebuah tim investigasi yang terdiri dari para ahli dari berbagai negara seperti Libya, Italia, Spanyol, Mesir, Perancis, Maroko, Argentina, Amerika Serikat, dan Inggris juga telah mengidentifikasi lima aspek utama terkait rekor suhu ekstrim El Azizia pada tahun 1922.
1. Masalah pada peralatan pengukuran
2. Pengamat yang mungkin tidak berpengalaman.
3. Lokasi pengamatan yang tidak mewakili lingkungan gurun
4. Kecocokan suhu ekstrem yang buruk dengan lokasi lain di dekatnya
5. Kehadiran suhu paling ekstrem yang tercatat di lokasi tersebut merupakan fenomena yang tak bisa dianggap remeh.
Menariknya, pada 10 Juli 1913, Death Valley, California, Amerika Serikat, mencatat suhu tertinggi sebesar 56,7 derajat Celsius.
Sejak itu, tidak ada suhu yang melebihi catatan tersebut.
Hal ini menjadikan Death Valley sebagai tempat dengan suhu tertinggi yang sah dalam sejarah, mengalahkan rekor sebelumnya yang terjadi di El Azizia, Libya.
WMO menegaskan bahwa catatan suhu tertinggi di Death Valley tetap berlaku hingga saat ini.
Keberhasilan Death Valley mempertahankan rekor ini menegaskan statusnya sebagai salah satu tempat paling panas di dunia.
WMO menyimpulkan bahwa pengukuran rekor El Azizia mungkin tidak akurat hingga mencapai 7°C karena beberapa faktor termasuk permukaan tempat pengukuran seperti aspal, yang tidak mewakili dengan adil kondisi gurun aslinya.
Penyelidikan ini menunjukkan bahwa, karena kemajuan terus-menerus dalam bidang meteorologi dan klimatologi, para ahli iklim kini dapat menganalisis ulang catatan cuaca masa lalu dengan lebih rinci daripada sebelumnya,” kata Randy Cerveny, anggota WMO dan profesor geografi di Arizona State University, dikutip dari laman Guinness World Record.
Sebenarnya, rekor suhu tertinggi di Bumi telah terukur di Greenland Ranch, Death Valley, California, AS dengan suhu mencapai 56,7°C (134°F) pada 10 Juli 1913.
Untuk di benua lainnya, suhu terpanas yang diketahui di Afrika adalah 55 derajat Celsius, yang tercatat di Kebili, Tunisia pada tahun 1931.
Di Asia, Iran memegang rekor suhu terpanas dengan 54 derajat Celsius pada 2017.
Sementara suhu tertinggi yang pernah tercatat di Eropa adalah 48,8 derajat Celsius, yang tercatat di pulau Sisilia Italia pada 11 Agustus 2021.
Kesimpulan
Badan Cuaca Dunia mengumumkan bahwa tahun 2023 dan Februari 2024 merupakan periode terpanas dalam sejarah dengan suhu rata-rata global melebihi suhu pra-industri. Meskipun suhu tertinggi yang pernah tercatat di Bumi berada di El Azizia, Libya pada tahun 1922, namun Death Valley, California tetap memegang rekor suhu tertinggi yang sah dengan 56,7 derajat Celsius sejak 10 Juli 1913. Temuan ini mengindikasikan perlunya peninjauan ulang terhadap catatan cuaca masa lalu oleh para ahli iklim untuk memahami dengan lebih tepat faktor-faktor ekstrim yang memengaruhi suhu di Bumi.