Tunggal” Demo Rompi Kuning” di Prancis, Dicapai Saat Debat oleh Gibran – Hoax atau Kebenaran?

indotim.net (Senin, 22 Januari 2024) – Gerakan demo rompi kuning atau ‘The Yellow Vest Movement’ di Prancis menjadi perbincangan usai disinggung dalam Debat Pilpres 2024. Apa sebenarnya gerakan demo rompi kuning di Prancis itu?

Awalnya, istilah “demo rompi kuning” disampaikan oleh Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, saat dia bertanya tentang greenflation kepada Cawapres nomor urut 3, Mahfud Md.

Momen tersebut terjadi pada saat segmen tanya jawab antara calon wakil presiden dalam debat keempat Pemilihan Presiden 2024 di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, pada hari Minggu, 21 Januari 2024. Gibran diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada Mahfud.

“Bagaimana cara mengatasi greenflation?” tanya Gibran.

Mahfud kemudian mengangkat mikrofon dan sempat mengingatkan aturan agar penggunaan istilah disertai penjelasan. Moderator juga mengingatkan Gibran.

“Sesuai dengan peraturan istilah-istilah…,” ujar Mahfud yang kemudian dihentikan oleh moderator.

“Kami ingin menyampaikan kembali, kami meminta penjelasan tentang terminologi atau singkatan yang digunakan,” kata moderator sambil disambut sorakan riuh dari pendukung di arena debat.

Gibran kemudian memberikan penjelasan tentang peristiwa Demo Rompi Kuning yang terjadi di Prancis. Ia menyebut bahwa tidak menjelaskan istilah greenflation karena Mahfud adalah seorang profesor.

“Saya tidak menjelaskan hal ini sebelumnya karena beliau adalah seorang profesor. Oke, greenflation adalah inflasi hijau, sangat sederhana,” ucap Gibran.

Gestur Mencari Jawaban

Menanggapi hal tersebut, Mahfud menjelaskan tentang konsep ekonomi hijau dan pemanfaatan produk pangan. Setelah mendengar jawaban Mahfud, Gibran kemudian melakukan gerakan tubuh atau gestur mencari-cari.

Gibran mengaku sedang mencari jawaban Mahfud tentang greenflation yang tidak ditemukannya.

READ  Hari Valentine: Inilah Bunga dan Kado Paling Laris dalam Sejumlah Daerah

“Saya sedang mencari jawabannya, Prof Mahfud. Saya mencarinya di mana-mana tapi tidak menemukan jawabannya. Saya menanyakan tentang inflasi hijau, tapi malah dijelaskan tentang ekonomi hijau,” kata Gibran.

Insiden saat debat antara Gibran dan Profesor Mahfud ini terjadi ketika dalam pertanyaan yang diajukan oleh Gibran mengenai inflasi hijau, Profesor Mahfud tidak menyampaikan jawaban yang memuaskan. Hal ini membuat Gibran merasa kebingungan dan mencari jawaban yang seharusnya ada dalam pembahasan tersebut.

Debat ini memang mengundang perhatian publik karena melibatkan dua tokoh politik yang dianggap mewakili pihak yang memiliki visi berbeda dalam mengatasi masalah ekonomi dan lingkungan hidup. Gibran sendiri dikenal sebagai politisi yang mementingkan pembangunan berkelanjutan (ekonomi hijau), sementara Prof Mahfud cenderung mengutamakan aspek-aspek lain seperti stabilitas ekonomi dan aspek sosial.

Hingga saat ini, tidak ada klarifikasi lebih lanjut mengenai perbedaan visi dari kedua tokoh ini. Namun, insiden tersebut telah menjadi sorotan di masyarakat dan menimbulkan banyak pertanyaan mengenai arah kebijakan yang akan diambil dalam mengatasi persoalan ekonomi dan lingkungan hidup di masa mendatang.

Gibran kemudian menjelaskan tentang inflasi hijau yang dimaksudnya. Ia juga memberikan contoh dengan gerakan rompi kuning di Prancis.

Prof Mahfud yang dikenal dengan istilah greenflation atau inflasi hijau, sebenarnya cukup simpel untuk diberikan contohnya. Contohnya adalah demo rompi kuning yang terjadi di Prancis, yang sangat membahayakan dan telah menelan korban. Hal ini harus diantisipasi agar tidak terjadi di Indonesia,” ujar Gibran.

Gibran menekankan perlunya hati-hati dalam melakukan transisi menuju energi hijau. Menurutnya, Indonesia seharusnya belajar dari negara-negara maju yang telah mengimplementasikan energi hijau dengan baik.

“Kita belajar dari negara maju, negara maju aja masih ada tantangan-tantangannya, intinya transisi menuju energi hijau itu harus berhati-hati, jangan sampai malah membebankan R&D yang mahal, proses transisi yang mahal ini kepada rakyat kecil, itu maksud saya inflasi hijau, Prof Mahfud,” ujar Gibran.

READ  Gibran Ungkap Dugaan Pelanggaran Pemilu di Maluku: Bawaslu Diminta Selidiki dengan Tuntas

Tentang Gerakan Rompi Kuning di Prancis

Dilansir dari situs Harvard dan Reuters, gerakan rompi kuning di Prancis merupakan gerakan populis akar rumput untuk keadilan ekonomi yang dimulai di Prancis pada Oktober 2018. Gerakan itu muncul setelah petisi online yang diunggah pada bulan Mei berhasil menarik hampir satu juta tanda tangan.

Demonstrasi massal rompi kuning dimulai pada 17 November di seluruh Prancis. Massa mengenakan jaket berpendar dengan visibilitas tinggi untuk melakukan aksi demonstrasi.

Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap kenaikan harga bahan bakar dan biaya hidup yang tinggi. Laporan ini mengklaim bahwa beban reformasi pajak yang diterapkan oleh pemerintah tidak proporsional dan lebih memberatkan bagi kelas pekerja dan kelas menengah, terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kota.

Para pengunjuk rasa di Prancis telah menyuarakan beberapa tuntutan, antara lain penurunan pajak bahan bakar, kembalinya pemberlakuan pajak solidaritas atas kekayaan, peningkatan upah minimum, penerapan referendum inisiatif Warga Negara, serta pengunduran diri Presiden Emmanuel Macron dan pemerintah.

Protes tersebut merupakan aksi demonstrasi yang melibatkan pemblokiran jalan serta depot bahan bakar di Prancis. Aksi demonstrasi ini kemudian berkembang menjadi kerusuhan besar dan meningkatnya kekerasan dan represi dari aparat kepolisian. Polisi menggunakan gas air mata, meriam air, dan kuda untuk menangani para pengunjuk rasa yang melakukan tindakan kekerasan seperti melemparkan proyektil, membakar mobil, dan merusak beberapa toko.

Demo tersebut dianggap sebagai kerusuhan terparah yang pernah terjadi di ibu kota sejak kejadian kerusuhan mahasiswa pada Mei 1968.

Gerakan ini telah mendapatkan perhatian internasional, dan demonstran di berbagai belahan dunia menggunakan rompi kuning sebagai simbol protes, baik yang memiliki keluhan serupa maupun yang berbeda dari apa yang terjadi di Prancis.

READ  Surya Paloh Bicara Pemakzulan Jokowi: Tidak Sekarang, Sayangnya!